8. Dalam perang ini (Hunain) Rasulullah saw. Melewati seorang perempuan yang di bunuh oleh Khalid bin Walid Ra., dan orang-orang berkerumun di tempat tersebut, maka Rasulullah saw. Bertanya: apa ini? Mereka menjawab: seorang perempuan yang telah terbunuh oleh Khalid bin Walid, maka Rasulullah saw. Bersabda kepada sebagian orang yang ada bersamanya: temui Khalid dan katakan kepadanya: sesungguhnya Rasulullah saw. Melarang kamu untuk membunuh bayi atau anak-anak, perempuan, budak atau buruh.
Tidak di ragukan lagi bahwa larangan membunuh orang-orang lemah, atau orang-orang yang tidak ikut berperang seperti para rahib atau pendeta, perempuan, kakek-kakek yang sudah tua renta, anak-anak atau bayi, atau orang-orang yang di paksa untuk ikut berperang seperti para petani dan orang-orang upahan adalah suatu hal keistimewaan yang di miliki oleh islam dalam berperang, hanya satu yang di perbolehkan oleh Islam untuk di perangi dalam sejarah peperangannya yaitu para pasukan muslim boleh memerangi seluruh golongan rakyat dari musuh-musuhnya yang ikut bertempur (memegang senjata) tanpa terkecuali.
Sementara pada masa ini yang di dalamnya di umumkan tentang penjagaan hak-hak kemanusiaan, kemudian organisasi besar internasional melarang permusuhan, akan tetapi hal ini belum bisa mewujudkan rasa kemanusiaan yang melarang untuk membunuh seluruh rakyat sipil, kita masih ingat perang dunia pertama dan kedua yang menghancurkan beberapa negeri dari arah atas atap rumah-rumah mereka, dan memperbolehkan membunuh siapapun yang ada di dalamnya dengan pembunuhan secara total, sebagaimana juga peperangan para penjajah melawan revolusi yang di lakukan oleh rakyat yang menuntut haknya dalam kehidupan dan kemuliaan.
Untuk membasmi dan menghilangkan para pemberontak atau revolusioner maka para penjajah memperbolehkan menghancurkan kota dan kampung-kampung serta membunuh penduduknya yang berjumlah beribu-ribu orang bahkan lebih, sebagaimana yang di lakukan Prancis terhadap Al Jazair, sebagaimana yang di lakukan Inggris terhadap negara-negara yang di jajahnya, dan sebagaimana yang di lakukan oleh Portugal sekarang dengan menjajah Afrika.
Kita tidak pernah mengenal dalam sejarah bangsa dari bangsa-bangsa dunia baik di masa dulu atau sekarang yang melarang membunuh petani dan para buruh yang orang-orang tersebut di paksa untuk ikut berperang, akan tetapi Islam telah datang sejak 14 abad yang lalu dan melarang dengan secara jelas membunuh mereka, dan tidak hanya sekedar melarang dalam bentuk undang-undang, akan tetapi ia mempraktekkannya dalam dunia nyata.
Pada perang Hunain Rasulullah saw. Sebagai pembawa risalah Ilahi penyampai dari Allah swt. Untuk manusia, Beliau saw. Menyaksikan dengan dirinya sendiri tentang terbunuhnya seorang perempuan dari pihak musuh, maka Rasulullah saw. Sangat marah dengan hal tersebut, dan beliau saw. Memerintahkan kepada seluruh komando pasukannya agar tidak membunuh anak-anak, perempuan dan buruh.
Ketika Rasulullah saw. Mengatur pasukan yang di pimpin oleh Usamah Ra. Untuk memerangi Rum –beberapa hari sebelum beliau saw. Wafat—Rasulullah saw. Menasihati mereka : agar tidak membunuh perempuan, anak-anak, orang tua renta, pendeta atau rahib yang tidak ikut berperang, atau tidak membantu peperangan.
Demikianpula yang di lakukan oleh Abi Bakar Ra. Ketika mengutus Usamah Ra. Dalam suatu peperangan, dan ketika mengutus pasukan untuk suatu peperangan di jalan Allah swt. Yaitu: di jalan kebenaran, kebaikan, petunjuk dan keadilan.
Demikian juga yang di lakukan oleh pedang Allah (saifullah) Khalid bin Walid Ra. Pada setiap tempat, dan dalam berbagai keadaan. Prinsip-prinsip kemanusiaan yang mulia ini yang tidak pernah di kenal dalam sejarah di aplikasikan oleh pasukan dari pasukan-pasukan yang ada di bumi, perhatian yang sangat besar yang di lakukan oleh para pasukan islam untuk meneladani hal tersebut, maka pasukan Salahuddin Al Ayyubi memperlakukan para pasukan salib dengan baik setelah pasukannya mengalahkan mereka, dan mengembalikan Baitul Muqaddas dari tangan mereka ke tangan orang-orang muslim, Salahuddin al Ayyubi menjamin keamanan para orang tua renta, para pendeta, perempuan, anak-anak, bahkan kepada para pasukan mereka yang terluka parah, maka Salahuddin al Ayyubi mengantar mereka ke kelompoknya dengan pengawasan pasukan islam dan sedikitpun mereka tidak di sakiti.
Sebaliknya kekejaman, dan kehinaan yang pasukan salib lakukan untuk rakyat sipil muslim pada waktu itu, pada awalnya pasukan salib berjanji menjamin keamanan jiwa dan harta penduduk muslim Baitul muqaddas, ketika mereka mengangkat bendera putih di atas mesjid al Aqsa, maka orang-orang muslim berkumpul di dalam masjid al Aqsa yang di siasati dan di tipu dengan perjanjian tersebut, maka ketika pasukan Salib masuk ke mesjid Al Aqsa mereka membunuh semua yang berada di dalam masjid al Aqsa’ tanpa ada pengecualian, terhitung jumlah orang-orang muslim yang mereka bunuh sekitar 70.000 orang, yang terdiri ulama, orang zuhud, perempuan dan anak-anak.
Sehingga seorang penulis pasukan salib mengabarkan berita gembira ini dengan kemenangan yang mereka raih kepada Baba, ia mengatakan di dalam tulisannya tersebut dengan sangat sombong: “telah mengalir darah di setiap sudut jalan, sehingga hampir saja pasukan kuda bersalib kaki kuda mereka tenggelam dalam lautan darah.
Sekarang kita tidak mengatakan hal ini dengan penuh kesombongan tentang sejarah penaklukan negeri-negeri yang di lakukan oleh para pasukan muslim dulu, sesuai yang di katakan oleh Lobon: “ sejarah tidak mengenal pasukan penakluk negeri yang lebih penyayang dan adil dari pasukan-pasukan Arab muslim”.
Akan tetapi kita mengatakan hal ini, untuk memberikan peringatan bahwa kami (orang-orang muslim) adalah orang-orang yang sangat sayang dengan manusia dan menginginkan kebaikan untuknya di bandingkan dengan orang-orang barat yang mereka berada di abad ke 20, dan bahwasanya orang-orang barat ketika berbicara kepada kita tentang hak-hak manusia , kemudian di hari yang lain tentang hak-hak anak, dan di hari yang lain tentang hak-hak para ibu, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka mempunyai peradaban yang luhur, akan tetapi sebaliknya mereka telah menipu kita, mereka menipu orang-orang yang polos dan yang lemah, serta orang-orang yang hilang kepercayaanya dengan umat mereka dan sejarah mereka.
Kami ingin agar generasi kita sekarang sadar akan tipu muslihat ini, percaya dengan agamanya dan warisan peradaban kemanusiaan yang mulia, serta tidak tunduk dengan orang-orang barat seperti ketundukan orang yang fakir miskin yang hina di hadapan orang yang kaya dan kuat.
Alam telah menetapkan bahwasanya agama Islam adalah sebaik-baik agama, dia adalah agama yang paling sesuai dengan fitrah manusia, yang menjamin kemaslahatan manusia, dan sejarah telah menetapkan bahwasanya peperangan yang di lakukan islam ialah peperangan yang paling berbelas kasih dan sedikit jatuh korban, namun mendatangkan kebaikan yang banyak, karena mempunyai tujuan yang baik dan luhur, setiap hari muncul keterangan atau bukti baru yang menguatkan bahwasanya Islam adalah agama Allah swt., dan bahwasanya Muhammad saw. Adalah utusan Allah swt., serta orang-orang muslim yang jujur dan ikhlas adalah hamba-hamba pilihan Allah swt. Dan sebaik-baik manusia secara keseluruhan.
Allah swt. Berfirman yang artinya:
“ Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakkah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
(QS. Fushshilat: 53).
9. Setelah Rasulullah saw. Dan orang-orang muslim melihat kekalahan kaum Hawaazin terhadap kaum Tsaqif di Thaif, dan ia mengepungnya beberapa hari dan tidak menaklukkannya, kemudian beliau saw. Kembali ke Madinah dan di pertengahan jalan Rasulullah saw. Membagi harta rampasan perang yang mereka dapatkan di medan perang Hunain, yaitu 6000 tawanan anak-anak dan perempuan, sedangkan jumlah unta dan harta rampasan yang lain yang tidak terhitung jumlahnya, Rasulullah saw. Memberikan bagian harta rampasan perang kepada para orang-orang penting Arab Quraisy yang baru masuk islam, juga memberikan bagian kepada orang-orang Quraisy yang lain sedangkan Rasulullah saw. Tidak memberikan orang-orang Anshar bagian harta rampasan perang sedikitpun, sehingga hal ini membuat sebagian dari mereka berkomentar karena merasa bersedih di sebabkan tidak mendapatkan bagian harta rampasan perang, sehingga sebagian dari mereka mengatakan:
“Rasulullah saw. Telah bertemu dengan kaumnya, artinya beliau saw. Tidak akan mengingat kita lagi setelah Allah swt. Membuka kota Mekkah dan orang-orang Quraisy masuk islam.
Mendengar hal ini, Rasulullah saw. Mengumpulkan orang-orang Anshar dan berpidato di depan mereka, maka beliau saw. Bersabda setelah bertahmid kepada Allah swt. Dan memuji-Nya:
“Wahai sekalian orang-orang Anshar! Ada suatu ucapan dari kalian yang telah sampai kepada saya, suatu ketidakpuasan yang kalian dapatkan tentang saya dalam diri kalian? Bukankah kalian dulu adalah orang-orang yang sesat maka Allah swt. Memberikan petunjuk kepada kalian? Kalian adalah orang-orang yang fakir kemudian Allah swt. Menjadikan kalian orang-orang yang kaya? Kalian saling bermusuhan maka Allah swt. Menjadikan hati kalian bersatu, mereka menjawab: benar! Allah dan Rasul-Nya adalah pemberi kebaikan dan kemuliaan kepada kami, kemudian beliau saw. Bersabda lagi: ‘tidakkah kalian menjawabku wahai orang-orang Anshar? Mereka mengatakan: dengan apa kami menjawabmu wahai Rasulullah ? untuk Allah swt. Dan Rasul-Nya pemberian dan karunia, demi Allah swt. Jika kalian mengatakan hal ini kalian akan membenarkannya, kalian mengatakan anda telah di dustakan oleh kaum anda maka kami membenarkanmu, dan kamu di usir maka kami menolongmu, dan kamu terusir maka kami menjagamu, anda fakir dan kami membantumu, apakah kalian akan mengatakan hal tersebut pada diri kalian mengenai sesuatu yang tidak bernilai dari dunia yang aku lakukan untuk melembutkan hati orang-orang yang baru masuk islam, sementara kalian saya tinggalkan dengan islam karena iman kalian lebih kuat, wahai kaum Anshar! Apakah kalian tidak rela dengan berangkatnya orang-orang dengan mendapatkan unta dan kambing , sementara kalian kembali ke tempat kalian bersama Rasulullah saw? Maka Demi jiwa Muhammad saw. Yang berada di genggaman-Nya, seandainya bukan karena Hijrah maka saya adalah termasuk orang Anshar, seandainya seseorang berjalan dalam sebuah perjalanan dan orang-orang anshar memilih jalan yang lain maka aku akan mengikuti jalan anshar, ya Allah rahmatilah orang-orang Anshar, anak-anak anshar dan cucu-cucu kaum anshar!, maka kaum anshar menangis sehingga air matanya membasahi jenggot mereka, kemudian mereka mengatakan: “kami rela dengan pembagian Rasulullah saw.
Beberapa permasalahan-permasalahan yang akan kita komentari:
Pertama:
Permasalahan harta rampasan perang (Ghanimah) adalah bagian dari tatanan peperangan dalam islam, dan musuh-musuhnya telah menggunakan hal tersebut untuk memberikan aib dan tuduhan-tuduhan palsu terhadap islam yaitu bahwasanya faktor materi adalah salah satu faktor yang membuat orang-orang islam mengadakan peperangan, karena kegembiraan ini membuat orang-orang islam dan pasukannya rela berkorban, oleh karena itu mereka saling bertentangan karena harta tersebut setelah mereka berperang, sebagaimana yang terjadi dalam peperangan ini.
Sudah pasti bahwa setiap orang yang bijaksana dan adil dalam menilai sesuatu akan menolak tuduhan tersebut, karena faktor-faktor yang membuat terjadinya peperangan dalam islam adalah faktor maknawiyah (abstrak) yang bertujuan untuk menyebarkan kebenaran, menolak kejahatan dan permusuhan, dan hal inilah telah di jelaskan dengan sejelas-jelasnya dalam beberapa ayat dalam al Qur’an dan hadits.
Suatu hal yang aneh jika seseorang yang mengorbankan kehidupannya, dan dapat membuat keluarganya di masa yang akan datang terlantar, karena tamak untuk mendapatkan materi atau harta, karena tamak untuk mendapatkan harta rampasan perang atau materi tidak akan bisa membantu terciptanya kejuaraan yang luar biasa yang telah di mulai oleh pasukan islam di awal islam, dan hal tersebut tidak akan mungkin bisa mewujudkan hasil-hasil yang menakjubkan sebagaimana di akhir peperangan orang-orang islam dengan orang-orang arab pada waktu Rasulullah saw. Masih hidup, begitupun dengan peperangan yang di lakukan pasukan muslim dengan bangsa Rum dan Persia setelahnya, sementara musuh-musuh islam tidak pernah menyinggung pasukan-pasukan perang yang lain yang sangat tamak dengan materi, karena ghanimah (harta rampasan perang) dari harta orang-orang muslim dan hal lainnya ketika mereka mengalami kekalahan adalah sudah pasti di ambil oleh musuh-musuh mereka.
Bukan Cuma orang-orang muslim saja yang membagi-bagi harta musuh-musuh mereka dan budak-budak mereka ketika mereka berhasil mengalahkannya, akan tetapi hal ini di lakukan oleh setiap pasukan perang.
Dalam fakta-fakta peperangan islam, adalah merupakan hal yang mengingkari atau membantah bahwa faktor materi adalah faktor yang paling utama yang mendoron jiwa seorang pasukan muslim untuk melakukan peperangan, contohnya dalam perang Badar, Uhud, Mu’tah dan selainnya, seorang pahlawan muslim maju ke medan perang karena mengharapkan kemuliaan mati syahid dan kenikmatan surga, sampai salah seorang di antara mereka memuntahkan kurma dari mulutnya ketika ia mendengarkan janji Rasulullah saw. Dengan surga buat orang yang mati syahid, dia turun ke medan perang dan mengatakan: hebat sekali! Antara saya dengan antara saya masuk surga adalah buah kurma ini, sesungguhnya hal tersebut adalah jarak yang jauh, kemudian ia senantiasa bertempur sampai ia terbunuh.
Salah seorang dari mereka bertempur melawan musuh-musuh Allah swt. sambil mengatakan Surga! Demi Allah! Sesungguhnya saya mencium baunya di uhud (yaitu dekat dengan gunung Uhud, dan hal ini di medan perang Uhud). Dalam peperangan melawan bangsa Persia, jawaban salah seorang pemimpin utusan muslim ketika ia di tawari oleh pihak musuh dengan memberikan bayaran kepada orang-orang muslim harta yang banyak, dan pakaian, agar mereka berpaling dari peperangan dan kembali ke negeri mereka, ia mengatakan: demi Allah! Kami tidak keluar berperang untuk mendapatkan hal tersebut, akan tetapi kami ingin menyelamatkan kalian dari menyembah seorang hamba dan menyembah Allah swt. Yang Maha Esa dan Maha Perkasa, jika kalian beriman dan masuk islam, maka kami akan kembali dan harta kalian buat kalian, begitupun tanah kalian tetap menjadi milik kalian, kami tidak akan mengganggu hal tersebut dari kalian, kami tidak akan berselisih dengan kalian mengenai dari hal tersebut sedikitpun…apakah seperti ini jawaban kelompok orang yang keluar berperang untuk mendapatkan harta rampasan perang dan menguasai tanah-tanah dan harta pihak lawan???
Adapun keterangan-keterangan yang di jadikan oleh orang-orang yang membuat tuduhan batil ini kepada islam, seperti apa yang terjadi dalam pembagian harta rampasan perang setelah perang Hunain, dengan memberikan bagian yang besar kepada para sebagian dari pasukannya, sedangkan orang-orang anshar tidak mendapatkan bagian sedikitpun. Di karenakan harta rampasan tersebut ialah untuk orang-orang yang baru masuk islam yang belum terlalu meresap dakwah islam ke dalam jiwa mereka sebagaiamana kekuatan iman orang-orang yang telah terlebih dahulu masuk islam.
Oleh karena itu hal tersebut tidak di hiraukan oleh sahabat-sahabat Rasulullah saw. Seperti: Abi Bakar Ra., Umar Ra. Usman Ra. Ali Ra., Abdurrahman bin Auf Ra., Thalhah Ra., dan Zubai Ra. Yaitu orang-orang yang tergolong kibaaru Shahaabah (golongan sahabat senior) yang telah terlebih dahulu masuk islam, sedangkan apa yang terjadi pada orang-orang Anshar hal itu hanya perkataan sebagian dari mereka, yaitu orang-orang yang melihat pembagian harta rampasan perang pada hari itu, dengan melebihkan sebagian pejuang dengan pejuang yang lain dari hasil kemenangan, dan hal ini sudah sering terjadi di kalangan orang banyak pada setiap masa, dan di setiap tempat, dan makna ini akan di temukan oleh setiap orang pada dirinya jika berhadapan dengan keadaan seperti itu.
Oleh karena itu hal tersebut tidak di hiraukan oleh sahabat-sahabat Rasulullah saw. Seperti: Abi Bakar Ra., Umar Ra. Usman Ra. Ali Ra., Abdurrahman bin Auf Ra., Thalhah Ra., dan Zubai Ra. Yaitu orang-orang yang tergolong kibaaru Shahaabah (golongan sahabat senior) yang telah terlebih dahulu masuk islam, sedangkan apa yang terjadi pada orang-orang Anshar hal itu hanya perkataan sebagian dari mereka, yaitu orang-orang yang melihat pembagian harta rampasan perang pada hari itu, dengan melebihkan sebagian pejuang dengan pejuang yang lain dari hasil kemenangan, dan hal ini sudah sering terjadi di kalangan orang banyak pada setiap masa, dan di setiap tempat, dan makna ini akan di temukan oleh setiap orang pada dirinya jika berhadapan dengan keadaan seperti itu.
Bukankah tangisan orang-orang Anshar telah membuktikan keinginan mereka mendapatkan ridha Allah swt., pahala-Nya dan surga-Nya, serta menta’ati Rasul-Nya, ketika Rasulullah saw. Berpidato di hadapan mereka, dan diantara sabda Rasulullah saw. Kepada mereka ialah:
“Apakah kalian tidak rela orang-orang pulang ke tempatnya masing-masing dengan membawa unta dan kambing, dan kalian kembali bersama dengan Rasulullah saw. Ke tempat kalian?”.
Maka orang-orang yang lebih mementingkan dan memuliakan persahabatan dan bersama dengan Rasul mereka, berada di dekatnya dan tinggal bersama dengan mereka di bandingkan memilih harta, apakah pantas di katakan bahwasanya mereka melakukan peperangan atau jihad hanya untuk mendapatkan harta dan keuntungan duniawi?
Dan tidak ada artinya perkataan yang mengatakan: “kenapa islam menjadikan harta rampasan perang adalah bagian untuk para pejuang, dan tidak memperuntukkannya untuk negara, sebagaimana pada masa kita sekarang ini? Karena perkataan tentang hal ini adalah kelupaan terhadapa karakter manusia, serta tradisi-tradisi peperangan pada masa-masa tersebut, bukan cuma pasukan islam saja yang membagi harta rampasan perang kepada para pasukannya, tanpa di lakukan oleh pasukan yang lain seperti pasukan Rum dan Persia, akan tetapi hal ini adalah tradisi pasukan perang secara keseluruhan, seandainya mujtahid sekarang berpendapat bahwasanya harta rampasan perang pasukan orang-orang islam pada masa kita ini adalah untuk negara, hal tersebut di karenakan tidak terlalu paham mengenai Fiqhi permasalahan ini yang sesuai dengan prinsip-prinsip islam dan ruhnya.
Ke dua:
Sesungguhnya memberikan bagian yang banyak dari harta rampasan perang kepada para pasukan yang baru masuk islam, hal ini menunjukkan tentang hikmah Rasulullah saw., dan mengetahui karakter kaumnya, serta setelah beliau saw. Mempertimbangkan segala sesuatunya, karena orang-orang yang zalim yang memerangi Rasulullah saw., dan menolak untuk menerima dakwahnya, sampai Rasulullah saw. Berhasil membuka kota Mekkah dengan pertolongan Allah swt., serta orang-orang yang menampakkan kegembiraannya dengan kekalahan yang di alami orang-orang muslim di awal peperangan (Hunain), orang-orang ini harus di bina dan di didik serta di lembutkan hati mereka dengan masuknya ke dalam agama islam, agar mereka merasakan penghormatan dengan masuknya ke dalam agama islam dengan memberikan buat mereka materi (harta rampasan perang) karena mereka ikut berperang di karenakan hal tersebut, pada hakikatnya para pemimpin Quraisy (yang baru masuk islam) ikut berperang untuk menjaga wibawa mereka, serta menjaga kemaslahatan mereka yaitu mendapatkan materi.
karena ketika islam telah berhasil mengalahkan mereka pada Fathu Makkah, maka boleh jadi mereka masih akan senantiasa dengki dan dendam terdapat di dalam diri mereka masing-masing atas kemenangan yang di raih pasukan muslim tersebut, karena merasa sedih dengan kekalahan mereka, sementara Islam adalah agama petunjuk dan perbaikan, maka tidak cukup menerapkan kekuasaannya dengan paksaan, sebagaimana yang di lakukan oleh sebagian dari tatanan aturan yang berdirinya berlandaskan dengan kekuatan tanpa memperhatikan niai-nilai kejiwaan dan hati nurani, akan tetapi harus di buka hatinya agar mereka rela menerima hal tersebut, dan bergembira dengan petunjuknya, serta mencintai prinsip-prinsinya, selama pemberian di sisi sebagian orang adalah sangat bermanfaat untuk mengambil dan melunakkan hati mereka serta menghilangkan rasa permusuhan mereka, maka hikmahnya ialah memberi sehingga ia rela, sebagaimana yang telah di lakukan oleh Rasululah saw.
Sungguh Allah swt. Telah mengetahui bahwasanya dakwah-Nya yang akan jadi pemenang pada akhirnya di Jazirah Arab, dan dakwah-Nya harus menyebar ke seluruh penjuru dunia timur dan barat, maka harus di persiapkan orang-orang arab secara keseluruhan untuk mengemban amanah dakwah ini dan berkorban di jalannya, maka jika jiwa-jiwa pemimpin mereka telah baik di karenakan pemberian ini, kemudian setelah itu hati mereka terbuka untuk menerima dengan ikhlas cahaya dakwah, serta siap memikul segala beban dakwah. Dan hal inilah yang terjadi, karena setelah Rasulullah saw. Melunakkan hati para pemimpin tersebut, maka hilang dari mereka rasa dendam dan dengki terhadap islam dan dakwahnya.
Maka ketika pasukan islam menyebar untuk menyebarkan prinsip-prinsip atau dasar-dasar islam, mengeluarkan manusia dari kesesatan mereka menuju cahaya Allah swt. Adalah orang-orang Jazirah Arab siap untuk melaksanakan tugas yang agung ini yang sangat bersejarah, dan para pemimpin yang telah di lunakkan hatinya adalah termasuk orang-orang pertama yang rela untuk turun ke medan pembebasan dari kezaliman menuju Cahaya Allah swt., sejarah telah mencatat ujian yang mereka alami di dalam melakukan perluasaan daerah dakwah tersebut, dan hal itu adalah suatu ujian yang baik, sebagaimana juga kebanyakan dari mereka setelah itu memperkuat islam di luar Jazirah Arab, dan menginginkan kekuasaan islam meluas, serta kepemimpinan pasukannya tetap berlangsung.
Tidak mengapa para mujahidin tersebut di permulaan keislaman mereka adalah termasuk orang-orang yang di lunakkan hatinya (dengan materi atau harta rampasan perang),atau mereka terlambat memeluk agama islam sampai kota Makkah di kuasai oleh Rasulullah saw., karena tidak menutup kemungkinan orang yang terakhir mampu bersaing dan menyusul dengan orang yang terlebih dulu melakukan sesuatu, begitupun orang yang lemah bisa bersaing atau menyusul orang yang kuat, serta ikhlas beramal bagi orang yang belum ikhlas.
Hasan rahimahullah berkata: “kami menuntut ilmu ini (pada awalnya) bukan karena Allah swt. (belum terlalu ikhlas), kemudian hal tersebut enggang kecuali karena Allah swt”.
Dan yang lain mengatakan: “kami menuntut ilmu ini, sekalipun kami belum ada niat akan hal tersebut, kemudian niat (keikhlasan) kami hadir setelahnya”.
Untuk orang-orang yang telat masuk islam Allah swt. Menjanjikan mereka dengan kebaikan, sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya:
”Tidaklah sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada mereka masing-masing (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Ke tiga:
Mengenai Rasulullah saw. Mengumpulkan orang-orang Anshar dan meminta kerelaan mereka karena mereka tidak mendapatkan bagian dari harta rampasan perang, hal ini adalah merupakan dalil atau bukti tentang indahnya politik Rasulullah saw., dan kesopanan akhlaknya, karena ketika Rasulullahs aw. Telah mendengar apa yang di ceritakan oleh sebagian orang anshar tentang hal ghanimah (harta rampasan perang), maka beliau saw. Sangat serius menangani hal tersebut dan meminta kerelaan mereka serta mengumpulkan mereka, kemudian Rasulullah saw. Mengatakan kepada mereka perkataan yang penuh dengan kebijaksanaan, sekalipun Rasulullah saw. Telah mengetahui bahwasanya mereka mencintainya dan mengikutinya.
Mereka telah mengorbankan darah mereka, dan harta mereka di jalan Allah swt., maka sekali-kali Rasulullah saw. Tidak akan mengkhawatirkan kekuatan iman mereka akan berkurang, akan tetapi beliau saw. Hanya ingin menghilangkan sesuatu yang melekat di pikiran sebagian mereka mengenai hal tersebut (pembagian harta rampasan perang), dan hal ini adalah sunnah yang sangat bagus, yang sudah sepantasnya di teladani oleh para pemimpin dalam membina bawahan mereka atau pengikutnya, karena setiap musuh senantiasa menggunakan setiap kejadian atau perkataan untuk membuat para pengikut atau bawahan merasa sangsi dan ragu terhadap pimpinan mereka, dan Setan sangat jelek tipu muslihatnya, sangat cepat tipu dayanya, oleh karena itu seorang pemimpin jangan telat untuk meminta ke relaan pengikutnya atau bawahanya walaupun ia mempercayai keta’atan mereka.
Coba anda perhatikan tentang cara Rasulullah saw. Yang bijakasana dan indah serta sangat berpengaruh untuk meminta kerelaan mereka, dan membuat mereka rela dengan keputusannya.
Rasulullah saw. Menyebutkan tentang kemuliaan mereka dalam memperjuangkan dakwah islam, pertolongan mereka terhadap Rasulullah saw., dan bersegaranya mereka membenarkan Rasulullah saw. Sementara beliau saw. Di usir dan di dustakan oleh kaumnya.
Rasulullah saw. Juga mengingatkan mereka tentang karunia Allah swt. Kepada mereka dengan di selamatkannya dari kesasatan, perpecahan dan permusuhan, hal ini untuk meringankan (perasaan mereka) terhadap sesuatu dari materi yang hilang darinya di bandingkan dengan keuntungan yang mereka dapatkan dengan kebahagian dan petunjuk, oleh karena itu Rasulullah saw. Meyakinkan mereka atas dua hal, yaitu: Rasulullah saw. Tidak membela kaumnya (yang baru masuk islam) kemudian melupakan mereka (orang-orang anshar).
Akan tetapi Rasulullah saw. Tidak memberikan mereka bagian harta rampasan perang (ghanimah) karena beliau saw. Mengandalkan kekuatan iman mereka, kebesaran iman mereka, dan kecintaan mereka kepada Allah swt. Dan Rasul-Nya. Tidak ada lagi setelah hal ini cara yang lebih indah untuk meminta kerelaan orang-orang yang mempunyai kemuliaan, orang-orang yang memperjuangkan dakwah islam, orang-orang yang percaya dengan dakwah islam dengan jujur dan ikhlas, yang tidak mengharapkan imbalan dan terima kasih. Semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan selalu kepada Baginda Rasulullah saw. , Maha benar Firman Allah swt. Yang artinya:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
(QS. Nun: 4).
Ke empat:
Sesungguhnya sikap orang-orang Anshar setelah mereka mendengarkan pidato Rasulullah saw., adalah merupakan contoh yang sangat indah tentang sebuah kejujuran iman, kelembutan hati, dan mengingat karunia Allah swt. Dalam hal petunjuk dan takwa, mereka mengingat bahwasanya karunia dan pemberian hanya milik Allah swt. Dan Rasul-Nya dengan segala yang mereka telah lakukan dari pertolongan, dukungan dan jihad, dan bahwasnya kalau bukan karena Allah swt. Mereka tidak akan mendapatkan petunjuk, dan seandainya bukan karena Rasul-Nya maka hati dan mata mereka tidak akan bersinar, dan sandainya bukan karena islam maka Allah swt. Tidak akan mempersatukan mereka setelah mereka terpecah bela, serta darah mereka terlindungi setelah terbuang dengan sia-sia, kemudian Dia menyelamatkan mereka dari tipu muslihat orang-orang Yahudi kepada kekuatan islam dan menyelamatkan mereka dari tetangga mereka (yaitu Yahudi) yang jahat.
Usai mereka mendengarkan pidato Rasulullah saw., mereka bangkit dan mengumumkan bahwa mereka lebih mengutamakan Rasulullah saw. Dari segala hal yang bersifat materi yang ada di dunia ini dari harta dan kesenangan, dan ketika Rasulullah saw. Mendo’akan rahmat buat mereka, anak-anak mereka dan cucu mereka, maka air mata mereka bercucuran bahagia dengan pertongan Rasulullah saw. Kepada mereka, dan dakwahnya yang mereka terima.
Apakah ada dalil atau bukti lain setelah hal ini mengenai kejujuran dan keikhlasan sebuah iman, dan apakah di sana terdapat cinta yang lebih indah dan luhur di bandingkan dengan cinta ini ? Allah swt. Meridhai mereka, dan senantiasa mereka akan di ingat dalam seluruh alam, dan semoga kita di kelompokkan bersama dengan mereka di surga, bersama dengan Rasul-Nya yang tercinta yang agung, yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Akhirnya, sesungguhnya situasi ini dengan apa yang berlangsung antara Rasulullah saw. Dengan orang-orang Anshar, adalah hal yang senantiasa harus di ingat oleh para da’I, serta di jaga oleh setiap penuntut ilmu, karena hal tersebut dapat menambah keimanan, dan membangkitkan gelora cinta dan rindu kepada Rasulullah saw. Serta kepada seluruh sahabatnya. Radiyallahu ‘anhum ‘ajma’in.
إرسال تعليق
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com