GemaDakwah : Kairo. Bertambah kuat keterlibatan militer kudeta dalam
pembantaian tentara di Sinai. Hal tersebut disampaikan Dr. Mahmud Allam
hari Rabu 21 Agustus 2013, di media egyptwindow.
Bermulai dari cerita tentang ayah salah satu korban berasal dari propinsi Manufia. Walaupun dalam keadaan duka, ayahnya masih bisa berpikir tenang. Ketika menerima jenazah anaknya, dia meminta surat keterangan tentang sebab kematian anaknya. Pihak militer menjawab bahwa jamaah teroris bentukan Ikhwanlah yang teleh membunuhnya. Mereka juga menenangkan bahwa seluruh hak dan pensiun milik anaknya akan segera diurus.
Merasa tidak puas, ayah korban tersebut meminta kejelasan dan perincian tentang sebab kematian anaknya. Pihak militer menjawab, ada dua peluru di kepala dan satu di dada. Lalu memaksa keluarga untuk segera menguburkan jenazah itu, lalu menjanjikan surat keterangan tersebut akan disampaikan dua hari lagi.
Ayah korban berkata bahwa dia akan mengambil jenazah untuk diotopsi di rumah sakit universitas (Al-Azhar, dan lainnya). Militer menolak dan ingin merebut jenazah tersebut. Tapi karena jumlah keluarga yang banyak, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Setelah keluarga berhasil mengotopsinya di rumah sakit universitas. Hasilnya sangat mencengangkan. Korban telah ditembak dengan 3 peluru tajam dari jarak 4 meter. Terdapat pembekuan darah pada jemari tangan dan kaki, yang menunjukkan bahwa korban melihat dan mengetahui pelaku pembantaian lebih dari setengah jam. Selain itu terdapat bekas penyiksaan di beberapa bagian tubuhnya.
Dan yang lebih mencengangkan lagi, terdapat kode “jim-mim-‘ain” (Jumhuriyah Misr Al-Arabiyah/Republik Arab Mesir) pada 3 peluru tersebut. Peluru semacam ini tentu hanya digunakan oleh anggota militer Mesir.
Ayah korban pun mendatangi kejaksaan untuk melaporkan temuan tersebut dan menuntut militer. Namun militer segera menangkapnya. Militer juga menggeledah, menangkap dokter yang mengotopsi, dan menutup rumah sakit setelah memindahkan seluruh pasien ke rumah sakit yang lain.
Hingga saat ini tidak diketahui keberadaan ayah korban dan dokter yang mengotopsi. (msa/dkw)
Wallahu A‘lam.
Bermulai dari cerita tentang ayah salah satu korban berasal dari propinsi Manufia. Walaupun dalam keadaan duka, ayahnya masih bisa berpikir tenang. Ketika menerima jenazah anaknya, dia meminta surat keterangan tentang sebab kematian anaknya. Pihak militer menjawab bahwa jamaah teroris bentukan Ikhwanlah yang teleh membunuhnya. Mereka juga menenangkan bahwa seluruh hak dan pensiun milik anaknya akan segera diurus.
Merasa tidak puas, ayah korban tersebut meminta kejelasan dan perincian tentang sebab kematian anaknya. Pihak militer menjawab, ada dua peluru di kepala dan satu di dada. Lalu memaksa keluarga untuk segera menguburkan jenazah itu, lalu menjanjikan surat keterangan tersebut akan disampaikan dua hari lagi.
Ayah korban berkata bahwa dia akan mengambil jenazah untuk diotopsi di rumah sakit universitas (Al-Azhar, dan lainnya). Militer menolak dan ingin merebut jenazah tersebut. Tapi karena jumlah keluarga yang banyak, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Setelah keluarga berhasil mengotopsinya di rumah sakit universitas. Hasilnya sangat mencengangkan. Korban telah ditembak dengan 3 peluru tajam dari jarak 4 meter. Terdapat pembekuan darah pada jemari tangan dan kaki, yang menunjukkan bahwa korban melihat dan mengetahui pelaku pembantaian lebih dari setengah jam. Selain itu terdapat bekas penyiksaan di beberapa bagian tubuhnya.
Dan yang lebih mencengangkan lagi, terdapat kode “jim-mim-‘ain” (Jumhuriyah Misr Al-Arabiyah/Republik Arab Mesir) pada 3 peluru tersebut. Peluru semacam ini tentu hanya digunakan oleh anggota militer Mesir.
Ayah korban pun mendatangi kejaksaan untuk melaporkan temuan tersebut dan menuntut militer. Namun militer segera menangkapnya. Militer juga menggeledah, menangkap dokter yang mengotopsi, dan menutup rumah sakit setelah memindahkan seluruh pasien ke rumah sakit yang lain.
Hingga saat ini tidak diketahui keberadaan ayah korban dan dokter yang mengotopsi. (msa/dkw)
Wallahu A‘lam.
إرسال تعليق
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com