Muslimah merupakan komponen dalam keluarga dan masyarakat yang berperan
penting dalam membentuk generasi dan peradaban. Bagaimanapun, seorang
muslimah ibarat madrasah pertama bagi setiap lapisan generasi.
Sejarah telah mencatat wahai saudariku, bahwasanya sejak zaman Nabi Adam as. hingga zaman Nabi Muhammad SAW, betapa banyak kisah mengenai peran muslimah pada masa itu dalam membantu tugas da’wah. Menyerukan kebaikan kepada seluruh lapisan umat, seperti yang dilakukan A’isyah ra.
Dengan kepandaiannya, A'isyah ra. mendidik kaum wanita, sepeninggal Rasulullah SAW, dengan mengajarkan ribuan hadist. Coba kita bayangkan, apa yang akan terjadi jikalau hal tersebut tidak beliau lakukan?
Kisah selanjutnya mengenai Asiah, istri Fir’aun. Asiah mengajarkan kita akan arti sebuah keteguhan terhadap Penciptanya, Allah Azza Wa Jalla.
Pun halnya peran Siti Hajar dalam mendidik anaknya, Nabi Ismail as. Pendidikan dan pembinaan oleh Siti Hajar menjadikan Nabi Ismail as. menjadi manusia yang taat, patuh, ikhlas dan senantiasa berserah diri pada Allah Azza Wa Jalla. Hal tersebut terlihat, terutama ketika menerima perintah disembelih oleh Ayahandanya, Nabi Ibrahim as.
Ada pula kisah Siti Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim as. Kisahnya mengajarkan kita mengenai buah dari keihklasan karena mengharap ridho Tuhannya semata.
Juga kisah ketangguhan dan keberanian Asma’ binti Abu Bakar. Bahkan, sebenarnya masih banyak kisah muslimah berprestasi dan berkontribusi lainnya.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran muslimah dalam kehidupan serta peradaban ini. Peran muslimah yang sedemikian besar itu, tidaklah serta merta.
Jika kita menginginkan mengulang sejarah dan mengukir kembali pribadi muslimah yang siap mendukung terwujudnya peradaban Islam yang gemilang, maka kita harus menjadi muslimah yang berprestasi sehingga kita dapat ikut berkontribusi.
Penulis disini sangat menyadari, bahwasanya ada banyak cara atau metode yang dapat kita gunakan untuk berkontribusi dalam membangun kejayaan Islam yang gemilang. Namun, pada tulisan ini, penulis sengaja membahas dan menitikberatkan pada prestasi.
”Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al-Qur'an), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” (Q.S.An-Nisaa’: 162)
Hal itu, sungguh bukan tanpa alasan. Alasan mengapa penulis menitikberatkan hal tersebut lantaran jika muslimah memiliki ilmu dan wawasan yang luas, mereka akan mampu memberikan pengajaran, pendidikan dan pembinaan yang terbaik bagi anak-anaknya kelak. Seperti yang telah disinggung di atas, bagaimanapun setiap muslimah ibarat madrasah atau tempat belajar yang pertama bagi setiap lapisan generasi.
Kualitas generasi di masa yang akan datang, akan banyak ditentukan oleh kualitas muslimah pada masa kini. Jadi, jika kita ingin melihat bagaimana gambaran generasi di masa yang akan datang, maka lihatlah kualitas muslimah pada saat ini.
Oleh karena itu, jadilah muslimah yang berprestasi. Namun, bukan prestasi yang dianut oleh para kaum feminis. Disini, kita berprestasi untuk berkontribusi membangun sebuah peradaban yang madani.
”Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?'" (QS. Fushshilat : 33)
Berprestasi dan berkontribusi secara berkelanjutan. Sehingga, dampaknya tidak hanya pada masa atau zaman kita saja, tapi juga pada masa atau zaman anak-anak kita. Bahkan, mungkin akan terus berkelanjutan. Allahu ’alam...
Sari Anggar Kusuma MelatiBADARIS BSI
Sejarah telah mencatat wahai saudariku, bahwasanya sejak zaman Nabi Adam as. hingga zaman Nabi Muhammad SAW, betapa banyak kisah mengenai peran muslimah pada masa itu dalam membantu tugas da’wah. Menyerukan kebaikan kepada seluruh lapisan umat, seperti yang dilakukan A’isyah ra.
Dengan kepandaiannya, A'isyah ra. mendidik kaum wanita, sepeninggal Rasulullah SAW, dengan mengajarkan ribuan hadist. Coba kita bayangkan, apa yang akan terjadi jikalau hal tersebut tidak beliau lakukan?
Kisah selanjutnya mengenai Asiah, istri Fir’aun. Asiah mengajarkan kita akan arti sebuah keteguhan terhadap Penciptanya, Allah Azza Wa Jalla.
Pun halnya peran Siti Hajar dalam mendidik anaknya, Nabi Ismail as. Pendidikan dan pembinaan oleh Siti Hajar menjadikan Nabi Ismail as. menjadi manusia yang taat, patuh, ikhlas dan senantiasa berserah diri pada Allah Azza Wa Jalla. Hal tersebut terlihat, terutama ketika menerima perintah disembelih oleh Ayahandanya, Nabi Ibrahim as.
Ada pula kisah Siti Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim as. Kisahnya mengajarkan kita mengenai buah dari keihklasan karena mengharap ridho Tuhannya semata.
Juga kisah ketangguhan dan keberanian Asma’ binti Abu Bakar. Bahkan, sebenarnya masih banyak kisah muslimah berprestasi dan berkontribusi lainnya.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran muslimah dalam kehidupan serta peradaban ini. Peran muslimah yang sedemikian besar itu, tidaklah serta merta.
Jika kita menginginkan mengulang sejarah dan mengukir kembali pribadi muslimah yang siap mendukung terwujudnya peradaban Islam yang gemilang, maka kita harus menjadi muslimah yang berprestasi sehingga kita dapat ikut berkontribusi.
Penulis disini sangat menyadari, bahwasanya ada banyak cara atau metode yang dapat kita gunakan untuk berkontribusi dalam membangun kejayaan Islam yang gemilang. Namun, pada tulisan ini, penulis sengaja membahas dan menitikberatkan pada prestasi.
”Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al-Qur'an), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” (Q.S.An-Nisaa’: 162)
Hal itu, sungguh bukan tanpa alasan. Alasan mengapa penulis menitikberatkan hal tersebut lantaran jika muslimah memiliki ilmu dan wawasan yang luas, mereka akan mampu memberikan pengajaran, pendidikan dan pembinaan yang terbaik bagi anak-anaknya kelak. Seperti yang telah disinggung di atas, bagaimanapun setiap muslimah ibarat madrasah atau tempat belajar yang pertama bagi setiap lapisan generasi.
Kualitas generasi di masa yang akan datang, akan banyak ditentukan oleh kualitas muslimah pada masa kini. Jadi, jika kita ingin melihat bagaimana gambaran generasi di masa yang akan datang, maka lihatlah kualitas muslimah pada saat ini.
Oleh karena itu, jadilah muslimah yang berprestasi. Namun, bukan prestasi yang dianut oleh para kaum feminis. Disini, kita berprestasi untuk berkontribusi membangun sebuah peradaban yang madani.
”Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?'" (QS. Fushshilat : 33)
Berprestasi dan berkontribusi secara berkelanjutan. Sehingga, dampaknya tidak hanya pada masa atau zaman kita saja, tapi juga pada masa atau zaman anak-anak kita. Bahkan, mungkin akan terus berkelanjutan. Allahu ’alam...
Sari Anggar Kusuma MelatiBADARIS BSI
إرسال تعليق
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com