GemaDakwah : Saudara laki-laki presiden Iran
hari Kamis (6/2/2014) mendatangani satu-satunya rumah sakit Yahudi di
ibukota Teheran untuk mengantarkan hadiah kejutan berupa donasi dan
menyampaikan pesan bahwa Kementerian Kesehatan akan memberikan perhatian
lebih kepada rumah-rumah sakit yang melayani warga Kristen dan Yahudi
Iran.
“Kami sangat senang,” kata seorang perawat lewat sambungan telepon dikutip NY Times. “Ini pertanda baik.”
Rumah sakit itu, yang bernama RS Dr Sapir dan Pusat Amal, menerima dana US$400.000 dari pemerintah Presiden Rouhani, lapor kantor berita semi resmi Mehr. Sebuah sumber Iran lainnya, situs semi resmi Tabnak, mengatakan bahwa jumlahnya US$200.000 dan pemberian uang kedua dengan jumlah yang sama akan segera dikirimkan.
Dilansir Tabnak, saudara laki-laki presiden Iran, Hossein Fereydon –yang memakai nama belakang asli keluarga Rouhani– mengatakan, “Pemerintah kami bermaksud untuk menyatukan seluruh kelompok etnis dan agama, oleh karena itu kami membantu Anda.”
Pemberian uang kepada rumah sakit itu itu dilakukan setelah tim sosial media Rouhani sebelumnya mengucapkan selamat hari raya Rosh Hasana kepada Yahudi di seluruh dunia pada bulan September lalu.
Rangkul Yahudi
Di Iran sejak dulu Yahudi diakui secara resmi sebagai etnis minoritas. Iran merupakan rumah bagi sebagian besar Yahudi di Timur Tengah, meskipun jumlahnya sekarang berkurang karena banyak yang pindah ke Israel atau negara lainnya seperti Amerika Serikat.
Sejak menjabat bulan Agustus 2013, Rouhani melakukan pendakatan yang berbeda terhadap Yahudi, Amerika Serikat dan sekutunya. Berbeda sama sekali dengan pendahulunya Mahmud Ahmadinejad, yang tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mengkritik Israel dan mengingkari holocaust.
Tidak seperti Ahmadinejad, Rouhani jarang menyebut Yahudi dan holocaust. Namun dia terang-terangan mengajak para pemimpin Yahudi ke Amerika Serikat guna melobi Washington agar mau meringankan sanksi ekonomi atas Iran. Sebagaimana diketahui, dunia politik dan dunia usaha Amerika Serikat dikuasai oleh orang-orang Yahudi dan sekutunya. Lobi itu sepertinya berhasil. Seperti diberitakan sebelumnya, Amerika Serikat mulai mencairkan uang hasil penjualan minyak Iran.
“Kita dapat melihat jelas bahwa Rouhani berusaha mengambil jarak dari kebijakan menyangkal holocaust Ahmadinejad,” kata Farshad Ghorbanpour seorang analis politik yang dekat dengan pemerintah.
Saat Konferensi Keamanan Munich akhir Januari kemarin, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyampaikan dalam sebuah wawancara bahwa suatu hari Iran bisa jadi mengakui negara Yahudi Israel.
“Setelah masalah dengan Palestina selesai, kondisi-kondisi yang memungkinkan untuk mengakui negara Israel akan ada,” kata Zarif kepada televisi Jerman, Phoenix.
Dalam pidato di konferensi itu, Zarif juga mengatakan bahwa holocaust sangat keji dan tidak boleh terjadi lagi.
Hari Kamis (6/2/2014) Zarif menyangkal pernyataan-pernyataan tersebut yang dikaitkan kepadanya. Tetapi dia tidak menyangkal soal komentarnya tentang holocaust.(hidayatullah)
“Kami sangat senang,” kata seorang perawat lewat sambungan telepon dikutip NY Times. “Ini pertanda baik.”
Rumah sakit itu, yang bernama RS Dr Sapir dan Pusat Amal, menerima dana US$400.000 dari pemerintah Presiden Rouhani, lapor kantor berita semi resmi Mehr. Sebuah sumber Iran lainnya, situs semi resmi Tabnak, mengatakan bahwa jumlahnya US$200.000 dan pemberian uang kedua dengan jumlah yang sama akan segera dikirimkan.
Dilansir Tabnak, saudara laki-laki presiden Iran, Hossein Fereydon –yang memakai nama belakang asli keluarga Rouhani– mengatakan, “Pemerintah kami bermaksud untuk menyatukan seluruh kelompok etnis dan agama, oleh karena itu kami membantu Anda.”
Pemberian uang kepada rumah sakit itu itu dilakukan setelah tim sosial media Rouhani sebelumnya mengucapkan selamat hari raya Rosh Hasana kepada Yahudi di seluruh dunia pada bulan September lalu.
Rangkul Yahudi
Di Iran sejak dulu Yahudi diakui secara resmi sebagai etnis minoritas. Iran merupakan rumah bagi sebagian besar Yahudi di Timur Tengah, meskipun jumlahnya sekarang berkurang karena banyak yang pindah ke Israel atau negara lainnya seperti Amerika Serikat.
Sejak menjabat bulan Agustus 2013, Rouhani melakukan pendakatan yang berbeda terhadap Yahudi, Amerika Serikat dan sekutunya. Berbeda sama sekali dengan pendahulunya Mahmud Ahmadinejad, yang tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mengkritik Israel dan mengingkari holocaust.
Tidak seperti Ahmadinejad, Rouhani jarang menyebut Yahudi dan holocaust. Namun dia terang-terangan mengajak para pemimpin Yahudi ke Amerika Serikat guna melobi Washington agar mau meringankan sanksi ekonomi atas Iran. Sebagaimana diketahui, dunia politik dan dunia usaha Amerika Serikat dikuasai oleh orang-orang Yahudi dan sekutunya. Lobi itu sepertinya berhasil. Seperti diberitakan sebelumnya, Amerika Serikat mulai mencairkan uang hasil penjualan minyak Iran.
“Kita dapat melihat jelas bahwa Rouhani berusaha mengambil jarak dari kebijakan menyangkal holocaust Ahmadinejad,” kata Farshad Ghorbanpour seorang analis politik yang dekat dengan pemerintah.
Saat Konferensi Keamanan Munich akhir Januari kemarin, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyampaikan dalam sebuah wawancara bahwa suatu hari Iran bisa jadi mengakui negara Yahudi Israel.
“Setelah masalah dengan Palestina selesai, kondisi-kondisi yang memungkinkan untuk mengakui negara Israel akan ada,” kata Zarif kepada televisi Jerman, Phoenix.
Dalam pidato di konferensi itu, Zarif juga mengatakan bahwa holocaust sangat keji dan tidak boleh terjadi lagi.
Hari Kamis (6/2/2014) Zarif menyangkal pernyataan-pernyataan tersebut yang dikaitkan kepadanya. Tetapi dia tidak menyangkal soal komentarnya tentang holocaust.(hidayatullah)
إرسال تعليق
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com