Kisah Kepala Negara yang Memerahkan Susu Kambing untuk Rakyatnya

Tarqiyah : Keteladanan terbaik dalam sejarah telah ditorehkan oleh generasi Rasulullah Saw dan sahabat-sahabat serta pengikutnya. Mereka telah menyajikan contoh terbaik dalam semua bidang kehidupan dan terukir manis dengan tinta emas di sepanjang masa. Semakin dibahas, keteladanan itu akan semakin harum, memesona dan senantiasa inspiratif.
Kadang, kita harus malu karenanya. Sebab, dengan kualitas yang beda jauh, kita seringkali merasa lebih baik dan telah melakukan banyak hal. Padahal, antara generasi kita dengan mereka, persis seperti perbandingan jarak antara bumi ke tujuh dengan langit tertinggi. Bahkan mungkin lebih dari itu.
Sosok yang satu ini adalah teladan dalam banyak hal. Di kalangan sahabat-sahabatnya, beliau selalu menjadi yang terdepan. Dalam ibadah, infak, jihad dan amal sosial kepada masyarakat di sekitarnya. Pernah suatu hari, tepat sesaat selepas shalat Subuh, ketika Rasulullah bertanya kepada sahabat-sahabatnya, sosok ini telah menjenguk sahabat yang sakit, berinfak kepada seorang pengemis dan berpuasa, padahal sahabat yang lain belum ada yang sempat melakukan ketiga hal itu karena memang masih pagi buta.
Pada kesempatan lain, saat rombongan berangkat ke medan jihad, ketika Umar bin Khaththab memberikan separuh kekayaannya untuk infak, sahabat ini justru memberikan seluruh kekayaannya untuk jihad di jalan Allah Ta’ala.
Ketika Nabi Saw bertanya, “Apa yang kau sisakan untuk keluargamu?” Dengan menunduk tawadhu’, ia berujar, “Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.”
Kemudian pada episode lain, sebagaimana dikisahkan oleh anaknya-‘Aisyah Ra-yang sekaligus istri Rasulullah Saw, “Beliau tinggal bersamaku selama tiga tahun.” Dua tahun sebelum menjadi Khalifah kaum muslimin dan setahun setelah menjadi Khalifah.
Sebelum menjadi Khalifah, beliau terbiasa memerahkan susu kambing untuk para perempuan hamba sahaya. Baik kambing yang diantarkan ke rumahnya atau beliau yang mendatangi rumah-rumah hamba sahaya itu untuk menawarkan bantuan.
Setelah beliau diangkat menjadi Amirul Mukminin, kemudian kesibukan mengurus umat menyita seluruh waktu dan potensinya, sebagaimana disebutkan oleh Abdullah bin Umar, hamba sahaya yang sering mendapat bantuan diperahkan susu kambingnya berkata, “Dia tidak mungkin melakukannya lagi.”
Ternyata, keluhan itu sampai ke telinga beliau. Alhasil, beliau berkata, “Tidak. Aku akan tetap melakukannya. Aku berharap keadaanku sekarang tidak mengubah akhlak dan kebiasaanku.”
Benarlah. Beliau datang ke rumah-rumah hamba sahaya itu. Seorang diri. Padahal seorang Kepala Negara, Khalifah, Amirul Mukminin. Di rumah para hamba sahaya itu, beliau memerahkan susu kambing, bahkan bertanya kepada tuan rumah, “Maunya bagaimana?” Dan beliau menuruti keinginan yang mereka sampaikan.
Semoga Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosamu dan menerima semua amal baikmu, wahai Amirul Mukminin Abu Bakar ash-Shiddiq. [Pirman/kisahikmah]

KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

أحدث أقدم