Sore itu, matahari belum sepenuhnya surup di Desa Onya, salah satu daerah terpencil di provinsi Ordu, wilayah pesisir Laut Hitam (Karadeniz) di Timur Laut Turki. Masyarakat desa yang mayoritas petani miskin itu mendadak dikejutkan oleh keberadaan helikopter yang tiba-tiba mendarat di sana. Ini adalah sebuah kejadian yang tak biasa. Orang-orang desa pun berhamburan ke arah di mana pesawat itu mendarat. Baling-baling pesawat itu perlahan berhenti memutar, dan pintu pesawat pun mulai terbuka perlahan-lahan. Mula-mula beberapa orang berpakaian rapi turun secara bergiliran. Sementara orang-orang desa, mulai dari pria paruh baya, wanita, hingga anak-anak, masih termangu memperhatikan kejadian tersebut dengan penuh pertanyaan dan syak wasangka.
Seorang pria memakai kemeja berwarna putih adalah orang yang terakhir kali turun dari dalam pesawat. Ia yang tampak sederhana dan bersahaja, namun segera mendapat pengawalan dari beberapa orang yang berpakaian rapi yang telah turun sebelumnya. Orang-orang desa pun mempertajam penglihatan mereka ke arah lelaki berkemeja putih itu. Dan betapa terkejutnya mereka, ketika mereka mendapati lelaki itu adalah Perdana Menteri mereka, Recep Tayyip Erdogan.
Orang-orang desa itu pun sontak histeris dan berhamburan ke arah pemimpin mereka yang populer itu. Mereka pun berebut menyalami dan memeluknya. Sore itu Erdogan kembali membuat kejutan untuk rakyat yang tengah dipimpinnya, kejutan yang sering ia berikan untuk membahagiakan dan menyemangati mereka.
Sejatinya, sore itu Erdogan dijadwalkan menghadiri acara buka puasa bersama pengurus Partai Keadilan dan Pembangunan (Ak Parti) wilayah Ordu. Erdogan seharusnya mendarat di pusat kota. Namun mendadak, di tengah perjalanan, ia meminta juru kemudi pesawat untuk berhenti di sebuah desa, Onya. Erdogan lebih memilih berbuka bersama masyarakat desa itu, dan baru akan menghadiri undangan AKP setelah acara buka bersama di Onya selesai.
"Bolehkah saya bertamu di desa kalian dan berbuka puasa bersama kalian?" sapa Erdogan kepada penduduk desa itu.
Tentu saja mereka menyambut kedatangan Perdana Menteri mereka itu dengan suka cita. Dan diputuskanlah rumah Recep Kaya, salah seorang warga desa yang juga berprofesi sebagai petani, sebagai tempat singgah dan temu sapa mereka dengan sang Perdana Menteri. Mereka pun duduk bersama dan berbuka puasa di sana, sambil bertukar kabar dan cerita, juga bertukar harapan dan kebahagiaan.
Inilah salah satu kebiasaan mulia yang dilakukan oleh Erdogan. Ia seringkali menyempatkan diri mengunjungi rumah-rumah rakyatnya untuk bercengkerama dan berbagi dengan mereka, di mana saja di sela-sela kunjungan kerjanya.
"Kami adalah pelayan kalian. Maka, jika ada yang kalian kehendaki demi kebaikan rakyat dan negara kita, jangan sungkan-sungkan untuk kalian sampaikan," kata Erdogan.
Lebih penting dari semua itu, apa yang dilakukan oleh Erdogan bukanlah basa-basi politik laiknya kampanye menjelang musim pemilu. Erdogan telah melakukan kebiasaan mulia itu jauh-jauh hari semenjak ia menjabat sebagai Wali Kota Istanbul pada tahun 1998 lalu.(AGS/Dunya Bulteni)
SUMBER-eramuslim.com
Seorang pria memakai kemeja berwarna putih adalah orang yang terakhir kali turun dari dalam pesawat. Ia yang tampak sederhana dan bersahaja, namun segera mendapat pengawalan dari beberapa orang yang berpakaian rapi yang telah turun sebelumnya. Orang-orang desa pun mempertajam penglihatan mereka ke arah lelaki berkemeja putih itu. Dan betapa terkejutnya mereka, ketika mereka mendapati lelaki itu adalah Perdana Menteri mereka, Recep Tayyip Erdogan.
Orang-orang desa itu pun sontak histeris dan berhamburan ke arah pemimpin mereka yang populer itu. Mereka pun berebut menyalami dan memeluknya. Sore itu Erdogan kembali membuat kejutan untuk rakyat yang tengah dipimpinnya, kejutan yang sering ia berikan untuk membahagiakan dan menyemangati mereka.
Sejatinya, sore itu Erdogan dijadwalkan menghadiri acara buka puasa bersama pengurus Partai Keadilan dan Pembangunan (Ak Parti) wilayah Ordu. Erdogan seharusnya mendarat di pusat kota. Namun mendadak, di tengah perjalanan, ia meminta juru kemudi pesawat untuk berhenti di sebuah desa, Onya. Erdogan lebih memilih berbuka bersama masyarakat desa itu, dan baru akan menghadiri undangan AKP setelah acara buka bersama di Onya selesai.
"Bolehkah saya bertamu di desa kalian dan berbuka puasa bersama kalian?" sapa Erdogan kepada penduduk desa itu.
Tentu saja mereka menyambut kedatangan Perdana Menteri mereka itu dengan suka cita. Dan diputuskanlah rumah Recep Kaya, salah seorang warga desa yang juga berprofesi sebagai petani, sebagai tempat singgah dan temu sapa mereka dengan sang Perdana Menteri. Mereka pun duduk bersama dan berbuka puasa di sana, sambil bertukar kabar dan cerita, juga bertukar harapan dan kebahagiaan.
Inilah salah satu kebiasaan mulia yang dilakukan oleh Erdogan. Ia seringkali menyempatkan diri mengunjungi rumah-rumah rakyatnya untuk bercengkerama dan berbagi dengan mereka, di mana saja di sela-sela kunjungan kerjanya.
"Kami adalah pelayan kalian. Maka, jika ada yang kalian kehendaki demi kebaikan rakyat dan negara kita, jangan sungkan-sungkan untuk kalian sampaikan," kata Erdogan.
Lebih penting dari semua itu, apa yang dilakukan oleh Erdogan bukanlah basa-basi politik laiknya kampanye menjelang musim pemilu. Erdogan telah melakukan kebiasaan mulia itu jauh-jauh hari semenjak ia menjabat sebagai Wali Kota Istanbul pada tahun 1998 lalu.(AGS/Dunya Bulteni)
SUMBER-eramuslim.com
إرسال تعليق
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com