GemaDakwah : Cairo, Fadhilatul Ust. Prof. Dr.
Mohammad Badi’, Pemimpin Ikhwanul Muslimin, menegaskan bahwa Medan
Tahrir pada peristiwa revolusi damai menjadi saksi kesatuan dan
persatuan antara umat Islam dan umat Nashrani, ketika umat Nashrani
menjaga keamanan umat Islam saat mereka melaksanakan ibadah shalat,
sampai-sampai salah seorang pemuda Nashrani berucap lantang pasca
lengsernya Husni Mubarak; “Allah sendiri yang melengserkan penguasa
berikut sistemnya” meluruskan sebagian umat Islam yang meneriakkan
yel-yel; “Rakyat telah melengserkan penguasa zhalim”.
Sambutan ini disampaikan beliau pada acara temu Pemuda Muslim dan
Nasharani di bawah organisasi “Rakyat Bekerja untuk Kebaikan” siang
kemarin di kantor pusat Ikhwanul Muslimin.
Beliau menegaskan kegembiraannya bertemu pemuda dari kalangan Islam
dan Nashrani bersatu dalam organisasi ini, yang bekerja sama dan
berkiprah dalam kebaikan, bekerja untuk kemajuan Mesir. Beliau
mengisyaratkan bahwa tahapan yang akan datang adalah tahapan pemilu,
beliau menghimbau agar pemuda Nashrani berpartisipasi dengan segenap
kekuatan untuk andil bersama dalam upaya pembersihan sistem dari
unsusr-unsur korup, perubahan menuju lebih baik dan pembangunan masa
depan.
Beliau juga menjelaskan bahwa umat Islam dan umat Nashrani telah lama
hidup berdampingan ratusan tahun di negeri ini; mereka minum bersama
dari sungai Nil, mereka beratapkan langit yang sama, mereka
mempersembahkan darah mereka untuk menjaga dan membebaskan Mesir dari
kolonial pada tahun 67, tahun 73, dan terakhir pada persitiwa revolusi
damai 25 Hanuari 2011 yang lalu, peristiwa ini di catat dengan tinta
emas sejarah Mesir, sekali lagi itu berkat persatuan antara umat Islam
dan umat Nashrani.
Beliau menambahkan bahwa Wasiat Sepuluh dalam gerakan Ikhwanul
Muslimin ada dalam jaran Al-Qur’an, Taurat dan Injil, sehinga sudah
menjadi kewajiban bersama untuk hidup berdampingan antara kedua pemeluk
agama di bumi Mesir dengan saling percaya, tidak terprovokasi dengan
upaya yang memecah belah kebersamaan ini, beliau juga mengingatkan
adanya kebohongan atas nama gereja yang berusaha mengobarkan issu etnis
dan agama.
Beliau memberi arahan bagi kedua penganut agama Samawi: “Musuh
kalian itu satu, yaitu setan berikut kroni-kroninya. Mereka bergerak
untuk mencerai beraikan kalian di Medan Tahrir, akan tetapi upaya mereka
gagal. Sehingga kewajiban kalian sekarang ini adalah menjaga persatuan
ini dan mengembalikan kebesaran Mesir yang telah hilang beberapa dekade
ini.”
Beliau juga menambahkan bahwa Panitia Revolusi Damai Rayat Mesir
telah mengorganisir proses Revolusi yang menghimpun dari putra-putri
Muslim dan Nashrani untuk menghadapi penguasa zalim, dengan satu
keingain, satu hati. Semua itu menyatukan mereka cinta negeri Mesir.
Beliau juga mengajak pemuda Mesir untuk bersama-sama menghadapi
krisis dan menjaga stabilitas Mesir, berusaha menanamkan nilai-nilai dan
akhlak di tengah-tengah masyarakat, peduli dengan prinsip-prinsip dan
idealisme untuk kebaikan negeri, mengesampingkan perbedaan, karena ini
semua adalah kewajiban sepanjang waktu, beliau juga menjelaskan bahwa
Allah swt. memuliakan sayyidah Maryam dalam Al-Qur’an, ini merupakan
kemuliaan baginya, juga bagi kemuliaan perempuan dunia secara umum.
Beliau menambahkan ketika saya diundang oleh Romi Likh dalam pertemua Pemuda Gereja, Romi menjelaskan: “Bahwa
Abdullah Gul, Presiden Turki dan Recep Erdogan Perdana Menteri Turki
pernah menegaskan, Mesir akan mampu menciptakan kemajuan yang hakiki,
dan kemajuan Mesir itu bisa mengungguli Turki, dengan cara persatuan dan
kerja sama kita.”
Organisasi Pemuda ini berjanji kepada Mursyid Am akan bersama-sama
dalam proyek kerja positif dan akan bekerja sama juga dengan Pemuda
Ikhwanul Muslimin, mereka juga akan berpartisipasi dalam acara Lintas
Budaya pada hari Perdamaian Dunia, tanggal 29 Oktober yang akan datang,
sebagaimana mereka juga akan mengadakan pertemuan dan komunikasi dengan
Pemuda Ikhwanul Muslimin. [io]
إرسال تعليق
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com