Kenapa Ikhwanul Muslimin? Jawabannya adalah, karena da’wah Ikhwan menghimpun semua unsur ishlah. Ustadz Hasan Al Banna rahimahullah mengatakan: “Hasil dari pemahaman umum yang menyeluruh terhadap Islam ini, bagi Ikhwanul Muslimin, adalah mencakup fikrah mereka di seluruh sektor ishlah pada diri ummat. Siapapun yang memiliki keikhlasan dan rasa ghirah terhadap Islam mendapatkan saluran aspirasi dan cita-citanya pada da’wah Ikhwan. Terpadulah semua harapan untuk menghidupkan ishlah, mereka yang mengetahui dan memahami seluk beluknya. Anda dapat mengatakan bahwa Ikhwanul muslimin adalah:
Da’wah Salafiyah
Karena mereka menyeru kembali kepada sumber Islam secara murni, yaitu dari kitabullah dan sunnah rasul-Nya.
Thariqat sunniyah
Karena mereka mempraktekkan sunnah yang suci dalam segala hal, khususnya dalam masalah aqidah, ibadah dan sebagainya.
Hakikat sufiyah
Karena mereka mengetahui bahwa fondasi kebaikan adalah kebersihan jiwa, kesucian hati, dan membiasakan diri untuk beramal, berpaling dari makhluk, dan mencintai karena Allah, serta terikat dengan kebaikan.
Lembaga politik
Karena mereka menuntut reformasi dan perbaikan sistem pemerintahan, dan menyeimbangkan pandangan terhadap hubungan ummat Islam dengan ummat-ummat yang lainnya secara internasional, membina bangsa untuk memiliki harga diri, dan kemuliaan serta memelihara persatuan bangsa secara maksimal.
Klub olahraga
Karena mereka memperhatikan kondisi tubuh mereka. Mereka mengetahui bahwa mu’min yang kuat lebih baik dari mu’min yang lemah. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atasmu.”[1]
Dan sesungguhnya taklif Islam seluruhnya tak mungkin tertunaikan secara sempurna dan benar kecuali melalui kondisi tubuh yang kuat. Shalat, puasa, haji dan zakat, seluruhnya membutuhkan tubuh yang mampu memikul beratnya bekerja dan berjuang mencari rizki. Karena itu, mereka mempunyai perhatian tinggi terhadap kelompok dan grup olahraga mereka. Dan mungkin saja seringkali pertemuan-pertemuan digunakan khusus untuk kegiatan olah raga.[2]
Kelompok kajian ilmiyah
Karena sesungguhnya Islam menjadikan upaya menuntut ilmu sebagai kewajiban atas setiap muslim dan muslimah. Dan karena pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan Ikhwan pada hakikatnya adalah sekolah-sekolah untuk belajar dan memperluas cakrawala berpikir, perguruan untuk pembinaan j asad, akal dan ruh.
Syarikat ekonomi
Karena sesungguhnya Islam memperhatikan sisi manajemen harta, dan pencariannya sesuai dengan ajaran-ajarannya. Inilah yang dikatakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Sebaik-baik harta adalah yang dimiliki seorang shalih.”[3]
Beliau juga bersabda,
“Siapa yang sore harinya lelah karena berusaha mandiri, ia telah diampuni dosanya.”[4]
Dalam sabdanya yang lain,
“Sesungguhnya Allah mencintai seorang mu’min yang mencari rizki.”[5]
Fikrah Ijtma’iyah
Karena mereka memperhatikan obat-obatan bagi masyarakat Islam, berupaya mencari jalan pengobatan dan penyembuhan masyarakat dari penyakit. Demikianlah syumuliyah (kesempurnaan) Islam telah membentuk fikrah kami memandang secara menyeluruh ke segenap sektor ishlah dan menjadikan kegiatan kami mencakup semua sektor.
Di saat orientasi manusia terfokus pada salah satu sisi ajaran Islam kemudian mengabaikan yang lainnya, Ikhwan berorientasi ke seluruh aspek hidup. Mereka menyadari bahwa ajaran Islam menuntut mereka untuk melakukan seluruhnya.
Hasan Al Banna rahimahullah mengatakan: “Wahai Ikhwan, kalian bukanlah asosiasi atau partai politik, bukan organisasi yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang terbatas. Kalian adalah ruh baru yang mengalir dalam hati ummat ini, lalu menghidupkannya dengan Al Quran. Cahaya baru yang menerangi, menyimakan kegelapan materialistik dengan ma’rifatullah. Suara da’i yang mengulang-ulang da’wah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam Tidaklah berlebihan bila kalian merasakan, di kala manusia mengabaikan seruan itu, kalianlah yang siap menanggungnya.
Bila dikatakan kepada kalian, ke arah manakah da’wah kalian? Katakanlah, kami menyeru kepada Islam yang dibawa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam Pemerintahan adalah bagian darinya dan kebebasan adalah salah satu faridhah di dalamnya. Bila dikatakan kepada kalian, itu adalah politik.
Katakanlah, inilah Islam dan kami tidak mengenal pembagian dalam Islam. Bila dikatakan kepada kalian, kalian adalah pemicu revolusi. Katakanlah, kami adalah penyeru kebenaran dan perdamaian yang kami yakini dan kami merasakan kemuliaan denganya. Bila kalian menghalangi jalan da’wah kami, maka Allah telah mengizinkan kami untuk membela diri kami sedangkan kalian termasuk orang-orang yang akan memperoleh balasan dari Allah bagi orang-orang yang zhalim. Bila dikatakan kepada kalian, sesungguhnya kalian berkoalisi bekerjasama dengan orang-orang atau organisasi tertentu, katakanlah, “Kami beriman kepada Allah semata, dan kami menolak apa-apa yang kalian sekutukan”.
Setelah itu, maka manusia akan mengatakan, kalau begitu apa artinya ini dan apa sebenarnya kalian wahai Ikhwan? Kami tak memahami kalian, jelaskanlah kepada kami, tunjukanlah identitas Anda agar kami mengenal kalian sebagaimana kami mengenal organisasi-organisasi yang lain.
Apakah kalian perkumpulan tariqah shufiyah? Organisasi kebajikan? Yayasan sosial? Partai politik? Satukanlah nama-nama dan sebutan itu agar kami mengenal kalian sesuai nama dan karakter kalian.
Katakanlah kepada mereka, “Kami berda’wah kepada Al Quran secara haq dan menyeluruh, mencakup: Hakekat shufiyah sunniyah untuk memperbaiki jiwa dan mensucikan ruh, menghidupkan hati manusia kepada Allah Yang Maha Tinggi dan Besar. Organisasi kebajikan yang memerintahkan kebajikan dan melarang kemungkaran, menolong orang yang tertimpa musibah, membantu orang misikin, dan mendamaikan orang-orang yang berselisih. Yayasan sosial yang berjuang memerangi kebodohan, kemiskinan, penyakit dan berbagai bentuk kehinaan. Partai politik yang bersih yang mengumpulkan pendapat, terlepas dari ambisi, mempertajam tujuan dan memperbaiki pimpinan.”
Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamin
Sejenak
Akhi da’iyah,
Jangan jadikan hatimu mudah dihanyutkan syubuhat, seperti bunga karang di tepi laut yang kian ternoda manakala diterpa gelombang air. Jadilah bak cermin yang tetap kokoh. Berbagai isu dan tuduhan hanya lewat di hadapannya, dan tidak menetap padanya. Cermin menolak semua itu dengan kekokohannya. Bila tidak demikian, bila hatimu menghirup semua syubhat yang melewatinya, niscaya ia akan menjadi sarang segala tuduhan dan isu yang tak jelas.
Ketahuilah, di antara kaidah syari’at dan hikmah menyebutkan, bahwa siapa yang banyak dan besar kebaikannya, dan telah menanam pengaruh nyata di dalam Islam, mungkin saja melakukan kekeliruan yang bisa jadi tidak dilakukan orang selainnya. Orang seperti itu dapat dimaafkan. Maaf yang tidak diberikan pada selainnya. Sesungguhnya kemaksiatan itu adalah kotoran, dan air bila mencapai dua kulah, tidak membawa kekotoran. (Nasihat Ibnu Taimiyah kepada muridnya, Ibnul Qayim)
[1] Potongan dari hadits yang dikeluarkan oleh a1-Bukhari (Fath, 5/121-123) dari Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash.
[2] Majmu’atu Ar Rasa’il, Hasan Al Banna.
[3] Dikeluarkan oleh Ahmad (4/197 dan 202) dari jalur Musa bin Ali bin Rabah dari ayahnya berkata: “Aku mendengar Amr bin Al ‘Ash mengatakan…”, Sanadnya shahih.
[4] Dikeluarkan oleh Ath Thabrani dalam Al Ausath dari Ibnu Abbas. Didha’ifkan oleh Al Albani (Dha’ifu Al Jami’, 5494)
[5] Dikeluarkan oleh Al Hakim, At Tirmidzi dalam Nawadiru Al Ushul. Dikeluarkan pula oleh Ath Thabrani dalam Al Kabir, oleh Al Baihaqi dalam Asy Syu ‘ab, dan didha’ifkan oleh Al Albani (Dha’ifu Al Jami’, 1704).
إرسال تعليق
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com