Tarqiyah : JAKARTA : Umat Islam sesungguhnya merindukan kehadiran televisi yang menyajikan tuntunan syariat Islam. “Kami merindukan televisi syariah yang memunculkan siraman rohani pada jam tayang utama. Kalau kita lihat sekarang, kebanyakan taushiyah ada di jam 4 atau jam 5 pagi. Siapa yang akan menonton jam segitu? Tidak banyak!” kata seorang peserta talkshow di depan pembicara, penulis buku ‘Bokis’ dan ‘Matahati’, Maman Suherman, dalam talkshow bertema ‘Let’s Speak, Grab Your Audience!” di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (29/3) .
Merespon uneg-uneg peserta diskusi, Maman menegaskan, agar umat Islam jangan tertipu dengan kemasan. Jangan Tertipu dengan acara televisi yang diberi label Islam. “Jangan terpesona dengan format Islami, tapi terkesan tidak. Setiap bulan Ramadhan semua menyatakan dirinya Islami. Lalu setelah itu, mereka lepas lagi. Lalu Anda bahagia bahwa kita telah Islami? Anda jangan (mau) dibohongi oleh kemasan,” tegas Maman Suherman, sebagaimana dikutip hidayatullah.com, Senin (31/3).
Penulis skrip untuk berbagai program acara di televisi itu juga mencontohkan berbagai acara yang dilabeli sebagai program Islami namun tidak sesuai syariat.
“Ada beberapa Sinetron yang dilabeli sebagai Sinetron Islami namun tidak sesuai dengan jalan cerita. Tapi yang kita lihat apa? Nilai-nilai Islam yang masuk di dalamnya? Cuma cerita pacaran dan sebagainya, lalu kemudian kita senang,” ulas alumnus jurusan Kriminologi FISIP-UI itu.
Meski demikian ia melihat ada potensi besar yang dimiliki umat Islam. Penggagas Panasonic Gobel Awards itu mencontohkan gerakan penolakan para Ibu di Amerika Serikat (AS) terhadap penayangan sebuah film. Film tersebut mengumbar banyak kata-kata makian, celaan dan hinaan.
Rupanya para ibu khawatir hal tersebut berpengaruh buruk bagi perilaku anak-anak mereka. Akhirnya mereka menuntut stasiun penayang menghentikan acara tersebut.
Televisi itu menolak karena film tersebut menempati rating tertinggi di antara acara lainnya. Akhirnya para Ibu seluruh AS berkumpul dan mendeklarasikan sebuah gerakan: pemboikotan produk yang beriklan saat film tersebut ditayangkan. Mereka tidak akan membeli produk selama film masih diputar.
Apa yang terjadi? Acara itu gulung tikar dengan sendirinya. Tidak berapa lama kemudian, muncul kebijakan penghentian penayangan.
Kekuatan yang sama, diyakini Maman, juga dimiliki oleh umat Islam di Indonesia. Sesungguhnya umat Islam memiliki kekuatan merngubah nasib bangsanya.
“Umat Islam di Indonesia harus menyatakan, kami tidak akan membeli produk yang menjelek-jelekkan umat Islam di televisi,” tuturnya. Selanjutnya, industri televisi akan perlahan mati jika ditinggalkan oleh penontonnya yang mayoritas Muslim. (hidayatullah.com)
Merespon uneg-uneg peserta diskusi, Maman menegaskan, agar umat Islam jangan tertipu dengan kemasan. Jangan Tertipu dengan acara televisi yang diberi label Islam. “Jangan terpesona dengan format Islami, tapi terkesan tidak. Setiap bulan Ramadhan semua menyatakan dirinya Islami. Lalu setelah itu, mereka lepas lagi. Lalu Anda bahagia bahwa kita telah Islami? Anda jangan (mau) dibohongi oleh kemasan,” tegas Maman Suherman, sebagaimana dikutip hidayatullah.com, Senin (31/3).
Penulis skrip untuk berbagai program acara di televisi itu juga mencontohkan berbagai acara yang dilabeli sebagai program Islami namun tidak sesuai syariat.
“Ada beberapa Sinetron yang dilabeli sebagai Sinetron Islami namun tidak sesuai dengan jalan cerita. Tapi yang kita lihat apa? Nilai-nilai Islam yang masuk di dalamnya? Cuma cerita pacaran dan sebagainya, lalu kemudian kita senang,” ulas alumnus jurusan Kriminologi FISIP-UI itu.
Meski demikian ia melihat ada potensi besar yang dimiliki umat Islam. Penggagas Panasonic Gobel Awards itu mencontohkan gerakan penolakan para Ibu di Amerika Serikat (AS) terhadap penayangan sebuah film. Film tersebut mengumbar banyak kata-kata makian, celaan dan hinaan.
Rupanya para ibu khawatir hal tersebut berpengaruh buruk bagi perilaku anak-anak mereka. Akhirnya mereka menuntut stasiun penayang menghentikan acara tersebut.
Televisi itu menolak karena film tersebut menempati rating tertinggi di antara acara lainnya. Akhirnya para Ibu seluruh AS berkumpul dan mendeklarasikan sebuah gerakan: pemboikotan produk yang beriklan saat film tersebut ditayangkan. Mereka tidak akan membeli produk selama film masih diputar.
Apa yang terjadi? Acara itu gulung tikar dengan sendirinya. Tidak berapa lama kemudian, muncul kebijakan penghentian penayangan.
Kekuatan yang sama, diyakini Maman, juga dimiliki oleh umat Islam di Indonesia. Sesungguhnya umat Islam memiliki kekuatan merngubah nasib bangsanya.
“Umat Islam di Indonesia harus menyatakan, kami tidak akan membeli produk yang menjelek-jelekkan umat Islam di televisi,” tuturnya. Selanjutnya, industri televisi akan perlahan mati jika ditinggalkan oleh penontonnya yang mayoritas Muslim. (hidayatullah.com)
JAKARTA (SALAM-ONLINE): Umat Islam sesungguhnya merindukan kehadiran televisi yang menyajikan tuntunan syariat Islam. “Kami merindukan televisi syariah yang memunculkan siraman rohani pada jam tayang utama. Kalau kita lihat sekarang, kebanyakan taushiyah ada di jam 4 atau jam 5 pagi. Siapa yang akan menonton jam segitu? Tidak banyak!” kata seorang peserta talkshow di depan pembicara, penulis buku ‘Bokis’ dan ‘Matahati’, Maman Suherman, dalam talkshow bertema ‘Let’s Speak, Grab Your Audience!” di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (29/3) .
Merespon uneg-uneg peserta diskusi, Maman menegaskan, agar umat Islam jangan tertipu dengan kemasan. Jangan Tertipu dengan acara televisi yang diberi label Islam. “Jangan terpesona dengan format Islami, tapi terkesan tidak. Setiap bulan Ramadhan semua menyatakan dirinya Islami. Lalu setelah itu, mereka lepas lagi. Lalu Anda bahagia bahwa kita telah Islami? Anda jangan (mau) dibohongi oleh kemasan,” tegas Maman Suherman, sebagaimana dikutip hidayatullah.com, Senin (31/3).
Penulis skrip untuk berbagai program acara di televisi itu juga mencontohkan berbagai acara yang dilabeli sebagai program Islami namun tidak sesuai syariat.
“Ada beberapa Sinetron yang dilabeli sebagai Sinetron Islami namun tidak sesuai dengan jalan cerita. Tapi yang kita lihat apa? Nilai-nilai Islam yang masuk di dalamnya? Cuma cerita pacaran dan sebagainya, lalu kemudian kita senang,” ulas alumnus jurusan Kriminologi FISIP-UI itu.
Meski demikian ia melihat ada potensi besar yang dimiliki umat Islam. Penggagas Panasonic Gobel Awards itu mencontohkan gerakan penolakan para Ibu di Amerika Serikat (AS) terhadap penayangan sebuah film. Film tersebut mengumbar banyak kata-kata makian, celaan dan hinaan.
Rupanya para ibu khawatir hal tersebut berpengaruh buruk bagi perilaku anak-anak mereka. Akhirnya mereka menuntut stasiun penayang menghentikan acara tersebut.
Televisi itu menolak karena film tersebut menempati rating tertinggi di antara acara lainnya. Akhirnya para Ibu seluruh AS berkumpul dan mendeklarasikan sebuah gerakan: pemboikotan produk yang beriklan saat film tersebut ditayangkan. Mereka tidak akan membeli produk selama film masih diputar.
Apa yang terjadi? Acara itu gulung tikar dengan sendirinya. Tidak berapa lama kemudian, muncul kebijakan penghentian penayangan.
Kekuatan yang sama, diyakini Maman, juga dimiliki oleh umat Islam di Indonesia. Sesungguhnya umat Islam memiliki kekuatan merngubah nasib bangsanya.
“Umat Islam di Indonesia harus menyatakan, kami tidak akan membeli produk yang menjelek-jelekkan umat Islam di televisi,” tuturnya. Selanjutnya, industri televisi akan perlahan mati jika ditinggalkan oleh penontonnya yang mayoritas Muslim. (hidayatullah.com), salam-online
- See more at: http://salam-online.com/2014/04/jangan-tertipu-dengan-acara-televisi-yang-diberi-label-islam.html#sthash.IqpPCKP6.dpuf
Merespon uneg-uneg peserta diskusi, Maman menegaskan, agar umat Islam jangan tertipu dengan kemasan. Jangan Tertipu dengan acara televisi yang diberi label Islam. “Jangan terpesona dengan format Islami, tapi terkesan tidak. Setiap bulan Ramadhan semua menyatakan dirinya Islami. Lalu setelah itu, mereka lepas lagi. Lalu Anda bahagia bahwa kita telah Islami? Anda jangan (mau) dibohongi oleh kemasan,” tegas Maman Suherman, sebagaimana dikutip hidayatullah.com, Senin (31/3).
Penulis skrip untuk berbagai program acara di televisi itu juga mencontohkan berbagai acara yang dilabeli sebagai program Islami namun tidak sesuai syariat.
“Ada beberapa Sinetron yang dilabeli sebagai Sinetron Islami namun tidak sesuai dengan jalan cerita. Tapi yang kita lihat apa? Nilai-nilai Islam yang masuk di dalamnya? Cuma cerita pacaran dan sebagainya, lalu kemudian kita senang,” ulas alumnus jurusan Kriminologi FISIP-UI itu.
Meski demikian ia melihat ada potensi besar yang dimiliki umat Islam. Penggagas Panasonic Gobel Awards itu mencontohkan gerakan penolakan para Ibu di Amerika Serikat (AS) terhadap penayangan sebuah film. Film tersebut mengumbar banyak kata-kata makian, celaan dan hinaan.
Rupanya para ibu khawatir hal tersebut berpengaruh buruk bagi perilaku anak-anak mereka. Akhirnya mereka menuntut stasiun penayang menghentikan acara tersebut.
Televisi itu menolak karena film tersebut menempati rating tertinggi di antara acara lainnya. Akhirnya para Ibu seluruh AS berkumpul dan mendeklarasikan sebuah gerakan: pemboikotan produk yang beriklan saat film tersebut ditayangkan. Mereka tidak akan membeli produk selama film masih diputar.
Apa yang terjadi? Acara itu gulung tikar dengan sendirinya. Tidak berapa lama kemudian, muncul kebijakan penghentian penayangan.
Kekuatan yang sama, diyakini Maman, juga dimiliki oleh umat Islam di Indonesia. Sesungguhnya umat Islam memiliki kekuatan merngubah nasib bangsanya.
“Umat Islam di Indonesia harus menyatakan, kami tidak akan membeli produk yang menjelek-jelekkan umat Islam di televisi,” tuturnya. Selanjutnya, industri televisi akan perlahan mati jika ditinggalkan oleh penontonnya yang mayoritas Muslim. (hidayatullah.com), salam-online
- See more at: http://salam-online.com/2014/04/jangan-tertipu-dengan-acara-televisi-yang-diberi-label-islam.html#sthash.IqpPCKP6.dpuf
JAKARTA (SALAM-ONLINE): Umat Islam sesungguhnya merindukan kehadiran televisi yang menyajikan tuntunan syariat Islam. “Kami merindukan televisi syariah yang memunculkan siraman rohani pada jam tayang utama. Kalau kita lihat sekarang, kebanyakan taushiyah ada di jam 4 atau jam 5 pagi. Siapa yang akan menonton jam segitu? Tidak banyak!” kata seorang peserta talkshow di depan pembicara, penulis buku ‘Bokis’ dan ‘Matahati’, Maman Suherman, dalam talkshow bertema ‘Let’s Speak, Grab Your Audience!” di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (29/3) .
Merespon uneg-uneg peserta diskusi, Maman menegaskan, agar umat Islam jangan tertipu dengan kemasan. Jangan Tertipu dengan acara televisi yang diberi label Islam. “Jangan terpesona dengan format Islami, tapi terkesan tidak. Setiap bulan Ramadhan semua menyatakan dirinya Islami. Lalu setelah itu, mereka lepas lagi. Lalu Anda bahagia bahwa kita telah Islami? Anda jangan (mau) dibohongi oleh kemasan,” tegas Maman Suherman, sebagaimana dikutip hidayatullah.com, Senin (31/3).
Penulis skrip untuk berbagai program acara di televisi itu juga mencontohkan berbagai acara yang dilabeli sebagai program Islami namun tidak sesuai syariat.
“Ada beberapa Sinetron yang dilabeli sebagai Sinetron Islami namun tidak sesuai dengan jalan cerita. Tapi yang kita lihat apa? Nilai-nilai Islam yang masuk di dalamnya? Cuma cerita pacaran dan sebagainya, lalu kemudian kita senang,” ulas alumnus jurusan Kriminologi FISIP-UI itu.
Meski demikian ia melihat ada potensi besar yang dimiliki umat Islam. Penggagas Panasonic Gobel Awards itu mencontohkan gerakan penolakan para Ibu di Amerika Serikat (AS) terhadap penayangan sebuah film. Film tersebut mengumbar banyak kata-kata makian, celaan dan hinaan.
Rupanya para ibu khawatir hal tersebut berpengaruh buruk bagi perilaku anak-anak mereka. Akhirnya mereka menuntut stasiun penayang menghentikan acara tersebut.
Televisi itu menolak karena film tersebut menempati rating tertinggi di antara acara lainnya. Akhirnya para Ibu seluruh AS berkumpul dan mendeklarasikan sebuah gerakan: pemboikotan produk yang beriklan saat film tersebut ditayangkan. Mereka tidak akan membeli produk selama film masih diputar.
Apa yang terjadi? Acara itu gulung tikar dengan sendirinya. Tidak berapa lama kemudian, muncul kebijakan penghentian penayangan.
Kekuatan yang sama, diyakini Maman, juga dimiliki oleh umat Islam di Indonesia. Sesungguhnya umat Islam memiliki kekuatan merngubah nasib bangsanya.
“Umat Islam di Indonesia harus menyatakan, kami tidak akan membeli produk yang menjelek-jelekkan umat Islam di televisi,” tuturnya. Selanjutnya, industri televisi akan perlahan mati jika ditinggalkan oleh penontonnya yang mayoritas Muslim. (hidayatullah.com), salam-online
- See more at: http://salam-online.com/2014/04/jangan-tertipu-dengan-acara-televisi-yang-diberi-label-islam.html#sthash.IqpPCKP6.dpuf
Wallahu A‘lam.Merespon uneg-uneg peserta diskusi, Maman menegaskan, agar umat Islam jangan tertipu dengan kemasan. Jangan Tertipu dengan acara televisi yang diberi label Islam. “Jangan terpesona dengan format Islami, tapi terkesan tidak. Setiap bulan Ramadhan semua menyatakan dirinya Islami. Lalu setelah itu, mereka lepas lagi. Lalu Anda bahagia bahwa kita telah Islami? Anda jangan (mau) dibohongi oleh kemasan,” tegas Maman Suherman, sebagaimana dikutip hidayatullah.com, Senin (31/3).
Penulis skrip untuk berbagai program acara di televisi itu juga mencontohkan berbagai acara yang dilabeli sebagai program Islami namun tidak sesuai syariat.
“Ada beberapa Sinetron yang dilabeli sebagai Sinetron Islami namun tidak sesuai dengan jalan cerita. Tapi yang kita lihat apa? Nilai-nilai Islam yang masuk di dalamnya? Cuma cerita pacaran dan sebagainya, lalu kemudian kita senang,” ulas alumnus jurusan Kriminologi FISIP-UI itu.
Meski demikian ia melihat ada potensi besar yang dimiliki umat Islam. Penggagas Panasonic Gobel Awards itu mencontohkan gerakan penolakan para Ibu di Amerika Serikat (AS) terhadap penayangan sebuah film. Film tersebut mengumbar banyak kata-kata makian, celaan dan hinaan.
Rupanya para ibu khawatir hal tersebut berpengaruh buruk bagi perilaku anak-anak mereka. Akhirnya mereka menuntut stasiun penayang menghentikan acara tersebut.
Televisi itu menolak karena film tersebut menempati rating tertinggi di antara acara lainnya. Akhirnya para Ibu seluruh AS berkumpul dan mendeklarasikan sebuah gerakan: pemboikotan produk yang beriklan saat film tersebut ditayangkan. Mereka tidak akan membeli produk selama film masih diputar.
Apa yang terjadi? Acara itu gulung tikar dengan sendirinya. Tidak berapa lama kemudian, muncul kebijakan penghentian penayangan.
Kekuatan yang sama, diyakini Maman, juga dimiliki oleh umat Islam di Indonesia. Sesungguhnya umat Islam memiliki kekuatan merngubah nasib bangsanya.
“Umat Islam di Indonesia harus menyatakan, kami tidak akan membeli produk yang menjelek-jelekkan umat Islam di televisi,” tuturnya. Selanjutnya, industri televisi akan perlahan mati jika ditinggalkan oleh penontonnya yang mayoritas Muslim. (hidayatullah.com), salam-online
- See more at: http://salam-online.com/2014/04/jangan-tertipu-dengan-acara-televisi-yang-diberi-label-islam.html#sthash.IqpPCKP6.dpuf
إرسال تعليق
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com