GemaDakwah - Tadi
pagi saya melihat perempuan setengah baya yang berpakaian ketat bak anak
muda dan makeup yang cukup tebal. Saya taksir usianya jauh lebih muda
dari ibu saya, tapi dari garis wajahnya nampak perempuan itu terlihat
lebih tua. Apakah faktor makeup yang terlalu tebal atau pakaian yang
terlalu ketat. Bukan bermaksud untuk membandingkannya dengan ibu saya.
Bukan pula mengkritik penampilannya yang tidak sesuai syariat, hanya
saja saya ingin berucap Alhamdulillah yang tanpa henti karena Allah
telah menganugerahkan seorang ibu yang luar biasa kepada saya.
Dulu,
perilaku saya tak jauh berbeda dengan anak lain di masa kecil dan
menginjak remaja, nakal dan suka menentang orang tua terutama ibu saya.
Sikap pemberontak yang tumbuh pada diri remaja membuat saya seringkali
mengabaikan perkataan ibu saya meskipun tidak sampai berlebihan.
Namun
waktu memberikan penyadaran kepada saya, seiring bertambahnya usia dan
pemahaman saya akan agama dan kehidupan yang telah dan akan dilalui.
Ketika mata hati saya mulai terbuka, bahwa selama ini ada sosok
perempuan mulia yang seringkali saya abaikan dan tinggalkan untuk
kesibukan saya sendiri. Perempuan mulia itu, yang rambutnya kini telah
di tumbuhi uban dan raut wajahnya yang tak sehalus dahulu masih saja
menunjukkan ketulusannya sebagai seorang istri dan seorang ibu. Meskipun
terkadang balasan dari ketulusannya itu adalah sikap tak acuh dari
saya.
Saya pun menyesal ketika mengingat bahwa dulu saya
seringkali menyakiti hatinya hingga menangis karena perbedaan pendapat
di antara kami. Saya berusaha memperlakukannya dengan baik sesuai
kemampuan saya.
Pujian yang tak terhingga kepada Rabb semesta alam
kini terus terpatri di sanubari, anugerah keindahan duniawi dan ukhrawi
yang nampak samar namun begitu terasa kehangatannya. Sesosok ibu yang
sederhana yang tidak pernah silau akan kemegahan dunia. Tatkala banyak
ibu-ibu lain yang memiliki tuntutan tinggi kepada anak-anaknya untuk di
belikan baju dan makeup ataupun makanan kesukaannya dan hal-hal
keduniawian lainnya, tapi tidak dengan ibu saya. Baginya apa yang ada,
syukurilah. Nikmatilah apa yang ada dan tidak perlu mengada-adakan apa
yang tidak ada. Walaupun kadangkala saya sering merasa kesal tatkala
tidak di izinkan membeli baju baru dengan alasan stok baju saya banyak
dan masih bagus-bagus. Tapi akhirnya saya menyadari, perbedaan antara
nafsu dan kebutuhan. Seringkali nafsu itu memaksa saya untuk terus
membeli barang yang kurang berguna meskipun sebenarnya barang tersebut
masih layak pakai.
Siti Kalimah, demikian nama perempuan yang
mengandung saya selama sembilan bulan dalam rahimnya dengan
berletih-letih dan kemudian berjuang mempertaruhkan nyawanya demi
kehadiran saya di dunia ini. Ibu saya memiliki empat orang anak dan saya
adalah bungsu perempuan dengan tiga kakak laki-laki. Karena itulah saya
yang paling dekat dengannya.
Kasih sayangnya luar biasa. Bahkan
hingga sebesar sekarang, perlakuannya masih saja seperti memperlakukan
anak-anaknya layaknya anak kecil. Ia tak akan bisa makan enak, manakala
anaknya tidak ikut mencobanya. Sedikit pun yang makanan yang ia dapat
dari suatu acara, pasti akan di bawa pulang untuk di makan anak-anaknya.
Ia tak akan bisa tidur, manakala anaknya belum pulang dan tak ada
kabar. Ia tak akan bisa tenang, bila terjadi sesuatu dengan
anak-anaknya. Ia tidak akan segan turun tangan bila ada seseorang yang
membutuhkan pertolongan.
Kemarin, ketika hari raya Idul Adha,
alhamdulillah kami mendapat bagian daging yang cukup banyak. Karena rasa
kasih sayangnya yang begitu tinggi, dia pun membagikan daging yang
telah di masak kepada abang saya yang telah menikah dan bertempat
tinggal di daerah Bekasi dan Tangerang dengan datang langsung ke sana.
Jarak yang lumayan jauh dari kediaman saya di daerah Grogol. Dan jarak
bukan jadi penghalangnya ketika ia bisa menumpahkan segala
kekhawatirannya memikirkan apakah anaknya ikut menikmati daging qurban
atau tidak. Terdengar sepele tapi memiliki makna yang sangat dalam bagi
saya.
Saya sempat berfikir, Subhanallah. Ibu saya tidak lagi muda,
usianya sudah mencapai setengah abad lebih, namun perhatiannya kepada
anak-anaknya membuat saya tersentuh. Saya pun berfikir, saya ingin
menjadi seperti dia kelak.
Bagi saya, dia adalah sosok perempuan
shalihah yang taat pada suami. Selalu sabar dan bersyukur dengan apa
yang ia terima. Tidak pernah mengeluh. Tidak pernah menunjukkan
kekurangan yang sedang di alami ataupun kesedihan yang sedang di rasa.
Sosok perempuan desa perkasa yang tak pernah melemahkan dirinya sendiri.
Sosok perempuan mandiri yang akan melakukan sesuatu sendiri selagi ia
mampu. Sikapnya yang ramah dan penuh ketulusan khas wanita jawa, membuat
ia banyak di sukai. Ia merupakan sosok yang mudah bergaul dan ringan
tangan.
Memang manusia tak pernah lepas dari khilaf dan salah,
namun dengan banyaknya kelebihan yang dimiliki ibu saya sebagai seorang
wanita seakan tak mampu untuk mengurangi rasa syukur saya karena di
anugerahi seorang ibu seperti beliau.
Darinya saya pertama kali
mengenal bagaimana cara shalat, belajar puasa di usia lima tahun dan
membaca al Qur’an. Darinya saya mulai mengenal angka, huruf dan
berhitung. Darinya saya belajar bagaimana mensyukuri hidup. Darinya pula
saya belajar bagaimana menjadi seorang istri yang baik dan ibu yang
selalu di cintai anak-anaknya.
Semoga saya mampu menjadi penyejuk
hati beliau dan dapat membahagiakannya dengan izin Allah. semoga Allah
selalu mencurahkan rahmat dan kasih sayangNya kepada beliau. Aamiin.
Ini adalah puisi yang saya dedikasikan kepada ibu saya tercinta :
Dia tak mengenal cinta
Namun sedalamnya makna telah tergores
Wujud kesetiaan nan abadi
Cermin luhur perilaku masa lalu
Hatinya sedalam samudera
Sebongkah misteri tiada terpecah
Hanya bahagia tersirat
Sedang duka entah ke mana
Bagai berlian di bebutiran pasir pantai
Bersinar meski terabaikan
Sungguh tak akan padam
Di hati para kaum tiran
Keluguan wanita ayu
Tak terbalut tirai palsu
Gilasan roda-roda zaman
Dia mampu bertahan
Sebuah ketulusan terpancar
Hanya ingin bersinar
Bilakah gelap
Hanya dia seorang
Untaian kata-kata terindah
Terhaturkan untuknya seorang
Cinta kasih sepanjang zaman
Tak terbalas intan berlian
إرسال تعليق
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com