Strategi Dakwah
Interaksi dengan Ulama’
على الأخ الداعية أن يسلك مع العلماء مسلك الصداقة
والتوقير والإجلال الكامل، فيحرص على أن لا يتقدم أحداً منهم في درس أو
محاضرة أو خطبة، وإذا كان يُدَرِّس، وقَدِم أحدُهم تنحى له وقدمه للناس،
فإن لهذا الأسلوب أثره في نفوسهم (1).
Seorang Al-Akh ketika berinteraksi dengan ulama’ hendaknya ia
menghormatinya, memuliakannya dan lebih mendahulukannya dari orang lain
dalam hal memberikan kajian, ceramah dan khutbah. Jika al-akh sedang
memberikan kajian, kemudian salah seorang di antara mereka datang, maka
hendaknya ia mempersilahkannya untuk memberikan kajian dan ceramah di
hadapan hadirin. Dengan metode ini akan menjadikan ulama’ terkesan dan
bersimpati, (Al-Mudzakkirat;66)
وإذا أراد محاورة العلماء، فعليه أن يحاورهم في جلسات خاصة، لا أمام العوام (2).
Jika ingin diskusi atau meluruskan ulama’, hendaknya Al-Akh
menemuinya di majelis khusus, tidak di depan publik, (Al-Mudzakkirat;67)
Menyikapi Kelompok Salafi
لا ينبغي مناقشة السلفيين في تفاصيل العقيدة وتوصيف
البدعة، وإنما ينبغي أن نبين لهم أن الانشغال بقضية الإسلام العالمية يقدم
على هذه القضايا الفرعية (3).
Hendaknya Al-Akh tidak mendebat kelompok Salafi dalam masalah detail
aqidah atau masalah bid’ah -bukan masalah prinsip-. Akan tetapi
hendaknya menjelaskan kepada mereka bahwa menyibukkan dengan
permasalahan Islam internasional lebih di kedepankan dan menjadi
prioritas dari pada masalah-masalah cabang tersebut, (Abdul Halim;142)
Mensikapi Kelompok Sufi
على الأخ الداعية أن يتأدب مع شيوخ الطرق بأدب الطريق
ويخاطبهم بلسانها، ثم إذا خلا بهم شرح لهم حال المسلمين وجهلهم بأولويات
دينهم، وتفكك رابطتهم، وغفلتهم عن مصالهم الدينية والدنيوية، ويذكرهم
بالتبعة الملقاة على كاهلهم لأتباعهم الذين وثقوا بهم وأسلموهم قيادهم
ليدلوهم على الله ويرشدوهم إلى الخير، ثم يطلب منهم أن يوجهوا كل جهودهم
إلى إنارة أذهان الناس بالعلم والمعرفة، وإلى التربية الإسلامية الصحيحة،
وجمع كلمتهم على عزة الإسلام والعمل على إعادة مجده (1).
Al-Akh hendaknya beradab terhadap tokoh Tareqat dengan adab yang
simpatik dan berkomunikasi dengan bahasa mereka, kemudian jika ia
berhadapan dengannya saja, ia menjelaskan kondisi umat Islam, kebodohan
umat Islam terhadap prioritas agama mereka, cerai-berainya ikatan
mereka, kelalain mereka terhadap maslahat agama dan dunia mereka.
Dan mengingatkan mereka bahwa masyarakat awam bersikap ‘ngikut’ atau sendiko dawuh kepada mereka, begitu juga menyerahkan kepemimpinan kepada tokoh mereka.
Dengan mengingatkan hal tersebut diharapkan tokoh Tariqat mengarahkan dan menunjukkan pengikutnya ke jalan kebenaran.
Kemudian meminta mereka untuk mengerahkan kesungguhan mereka dalam
rangka mencerahkan pemikiran pengikutnya dengan landasan ilmu dan
makrifat, mengarahkan pengikutnya pada pendidikan Islam yang benar, dan
menghimpun barisan mereka dalam rangka izzul Islam dan mengembalikan
kejayaannya, (Al-Mudzakkirat;68)
هذا ما يخص المخلصين منهم. أما المشايخ الذين يتخذون
الصوفية مرتزقاً، ووسيلة إلى الكسب المادي، وسبيلاً إلى استغلال جهل
المسلمين وسذاجتهم، فلا بد من مواجهتهم بالحكمة، وحماية الناس من أن يكونوا
فريسة لدجالين يتخذون الدين وسبلة لإضلال الناس وابتزاز أموالهم (2).
Ini sikap yang ditujukan kepada tokoh Tariqat yang ikhlas.
Berbeda dengan tokoh Tareqat yang menjadikan posisinya sebagai lahan
meraih rizki, sebagai sarana mendapatkan materi, sebagai jalan
mengeksploitasi kebodohan umat Islam dan kelalaian mereka, terhadap
tokoh yang seperti ini hendaknya menghadapinya dengan hikmah, menjaga
manusia jangan sampai menjadi mangsa empuk para dajjal yang menjadikan
agama sebagai penyesatan manusia dan menguras harta mereka, (Abdul
Halim;137-140)
Jika memungkinkan mencurahkan kesungguhan untuk meluruskan dan
memperbaiki Harakah Sufiyah dan membersihkannya dari
penyimpangan-penyimpangan yang ada, itu yang diharapkan, bahkan jika ada
ulama yang memungkinkan untuk tafarrugh –focus- dalam hal
tersebut itu lebih baik, karena para pengikut Tariqat ini lebih siap
untuk menerima perbaikan, (Al-Mudzakkirat;23). bersambung…
إرسال تعليق
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com