Sahabat
semua yang shalih dan shalihah, kembali kugoreskan catatan
tentang betapa indahnya menikah di jalan dakwah. Tak terasa, sudah lebih
dari 17 tahun mengarungi bahtera rumah tangga. Rasanya baru kemarin
gaun pengantin kami kenakan,
namun subhanallah tahun sudah kami arungi bahtera rumah tangga ini
dengan suka dan duka.
Insya Allah, karena itu kami telah memilih jalan dakwah sebagai jalan hidup kami, maka rasanya lebih banyak suka yang kami alami. Dan memang itulah yang kami rasakan.
Teringat kembali bagaimana dulu, dimasa awal hijrah dan mulai ikut pembinaan diri (tarbiyah). Diriku sempat curhat kepada Ustadzah untuk mencarikan seorang ikhwan yang shalih dan tentu saja mendukung penuh dakwahku nantinya. Alhamdulillah, sejak SMP diriku sudah terbiasa aktif ikut di kegiatan kerohanian Islam (Rohis) sekolah hingga kuliah. Jadi sangat wajar, jika saya ingin mendapatkan pendamping seorang mujahid dakwah yang tangguh.
Masalah wajah, pendidikan, status sosial itu tidaklah penting bagi kita yang sudah memahami materi perubahan secara totalitas (inqilab). Bukankah dalam proses tarbiyah, kita harus memiliki perasaan (syu'ur) yang Islami pula? Jika Allah SWT takdirkan jodoh kita seorang ikhwan yang tampan, shalih, cerdas dari keluarga mapan misalnya, itu semua adalah bonus dan takdir yang telah Allah SWT tetapkan kepada kita.
Namun jangan sampai hal itu membuat kita menjadi sombong. Semua kita jadikan sarana untuk lebih mengoptimalkan potensi kita baik waktu, harta, tenaga bahkan jiwa dalam dakwah ini. Maka, hari-hari indahpun, kami lalui berdua dalam dakwah yang indah dan berkah ini, Insya Allah.
Aku masih teringat saat-saat aktif selama 5 tahun di organisasi perempuan di staf pendidikan dan staf kaderisasi. Suami yang mendukung penuh dakwahku, membuat kaki ini rasanya sangat-sangat ringan melangkah. Apalagi saat ada agenda penting organisasi yang terkadang bisa menginap 2-3 malam di Puncak, misalnya. Terkadang secara bersamaan suamiku ada acara daurah atau mabit di masjid.
Kebahagiaan terindah juga mampir di keluarga kami, saat saya diizinkan dan didukung penuh suami untuk melakukan perjalanan dakwah ke Hongkong selama 25 hari ketika Ramadhan beberapa tahun lalu. Semua itu kami lalui dengan indah dan hati yang lapang, karena saling mendukung dan menguatkan dalam dakwah ini.
Belum lagi dengan tugas-tugas struktur atau kepartaian. Alhamdulillah, selama 10 tahun terakhir ini, kami selalu bersama di struktur. Ini pun sangat memudahkan dan membantu tugas-tugas dakwahku.
Ambil contoh, saat mengikuti kegiatan dakwah dimana mujahid dan suamiku tercinta, juga wajib hadir. Subhanallah, rasanya tambah indah dan tambah bersemangat melaksanakan tugas-tugas dan amanah dakwah. Ternyata menikah di jalan dakwah, dengan memiliki visi dan misi yang sama dalam membangun mahligai rumah tangga yang Islami sangat indah dan mulia. Semua ini membuat kita bertambah besyukur akan anugerah yang terindah dari Allah SWT.
Sementara itu, terkadang ketika saya mengisi majelis taklim ada ibu-ibu yang curhat, jika suaminya yang tidak shalatlah, main judilah, tidak puasa, melakukan KDRT. Prihatin dan sedih mendengarnya, sambil berusaha membantu memberikan solusi dengan saran yang membantu memotivasi para ibu untuk terus membina rumah tangganya agar tetap sakinah mawaddah warohmah.
Ya Allah ya Robbi, di sini kita bisa mengambil ibroh atau pelajaran, bahwa betapa indahnya rumah tangga yang dibangun atas dasar menegakkan dakwah-Mu ya Robbi. Saling asih, saling asah dan saling asuh, juga adanya manajemen keterbukaan dalam rumah tangga, akan menambah keharmonisan dalam berkeluarga.
Ya Allah ya Robbi, bimbinglah terus rumah tangga kami, dan rumah tangga para aktivis dakwan lainnya dimanapun untuk terus selalu istiqomah dalam dakwah ini. Jangan pernah sedikitpun kemanisan dunia membuat kami lupa dan lalai dalam mengingat-Mu.
Memang pasangan kita tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik-Mu ya Robbi. Namun hendaknya kita dengan pasangan kita harus saling melengkapi. Bukankah kita ibarat pakaian bagi pasangan hidup kita? Saling take dan give, mau mengingatkan satu sama lain dalam kesabaran dan kebaikan, juga berfastabiqul khairat.
Semoga sahabat-sahabatku yang sudah mendapatkan pasangan hidup dan menikah di jalan dakwah ini, dapat merawat cinta kasih antara suami dan isteri sehingga dari tahun ke tahun akan semakin bahagia dan sakinah mawaddah warohmah. Untuk sahabat-sahabatku yang belum mendapatkan jodoh dalam dakwah ini, tetaplah bersabar, tsabat dan terus berikhtiar seoptimal mungkin dengan cara yang diridhoi-Nya. Amin.
Insya Allah, karena itu kami telah memilih jalan dakwah sebagai jalan hidup kami, maka rasanya lebih banyak suka yang kami alami. Dan memang itulah yang kami rasakan.
Teringat kembali bagaimana dulu, dimasa awal hijrah dan mulai ikut pembinaan diri (tarbiyah). Diriku sempat curhat kepada Ustadzah untuk mencarikan seorang ikhwan yang shalih dan tentu saja mendukung penuh dakwahku nantinya. Alhamdulillah, sejak SMP diriku sudah terbiasa aktif ikut di kegiatan kerohanian Islam (Rohis) sekolah hingga kuliah. Jadi sangat wajar, jika saya ingin mendapatkan pendamping seorang mujahid dakwah yang tangguh.
Masalah wajah, pendidikan, status sosial itu tidaklah penting bagi kita yang sudah memahami materi perubahan secara totalitas (inqilab). Bukankah dalam proses tarbiyah, kita harus memiliki perasaan (syu'ur) yang Islami pula? Jika Allah SWT takdirkan jodoh kita seorang ikhwan yang tampan, shalih, cerdas dari keluarga mapan misalnya, itu semua adalah bonus dan takdir yang telah Allah SWT tetapkan kepada kita.
Namun jangan sampai hal itu membuat kita menjadi sombong. Semua kita jadikan sarana untuk lebih mengoptimalkan potensi kita baik waktu, harta, tenaga bahkan jiwa dalam dakwah ini. Maka, hari-hari indahpun, kami lalui berdua dalam dakwah yang indah dan berkah ini, Insya Allah.
Aku masih teringat saat-saat aktif selama 5 tahun di organisasi perempuan di staf pendidikan dan staf kaderisasi. Suami yang mendukung penuh dakwahku, membuat kaki ini rasanya sangat-sangat ringan melangkah. Apalagi saat ada agenda penting organisasi yang terkadang bisa menginap 2-3 malam di Puncak, misalnya. Terkadang secara bersamaan suamiku ada acara daurah atau mabit di masjid.
Kebahagiaan terindah juga mampir di keluarga kami, saat saya diizinkan dan didukung penuh suami untuk melakukan perjalanan dakwah ke Hongkong selama 25 hari ketika Ramadhan beberapa tahun lalu. Semua itu kami lalui dengan indah dan hati yang lapang, karena saling mendukung dan menguatkan dalam dakwah ini.
Belum lagi dengan tugas-tugas struktur atau kepartaian. Alhamdulillah, selama 10 tahun terakhir ini, kami selalu bersama di struktur. Ini pun sangat memudahkan dan membantu tugas-tugas dakwahku.
Ambil contoh, saat mengikuti kegiatan dakwah dimana mujahid dan suamiku tercinta, juga wajib hadir. Subhanallah, rasanya tambah indah dan tambah bersemangat melaksanakan tugas-tugas dan amanah dakwah. Ternyata menikah di jalan dakwah, dengan memiliki visi dan misi yang sama dalam membangun mahligai rumah tangga yang Islami sangat indah dan mulia. Semua ini membuat kita bertambah besyukur akan anugerah yang terindah dari Allah SWT.
Sementara itu, terkadang ketika saya mengisi majelis taklim ada ibu-ibu yang curhat, jika suaminya yang tidak shalatlah, main judilah, tidak puasa, melakukan KDRT. Prihatin dan sedih mendengarnya, sambil berusaha membantu memberikan solusi dengan saran yang membantu memotivasi para ibu untuk terus membina rumah tangganya agar tetap sakinah mawaddah warohmah.
Ya Allah ya Robbi, di sini kita bisa mengambil ibroh atau pelajaran, bahwa betapa indahnya rumah tangga yang dibangun atas dasar menegakkan dakwah-Mu ya Robbi. Saling asih, saling asah dan saling asuh, juga adanya manajemen keterbukaan dalam rumah tangga, akan menambah keharmonisan dalam berkeluarga.
Ya Allah ya Robbi, bimbinglah terus rumah tangga kami, dan rumah tangga para aktivis dakwan lainnya dimanapun untuk terus selalu istiqomah dalam dakwah ini. Jangan pernah sedikitpun kemanisan dunia membuat kami lupa dan lalai dalam mengingat-Mu.
Memang pasangan kita tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik-Mu ya Robbi. Namun hendaknya kita dengan pasangan kita harus saling melengkapi. Bukankah kita ibarat pakaian bagi pasangan hidup kita? Saling take dan give, mau mengingatkan satu sama lain dalam kesabaran dan kebaikan, juga berfastabiqul khairat.
Semoga sahabat-sahabatku yang sudah mendapatkan pasangan hidup dan menikah di jalan dakwah ini, dapat merawat cinta kasih antara suami dan isteri sehingga dari tahun ke tahun akan semakin bahagia dan sakinah mawaddah warohmah. Untuk sahabat-sahabatku yang belum mendapatkan jodoh dalam dakwah ini, tetaplah bersabar, tsabat dan terus berikhtiar seoptimal mungkin dengan cara yang diridhoi-Nya. Amin.
Zahrina Nurbaiti
(ismed)
إرسال تعليق
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com