Tarqiyah : Mursyid ‘Am Ikhwanul Muslimin, Muhammad Badi’, mengomentari pelimpahan berkasnya ke mufti sebagai persiapan hukuman mati. Beliau mengatakan, “Kalau mereka menggantungku seribu kali, aku takkan berubah dan berpaling dari kebenaran.”
Today’s Opinion menyebutkan bahwa pernyataan itu disampaikannya saat persidangan kasus “spionase dengan Hamas” bersama Presiden Mursi, hari ini Senin (28/4/2014). Pernyataan itu disampaikannya kepada Usamah putra Presiden Mursi yang sempat berbincang dari balik jeruji.
Salah seorang menantu Badi’, Ahmad, juga menyebutkan bahwa mertuanya sempat berkata, “Kami tidak ngelindur saat mengatakan bahwa mati di jalan Allah Ta’ala adalah cita kami yang tertinggi. Ya Allah, terimalah pengorbananku.. Ya Allah, terimalah pengorbananku.”
Pengadilan Almenya, hari ini, memutuskan untuk melimpahkan berkas 683 orang penentang kudeta, termasuk Muhammad Badi’, ke mufti Mesir untuk para disahkan sebelum dieksekusi mati. Sedangkan para tervonis yang berkasnya telah lebih dulu dilimpahkan ke mufti, 37 orang di antaranya telah sah untuk dieksekusi, dan 491 orang hanya divonis penjara seumur hidup.
Ahmad, menantu Muhammad Badi’, juga menceritakan tentang kondisi mertuanya, “Mertuaku tidak pernah gusar atau mengeluh. Beliau selalu mengatakan bahwa apa yang menimpanya adalah ketetapan dari Allah yang pasti mengandung kebaikan.”
Sedangkan putranya, Bilal, menulis status di akun facebooknya, “Hati tentu bersedih. Mata tentu meneteskan air mata. Sedangkan Nabi saja sedih dengan kematian Hamzah, dan sedih saat umatnya memusuhi.”
Putrinya, Dhuha, menulis status yang tak jauh berbeda, “Perasaanku tak jauh berbeda dengan perasan saudaraku, Bilal. Aku bisa merasakan kata-katanya, bahkan merasa beratnya sejuta kali lipat. Semoga Allah memberi kami kesabaran dan jalan keluar. Amin” [dakwatuna/im]
Wallahu A‘lam.
Today’s Opinion menyebutkan bahwa pernyataan itu disampaikannya saat persidangan kasus “spionase dengan Hamas” bersama Presiden Mursi, hari ini Senin (28/4/2014). Pernyataan itu disampaikannya kepada Usamah putra Presiden Mursi yang sempat berbincang dari balik jeruji.
Salah seorang menantu Badi’, Ahmad, juga menyebutkan bahwa mertuanya sempat berkata, “Kami tidak ngelindur saat mengatakan bahwa mati di jalan Allah Ta’ala adalah cita kami yang tertinggi. Ya Allah, terimalah pengorbananku.. Ya Allah, terimalah pengorbananku.”
Pengadilan Almenya, hari ini, memutuskan untuk melimpahkan berkas 683 orang penentang kudeta, termasuk Muhammad Badi’, ke mufti Mesir untuk para disahkan sebelum dieksekusi mati. Sedangkan para tervonis yang berkasnya telah lebih dulu dilimpahkan ke mufti, 37 orang di antaranya telah sah untuk dieksekusi, dan 491 orang hanya divonis penjara seumur hidup.
Ahmad, menantu Muhammad Badi’, juga menceritakan tentang kondisi mertuanya, “Mertuaku tidak pernah gusar atau mengeluh. Beliau selalu mengatakan bahwa apa yang menimpanya adalah ketetapan dari Allah yang pasti mengandung kebaikan.”
Sedangkan putranya, Bilal, menulis status di akun facebooknya, “Hati tentu bersedih. Mata tentu meneteskan air mata. Sedangkan Nabi saja sedih dengan kematian Hamzah, dan sedih saat umatnya memusuhi.”
Putrinya, Dhuha, menulis status yang tak jauh berbeda, “Perasaanku tak jauh berbeda dengan perasan saudaraku, Bilal. Aku bisa merasakan kata-katanya, bahkan merasa beratnya sejuta kali lipat. Semoga Allah memberi kami kesabaran dan jalan keluar. Amin” [dakwatuna/im]
Wallahu A‘lam.
إرسال تعليق
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com