Jamaliah, jika tak salah ku mengingat namanya. Sosok yang membuat rasa takjub, heran, bersemangat dan sedih berkumpul pada satu waktu. selasa (16/1) ada acara SAFARI DAKWAH 3 yang diadakan oleh DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berlokasi di wilayah Sumatra Barat, tepatnya di lapangan Imam Bonjol kota Padang. Begitu banyak kegiatan yang dilakukan disana seperti lomba mewarnai, lomba kasidah, donor darah, cek kesehatan, stand makanan, stand obat herbal, dan masih banyak lagi. tapi ada satu kisah yang tak ingin saya lupakan dalam acara tersebut.
saat itu usai shalat zuhur, matahari memang amat jelas menampakan diri hingga panasnya menyengat kulit. Tak heran banyak orang yang lebih memilih untuk berteduh di tribun penonton yang memang terlindung dari sengatan matahari atau memilih merapat ke berbagai stand yang ada. Saat itulah, dikala lapangan sepakbola dimana panggung utama berdiri itu masih sepi dari kehadiran peserta yang memang sebagian sedang berteduh dari terik mentari dan sebagian lagi baru saja tiba dan sedang melaksanakan shalat zuhur di masjid terdekat. Sosok yang istimewa ini pun datang dari kejauhan, dengan merangkak.
Ya, beliau merangkak karena memang kondisi kakinya yang (maaf) berbeda dari orang lain kebanyakan. Meskipun usianya tak lagi muda, sang nenek ini seorang diri merangkak mendekat ke panggung utama di siang itu tanpa payung yang melindunginya. Maaf, awalnya hati busuk ini berfikir sang nenek akan meminta uang dari para panitia yang memang sudah hadir di sekitar panggung. Tapi tidak, beliau duduk diam tepat di dekat pembatas dan menatap ke atas panggung dan menikmati nasyid dari Shoutul Risalah yang memang sedang menghibur para peserta SAFARI DAKWAH 3 yang hadir saat itu.
Perlahan-lahan peserta lain pun mulai mendekat dan meramaikan sekitar panggung. Suasana sepi yang sebelumnya, dimana tidak ada yang menghalangi sang nenek dari barisan grup nasyid Shoutul Risalah kecuali tali pembatas dan tingginya panggung pun berubah. Kini peserta lain dengan tubuh yang prima berdiri di sekitar sang nenek, para Kepanduan dan Santika yang bertugas sebagai pengaman lokasi panggung pun mulai membentuk formasi yang menjaga agar peserta acara tidak merangsek maju menerobos pembatas sekitar panggung utama.
Sang nenek yang tak ingin pandangannya terhalang pun kemudian memilih untuk sedikit maju dan duduk di samping para santika yang telah berdiri tegap membentuk formasi menghadap ke arah para peserta.
Akhirnya suara riuh pun hadir di lapangan itu seiring dengan kedatangan rombongan SAFARI DAKWAH dari DPP PKS yang telah menempuh perjalanan panjang mengunjungi berbagai provinsi di pulau Sumatra. Dalam rombongan itu ikut serta Presiden PKS (Ust Luthfi Hasan Ishaaq). Ust Luthfi beserta rombongan berjalan mendekati panggung dengan bersalaman dan menyapa para kader dan simpatisan PKS yang hadir pada acara tersebut.
Saat Ust Luthfi telah berada di dekat panggung, beliau melihat sosok sang nenek yang amat bersemangat menyambut kedatangan beliau dan rombongan. Beliau pun mendekati sang nenek dan kemudian menekuk kakinya sehingga membuat tinggi tubuhnya sejajar dengan sosok yang didekatinya itu. Sang nenek yang amat bahagia berada di hadapan Ust Luthfi dalam keadaan yang sejajar pun langsung memeluknya dan menumpahkan berbagai ucapan dan do’a untuknya. Jika telinga ini tak salah mendengar ditengah riuhnya suara peserta yang ada, nenek Jamaliah berkali-kali berdo’a agar PKS memperoleh kemenangan dan mendapat lindungan Allah. Ust Luthfi dengan senyum menyambut setiap do’a yang keluar dari mulut sang nenek, dan setelah itu meminta agar kader daerah mau memperhatikan kondisi sang nenek. Ust Luthfi pun meneruskan langkahnya naik ke atas panggung. Di tengah meriahnya acara itu berkali-kali ku melewati sosok nenek tersebut, ku lihat beliau tetap duduk bersahaja di sana dan bersemangat hingga akhir acara.
Melihat nenek itu, diri ini merasa malu mulai dari pertama kali bertemu. Dalam sorot matanya tersimpan harapan yang mendalam akan kemenangan PKS, harapan untuk mendapat manfaat lebih dari kader-kader partai itu. Pantas rasanya untuk para kader PKS merasa takut melalaikan harapan dari sosok masyarakat seperti nenek Jamaliah yang di teriknya matahari dan pandangan sebagian orang yang menatapnya aneh, beliau tak malas dan tak malu untuk datang paling pertama depan panggung menikmati semangat senandung nasyid dan dengan sabar dan bersemangat mengikuti setiap sesi acara hingga ujungnya.
Oleh : Burhanizain Fitra
saat itu usai shalat zuhur, matahari memang amat jelas menampakan diri hingga panasnya menyengat kulit. Tak heran banyak orang yang lebih memilih untuk berteduh di tribun penonton yang memang terlindung dari sengatan matahari atau memilih merapat ke berbagai stand yang ada. Saat itulah, dikala lapangan sepakbola dimana panggung utama berdiri itu masih sepi dari kehadiran peserta yang memang sebagian sedang berteduh dari terik mentari dan sebagian lagi baru saja tiba dan sedang melaksanakan shalat zuhur di masjid terdekat. Sosok yang istimewa ini pun datang dari kejauhan, dengan merangkak.
Ya, beliau merangkak karena memang kondisi kakinya yang (maaf) berbeda dari orang lain kebanyakan. Meskipun usianya tak lagi muda, sang nenek ini seorang diri merangkak mendekat ke panggung utama di siang itu tanpa payung yang melindunginya. Maaf, awalnya hati busuk ini berfikir sang nenek akan meminta uang dari para panitia yang memang sudah hadir di sekitar panggung. Tapi tidak, beliau duduk diam tepat di dekat pembatas dan menatap ke atas panggung dan menikmati nasyid dari Shoutul Risalah yang memang sedang menghibur para peserta SAFARI DAKWAH 3 yang hadir saat itu.
Perlahan-lahan peserta lain pun mulai mendekat dan meramaikan sekitar panggung. Suasana sepi yang sebelumnya, dimana tidak ada yang menghalangi sang nenek dari barisan grup nasyid Shoutul Risalah kecuali tali pembatas dan tingginya panggung pun berubah. Kini peserta lain dengan tubuh yang prima berdiri di sekitar sang nenek, para Kepanduan dan Santika yang bertugas sebagai pengaman lokasi panggung pun mulai membentuk formasi yang menjaga agar peserta acara tidak merangsek maju menerobos pembatas sekitar panggung utama.
Sang nenek yang tak ingin pandangannya terhalang pun kemudian memilih untuk sedikit maju dan duduk di samping para santika yang telah berdiri tegap membentuk formasi menghadap ke arah para peserta.
Akhirnya suara riuh pun hadir di lapangan itu seiring dengan kedatangan rombongan SAFARI DAKWAH dari DPP PKS yang telah menempuh perjalanan panjang mengunjungi berbagai provinsi di pulau Sumatra. Dalam rombongan itu ikut serta Presiden PKS (Ust Luthfi Hasan Ishaaq). Ust Luthfi beserta rombongan berjalan mendekati panggung dengan bersalaman dan menyapa para kader dan simpatisan PKS yang hadir pada acara tersebut.
Saat Ust Luthfi telah berada di dekat panggung, beliau melihat sosok sang nenek yang amat bersemangat menyambut kedatangan beliau dan rombongan. Beliau pun mendekati sang nenek dan kemudian menekuk kakinya sehingga membuat tinggi tubuhnya sejajar dengan sosok yang didekatinya itu. Sang nenek yang amat bahagia berada di hadapan Ust Luthfi dalam keadaan yang sejajar pun langsung memeluknya dan menumpahkan berbagai ucapan dan do’a untuknya. Jika telinga ini tak salah mendengar ditengah riuhnya suara peserta yang ada, nenek Jamaliah berkali-kali berdo’a agar PKS memperoleh kemenangan dan mendapat lindungan Allah. Ust Luthfi dengan senyum menyambut setiap do’a yang keluar dari mulut sang nenek, dan setelah itu meminta agar kader daerah mau memperhatikan kondisi sang nenek. Ust Luthfi pun meneruskan langkahnya naik ke atas panggung. Di tengah meriahnya acara itu berkali-kali ku melewati sosok nenek tersebut, ku lihat beliau tetap duduk bersahaja di sana dan bersemangat hingga akhir acara.
Melihat nenek itu, diri ini merasa malu mulai dari pertama kali bertemu. Dalam sorot matanya tersimpan harapan yang mendalam akan kemenangan PKS, harapan untuk mendapat manfaat lebih dari kader-kader partai itu. Pantas rasanya untuk para kader PKS merasa takut melalaikan harapan dari sosok masyarakat seperti nenek Jamaliah yang di teriknya matahari dan pandangan sebagian orang yang menatapnya aneh, beliau tak malas dan tak malu untuk datang paling pertama depan panggung menikmati semangat senandung nasyid dan dengan sabar dan bersemangat mengikuti setiap sesi acara hingga ujungnya.
Oleh : Burhanizain Fitra
إرسال تعليق
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com