Niat Puasa Arafah, Tata Cara, Keutamaan dan Jatuh Tanggal Berapa
byGemaDakwah—0
GemaDakwah: Puasa Arafah adalah puasa sunnah muakkadah yang pahalanya
luar biasa. Bagaimana niat dan tata cara, apa saja keutamaan dan kapan waktu
pelaksanaannya? Berikut ini akan dibahas cukup lengkap mulai dari pengertian
dan hukum, tata cara, niat puasa arafah, waktu dan keutamaannya. Semoga
bermanfaat.
Pengertian Puasa Arafah dan Hukumnya
Puasa Arafah adalah puasa sunnah pada tanggal 9
Dzulhijjah, yakni bertepatan ketika jamaah haji wukuf di arafah. “Di antara puasa yang dianjurkan adalah puasa hari
Arafah, yaitu berpuasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah,” kata Syaikh
Abdurrahman Al Juzairi dalam Fiqih Empat Madzhab. “Namun puasa ini hanya
khusus dilakukan oleh selain jamaah haji saja, sedangkan untuk para jamaah haji
maka para ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya.” Puasa ini hukumnya sunnah muakkadah (sangat dianjurkan)
bagi kaum muslimin yang tidak sedang mengerjakan ibadah haji. Sedangkan bagi
kaum muslimin yang sedang menunaikan ibadah haji, tidak ada keutamaan untuk
puasa pada hari arafah.
Dari Ikrimah, ia mengatakan: “aku masuk ke rumah Abu
Hurairah lalu bertanya tentang puasa hari Arafah bagi (jamaah haji yang sedang)
di Arafah.” Lalu Abu Hurairah menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam melarang puasa hari Arafah di Arafah” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad) “Para ulama memandang sunnah berpuasa pada hari arafah
kecuali apabila berada di Arafah,” kata Imam Tirmidzi sebagaimana dikutip
Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah ketika menjelaskan hadits tersebut. Dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu, Prof. Dr. Wahbah
Az Zuhaili, menjelaskan mengenai hukum puasa ini. “Bagi orang yang sedang menunaikan haji, tidak
disunnahkan berpuasa hari Arafah. Bahkan disunnahkan untuk tidak berpuasa
meskipun ia kuat agar tersedia kekuatan untuk berdoa dan juga mengikuti sunnah.
Sedangkan menurut mazhab Hanafi, orang yang sedang berhaji boleh berpuasa hari
arafah jika ia kuat.” Selain puasa ini, dikenal pula puasa tarwiyah,
yakni tanggal 8 Dzulhijjah. Hukumnya sunnah ghairu muakkadah bagi kaum
muslimin yang tidak sedang berhaji, namun menjadi makruh bagi kaum
muslimin yang sedang berwukuf di siang hari.
Tata Cara Puasa Arafah
Tata cara puasa Arafah sama dengan tata cara puasa pada
umumnya. Yakni:
1. Niat
Niat puasa arafah sebaiknya dilakukan di malam hari,
sebelum terbit fajar. Namun karena ini adalah puasa sunnah, jika terlupa, boleh
niat di pagi hari asalkan belum makan apa-apa dan tidak melakukan hal apapun
yang membatalkan puasa. Hal ini berdasarkan hadits bahwa Rasulullah pernah puasa
sunnah dengan niat di waktu pagi seperti pada hadits berikut ini:
Dari Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata, “Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah menemuiku pada suatu hari lantas beliau bertanya,
“Apakah kalian memiliki sesuatu untuk dimakan?” Kami pun menjawab, “Tidak ada.”
Beliau pun bersabda, “Kalau begitu saya puasa.” Kemudian di hari lain beliau
menemui kami, lalu kami katakan pada beliau, “Kami baru saja dihadiahkan hays
(jenis makanan berisi campuran kurman, samin dan tepung).” Lantas beliau
bersabda, “Berikan makanan tersebut padaku, padahal tadi pagi aku sudah berniat
puasa.” Lalu beliau menyantap makanan tersebut. (HR. Muslim).
2. Makan Sahur
Makan sahur merupakan salah satu sunnah puasa yang jika
dilakukan akan mendapat pahala dan keberkahan. Namun jika tidak dikerjakan, misalnya
karena bangunnya terlambat, puasanya tetap sah.
3. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan
Yakni menahan diri dari makan, minum, berhubungan dengan
istri dan hal-hal lainnya yang dapat membatalkan puasa. Dimulai sejak terbit
fajar hingga terbenamnya matahari.
4. Berbuka
Sebagaimana puasa pada umumnya baik puasa wajib maupun
puasa sunnah. Buka puasa ini waktunya ketika matahari terbenam, yakni saat
masuknya waktu sholat Maghrib. Menyegerakan puasa merupakan salah satu sunnah
puasa.
Niat Puasa Arafah
Di dalam hadits, tidak dijumpai bagaimana lafadz niat
puasa arafah. Rasulullah dan para sahabat biasa mengerjakan amal dengan niat
tanpa dilafadzkan. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa
Adillatuhu menjelaskan, semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati.
Melafadzkan niat bukanlah syarat, namun ia disunnahkan oleh jumhur ulama selain
mazhab Maliki dengan maksud membantu hati dalam menghadirkan niat. Sedangkan
menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena tidak
bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Lafadz niat puasa Arafah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ
تَعَالَى
(Nawaitu shouma ‘arofata sunnatan lillaahi ta’aalaa) Artinya: saya niat puasa Arafah, sunnah karena Allah
Ta’ala
Puasa Arafah Jatuh pada Tanggal Berapa
Waktu puasa Arafah adalah tanggal 9 Dzulhijjah yaitu
bertepatan dengan waktu wukuf jamaah haji. Untuk tahun 2019, puasa arafah di
Indonesia dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2019, sebagaimana ketetapan
Kemenag yang telah memutuskan Idul Adha jatuh pada tanggal 11 Agustus 2019. Bagaimana jika penanggalan pemerintah suatu negeri
berbeda dengan Arab Saudi sehingga saat jamaah haji wukuf di Arafah, tanggal di
negeri itu bukan 9 Dzulhijjah, puasanya ikut yang mana? Apakah ikut jamaah haji
wukuf atau ikut tanggal 9 Dzulhijjah pemerintah? Dalam hal ini ada dua pendapat ulama. Pertama, mengikuti
waktu wukuf di arafah. Di antara yang berpendapat seperti ini adalah Komite
Fatwa Arab Saudi (Lajnah Daimah). “Hari arafah adalah hari ketika kaum muslimin melakukan
wukuf di Arafah. Puasa hari arafah dianjurkan, bagi orang yang tidak melakukan
haji. Karena itu, jika anda ingin puasa hari arafah, maka anda bisa melakukan
puasa di hari itu (hari wukuf). Dan jika anda puasa sehari sebelumnya, tidak
masalah.” Kedua, sesuai tanggal 9 Dzulhijjah di negeri
masing-masing. Di antara yang berpendapat seperti ini adalah Syaikh Utsaimin.
Ia memfatwakan: “Ketika di Mekah hilal terlihat lebih awal dari pada negara
lain, sehingga tanggal 9 di Mekah, posisinya tanggal 8 di negara tersebut, maka
penduduk negara itu melakukan puasa tanggal 9 menurut kalender setempat, yang
bertepatan dengan tanggal 10 di Mekah. Inilah pendapat yang kuat. Karena Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Apabila kalian melihat hilal,
lakukanlah puasa dan apabila melihat hilal lagi, jangan puasa.’”
Keutamaan Puasa Arafah
Puasa ini memiliki keutamaan yang sangat luar biasa.
Sungguh rugi jika kita meninggalkannya. Berikut ini tujuh hadits shahih yang
menjelaskan keutamaan puasa Arafah.
“Puasa hari Arafah, sesungguhnya aku berharap kepada
Allah, Dia menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah; shahih)
“Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka ia
diampuni tahun depannya dan tahun belakangnya.” (HR. Thabrani dalam Al
Mu’jam Al Ausath; shahih lighairihi)
Seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Umar tentang puasa hari
Arafah, dia menjawab, “Kami dulu bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menyamakannya dengan puasa dua tahun.” (HR. Thabrani dalam Al
Mu’jam Al Ausath; hasan lighairihi) Demikian pembahasan Puasa Arafah
mulai dari pengertian dan hukum, waktu, niat, dan keutamaannya. Semoga
bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah] Wallahu A‘lam.
إرسال تعليق
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com