Risalah dari Prof. DR. Muhammad Badi’, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, 29-11-2012
________
Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah saw
beserta keluarga dan para sahabat serta orang-orang yang mendukungnya,
selanjutnya…
Bahwa cinta kepada kampung halaman adalah naluri dan fitrah yang
dianugerahkan kepada Manusia, bahkan dianugerahkan kepada seluruh
makhluk.. Tidakkah Anda melihat burung-burung bermigrasi melakukan
perjalanan ribuan mil, dan kemudian kembali ke habitat aslinya setelah
melewati suasana yang keras berupa cuaca yang keras atau iklim yang
parah? ..
Begitu pula manusia yang dilahirkan di suatu tempat lain dan memiliki
kerinduan pada negeri induknya, meskipun jaraknya jauh atau berat,
namun karena kerinduan kepada negeri yang memotivasi seseorang untuk
kembali, meskipun berada di akhir hidupnya dan akhir umurnya ..
Inilah fitrah manusia tidak bisa dipungkiri Islam, bahkan senantiasa
dipelihara dan dimotivasi, kecuali jika bertentangan dengan tugas jihad
dalam membela kebenaran dan upaya untuk mereformasi negeri serta
melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan dan membela yang tertindas
.. Pada kondisi seperti itu, Mengatasi kerinduan yang fitri merupakan
bagian dari jihad dan tadhiyah (pengorbanan) yang akan diberikan
penghargaan (pahala) seuai dengan kesulitan yang dihadapi…
Nabi saw memberikan contoh yang menakjubkan terkait cinta dengan
negeri sendiri, loyal kepadanya dan rindu terhadapnya, pada saat hijrah
dari Mekkah setelah terasa sempit jalan-jalan dakwah,kemudian beliau
bersabda:
والله إنك لأحبّ أرض الله إلى الله وأحب أرض الله إليَّ، ولولا أن أهلك أخرجوني منك ما خرجت
“Demi Allah, Engkau adalah tempat
(bumi) yang paling aku cintai sekiranya pendudukmu tidak mengusirku,
maka aku tidak akan keluar darimu “..
Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ
“Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu
(melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu
ke tempat kembali”. (Al-Qashash:85)
Untuk meringankan beban dan mengobati perasaan rindu yang tinggi kepada kota Mekkah.
Begitupula sahabat Rasulullah saw “Bilal” yang senantiasa mendapatkan
siksaan di kota Mekkah tidak seperti yang lainnya.. mensenandungkan
puisi karena kerinduannya kepada kota Mekkah
Dan ketika Rasulullah SAW mendengar gambaran dan kondisi kota Mekkah
dari salah seorang sahabat Ashil, meneteslah air mata yang mulia lalu
bersabda: “wahai Ashil, biarkanlah hati-hati ini merindukannya”
Begitulah kecintaan Rasulullah saw yang mulia dan kecintaan para
sahabat yang suci terhadap negerinya yang pertama (Mekkah), meskipun apa
yang mereka temui berupa kehangatan dan sambutan yang baik di tempat
hijrah mereka yang baru di Madinah Al-Munawarah..
Tidaklah seorang manusia dianggap sempurna kecuali memiliki rasa
cinta terhadap negerinya, rindu kepadanya, berambisi atasnya dan
berjuang dengan jiwa dan hartanya untuk membelanya, bahkan berusaha
mengerahkan seluruh potensi untuk menjaga kemuliaannya, kekuatannya,
kemenangannya dan kekayaannya.
Dan ketika kecintaan kepada negeri dilandasi dengan ikatan iman ..
akan membuat perasaan menjadi mulia, dan ketika memahami (warga negara)
bahwa membela tanah air adalah bagian dari mendekatkan diri kepada
Allah, maka hal tersebut tidak akan sia-sia dan tidak akan melemahkan
perlawanan terhadap musuh-musuh tanah air; karena ia faham bahwa
مَنْ مَاتَ دُوْنَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ مَاتَ دُوْنَ عِرْضِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ
“Barangsiapa mati dalam rangka
mempertahankan hartanya adalah syahid, dan barangsiapa yang mati dalam
rangka mempertahankan jiwanya adalah syahid”
dan
مَنْ قَاتَلَ لِتَكُوْنَ كَلِمَةَ اللِه هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيْلِ اللِه
”Baransiapa yang berperang untuk menjadikan kalimat Allah yang tertinggi maka ia di jalan Allah. “
Dan ketika nasionalisme dilandasi karena Allah .. Lingkupnya akan
menjadi lebih luas mencakup semua tanah kaum muslimin, sehingga membela
mereka menjadi kewajiban dan menolong mereka adalah keharusan.
فَحَيْثُمَا ذُكِرَ اسْمُ اللِه فِي بَلَدٍ *** عدَدَتْ أَرْضَهُ مِنْ لبِّ أَوْطَانِي
Dimanapun nama Allah disebut dalam satu negeri *** maka negeri tersebut bagian dari tanah airku
Bahkan, cinta kepada negeri lebih luas dan lebih luas sehingga meliputi seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman:
وَمَا لَكُمْ لا تُقَاتِلُونَ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ
وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَذِهِ
الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَنَا مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا
وَاجْعَل لَنَا مِنْ لَدُنْكَ نَصِيرًا
“Mengapa kamu tidak mau berperang di
jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki,
wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan Kami,
keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan
berilah Kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah Kami penolong dari
sisi Engkau!”. (An-Nisa:75)
Katika nasionalisme diiringi dengan akidah maka akan menghasilkan
keteladanan dalam berkorban dan keberanian tidak takut terhadap berbagai
tipu daya musuh, kebencian orang-orang yang membenci, para penghambat
dan hina, sungguh telah banyak terjadi gerakan pembebasan dari
penjajahan di negara kita yang didasari iman yang murni .. Bahkan jika
pembebasan telah sempurna melalui keberanian para Mujahidin dan darah
para syuhada, kita melihat di beberapa negara buah dari jihad dicuri
oleh pencoleng yang tidak beriman pada hari hisab (perhitungan) dan yang
tumbuh di atas hidangan materialisme dan atheisme; untuk menjadi
alternatif yang menjamin kelanjutan dari pengaruh asing setelah
runtuhnya penjajahan militer, dan inilah rencana penjajahan di sebagian
besar negara setelah terusirnya penjajahan militer dengan penjajahan
lain sehingga dapat mencapai satu tujuan.
Ikhwanul Muslimin berhasil memerangi orang-orang Yahudi di Palestina,
dan berjuang memerangi pasukan Inggris di tepi kanal suez, (Omar
Mukhtar) berjuang melawan penjajahan Italia di Libya, Ibnu Badis
berjuang melawan penjajahan Perancis Aljazair, Al-Mahdi melawan
penjajahan Inggris di Sudan .. Semua gerakan pembebasan tanah air titik
tolaknya adalah iman yang murni, para Mujahidin sangat mengidamkan jihad
dan syahadah di jalan Allah mengangkat tanah air dan membebaskan
negerinya.
Dan tidak pernah para mujahidin memerangi saudaranya setanah air…
Bahkan terhadap penguasa yang zhalim sekalipun, mereka seantiasa
meluruskannya dengan kata-kata yang hak meski mereka menanggungnya
dengan banyak pengorbanan; jiwa, harta dan kebebasan, sama sekali tidak
mendorongnya untuk balas dendam karena mengikuti contoh dari Rasulullah
saw yang senantiasa dari umatnya berbagai macam siksa dan penderitaan,
namun beliau selalu berdoa:
اللهمَّ اهْدِ قومي فإنهم لا يعلمون
“Ya Allah, berilah hidayah kepada kaumku, karena mereka tidak mengerti”
Bahkan ketika datang malaikat gunungnya sekembalinya dari Thaif dalam
kondisi terusir dan terluka, meminta izin kepada Nabi untuk
menghancurkan warga Mekah yang keji. Beliau bersabda:
لا.. عسى الله أن يخرج من أصلابهم من يشهد أن لا إله إلا الله”، وقد استجاب الله تعالى دعاء نبيه صلى الله عليه وسلم
”Jangan.. karena aku berharap, Allah
mengeluarkan dair keturunan mereka yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah”, Maka Allahpun mengabulkan doa Nabi saw tersebut”.
Maka Allah memberikan hidayah setelah itu, Makkahpun ditaklukkan
dengan penuh kecintaan, maaf dan marhamah, dan Allah mengeluarkan
Ikrimah dari tulang sulbi Abu Jahal, dan Khalid dari tulang sulbi
Al-Walid bin Al-Mughirah, dan kota Mekkah kembali naungan tauhid untuk
menjadi kiblat semesta alam, tempat kerinduan umat Islam hingga hari
pembalasan.
Siapa saja yang mencintai tanah airnya tidak akan membakar, membunuh
atau merusak, namun akan senantiasa mempertahankan tanah air dengan
segala kekuatannya yang dimilikinya, dan tidak akan membuka tangannya
berlumuran darah meski terhadap para pelanggar dalam bereksperi atau
berlebih-lebihan dalam memusuhi
لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ
لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لأقْتُلَكَ إِنِّي
أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ
“Sungguh kalau kamu menggerakkan
tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan
menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut
kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.” (Al-Maidah:28)
Alhamdulillah, kami diberikan anugerah untuk senantiasa bersabar atas
segala sesuatu yang menimpa kami; kezhaliman, penjara, siksaan dan
pembunuhan, dan telah banyak dari kami yang menjadi syuhada menghadap
Tuhan mereka di masa lalu, bahkan sampai sekarangpun tidak dapat kami
berikan hak-hak mereka dari orang-orang yang membunuh mereka, namun
semua kami serahkan kepada Allah, karena disisi-Nya lah semua akan
diperhitungkan dihadapan mahkamah ilahiyah yang Maha Adil, Allah akan
putuskan semua urusan kita dengan hukum-Nya yang Maha Adil.
Rasa takut kami kepada Allah telah mendorong kami untuk tidak
membalas permusuhan dengan permusuhan lainnya, namun senantiasa bersabar
dan menyerahkan seluruhnya keapda Allah.. kami berseru seperti yang
dimohonkan Nabi saw:
اللهمَّ اهْدِ قومي فإنهم لا يعلمون
“Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku karena mereka tidak mengetahui”.
Karena banyak sekali dari para pembangkang disesatkan oleh media yang
keji, atau menjual sebagian mereka dan menguasai kebutuhan mereka para
pemilik kepentingan dari antek-antek rezim masa lalu yang zhalim, bahkan
ada sedikit dari mereka yang menjual perasaan mereka, mengkhianati
tanah air mereka, mencari kekuatan dari musuh-musuh eksternal diatas
kepentingan umat, merekalah yang akhirnya dapat kami singkap jati diri
mereka dan kami kalahkan tipu daya dan permainan mreka, meskipun
demikian, terhadap mereka kita diperintah oleh Allah untuk tidak berbuat
buruk kepada mereka, namun tetap meresmpin perintah Allah
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ
اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ
فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلا بَلِيغًا
“Mereka itu adalah orang-orang yang
Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah
kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada
mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. (An-Nisa:63)..
Dan memohon petunjuk (hidayah) melalui ucapan para ulama yang tsiqah
جهاد الكفار بالسيف والسنان، وجهاد المنافقين بالحُجَّة والبَيان
“JIhad melawan orang kafir dengan pedang dan senjata, dan jihad melawan orang munafik dengan hujjah (bantahan) dan penjelasan.
Kita tidak akan kehilangan harapan dan tidak akan menyerah atau putus
asa dari Rahmat Allah SWT, dan kami akan terus bekerja siang dan malam,
berkorban dengan ruh, waktu, berbagai kondisi kami karena kecintaan
kami kepada tanah air dan sayang rakyat kami, meninggikan syiar-syiar
(damai .. damai .. damai), melantunkan ayat Al-Qur’an
إِنْ أُرِيدُ إِلا الإصْلاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Aku tidak bermaksud kecuali
(mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. dan tidak ada
taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. hanya kepada Allah
aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali”. (Huud:88)
Imam Syahid Hasan Al-Banna juga telah mengajarkan kita untuk berkata dalam berbagai kondisi seperti:
ونُحبُّ أن يعلمَ قومنا أنهم أحبُّ إلينا
من أنفسنا، وأنه حبيبٌ إلى هذه النفوس أن تذهب فداءً لعزتهم إن كان فيها
الفداء، وأن تزهق ثمنًا لمجدهم وكرامتهم ودينهم وآمالهم إن كان فيها
الغناء.. وما أوقفنا هذا الموقف منهم إلا هذه العاطفة التي استبدت بقلوبنا،
وملكت مشاعرنا، فأقَضَّتْ مضاجعنا وأسالت مدامعنا.. وإنه لعزيزٌ علينا
جدُّ عزيز أن نرى ما يحيط بقومنا، ثم نستسلم للذلِّ أونرضى بالهوان أو
نستكين لليأس، فنحن نعمل للناس في سبيل الله أكثر مما نعمل لأنفسنا، فنحن
لكم لا لغيركم أيها الأحباب، ولن نكون عليكم يومًا من الأيام
“Kami ingin agar umat mengtahui bahwa
mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri, sungguh, jiwa-jiwa
kami ini senang gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, jika
memang tebusan itu yang diperlukan. Atau melayang untuk membayar
kejayaan, kemuliaan, agama, dan cita-cita mereka, jika memang
mencukupi.. Tiada yang membawa kami pada sikap seperi ini kepada mereka,
kecuali karena rasa kasih sayang yang telah mencengkram hari kami,
menguasai perasaan kami, menghilangkan kantuk kami, dan mengalir air
mata kami. SUngguh, kami benar-benar sedih melihat apa yang menimpa umat
ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan, ridha pada
kerendahan dan pasrah pada keputusasaan.. Sungguh, kami berbuat di jalan
Allah untuk kemaslahatan seluruh manusia, lebih banyak dari apa yang
kami lakukan untuk kepentingan diri kami. Kami adalah milik wahai
saudara-saudara tercinta, bukan untuk orang lain. sesaat pun kami tak
akan pernah menjadi musuh kalian”.
Semoga Allah melindungi negeri kita, tanah air kita dan bangsa kita..
Semoga Allah memberikan rahmat kepada para syuhada kami dan mengobati orang-orang yang menjadi korban…
Memberikan kepada kita rasa aman.. Amin ya Rabbal alamin..
فَسَتَذْكُرُونَ مَا أَقُولُ
لَكُمْ وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ
بِالْعِبَادِ . فَوَقَاهُ اللَّهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآلِ
فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ
“Kelak kamu akan ingat kepada apa
yang kukatakan kepada kamu. dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”. Maka Allah
memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta
kaumnya dikepung oleh azab yang Amat buruk”. (Ghafir:44-45)
Allah Akbar dan segala puji hanya milik Allah
Cairo, 15 Muharram 1434 H/ 29 Nopember 2012
Penerjemah:
Abu ANiSA
إرسال تعليق
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com