GemaDakwah : JAKARTA (Arrahmah.com) – Majalah Charlie Hebdo pekan lalu diserang Mujahidin Al Qoida lantaran menampilkan kartun satire Nabi Muhammad. Majalah satire itu memang kerap membuat kartun yang menghina Nabi Muhammad dan Islam.
Serangan terhadap kantor Charlie Hebdo menunjukkan protes kalangan Muslim terhadap pemuatan kartun Nabi Muhammad SAW oleh majalah tersebut. Meskipun cara kekerasan yang dilakukan para penyerang juga tidak dapat dibenarkan. Namun jika Charlie Hebdo tetap ‘keras kepala’, gelombang protes internasional bisa kembali pecah.
Anggota Komisi I DPR Ahmad Zainuddin meminta agar pemerintah Perancis sebaiknya mendorong Charlie Hebdo untuk tidak menerbitkan kartun satire tokoh agama. Hal itu untuk mencegah tindakan kekerasan serupa terjadi lagi di Perancis.
“Kalau bisa pemerintah kita minta supaya Perancis ikut mendinginkan suasana dengan meminta Charlie Hebdo tidak membuat kartun satire tokoh agama,” ujar Zainuddin di Jakarta, Selasa (13/1/2015).
Menurut Zainuddin, peristiwa yang terjadi di Perancis pekan lalu bukan tidak mungkin merembet ke negara lain kalau Charlie Hebdo terus-terusan membuat kartun satire Nabi Muhammad. Zainuddin mencontohkan gelombang protes Muslim dunia dalam kasus koran Denmark, Jyllands-Posten pada tahun 2006 lalu. Pernyataan Zainuddin menyikapi pemberitaan yang menyebutkan majalah tersebut kembali menerbitkan kartun Nabi Muhammad pekan ini.
“Kita harus menghargai kebebasan pers, seperti yang berlaku di Perancis. Tapi mereka juga harus menghargai hak dan keyakinan orang lain. Kebebasan itu dibatasi oleh hak orang lain, dan itu adalah hak asasi manusia,” imbuhnya.
Lebih lanjut dia juga mengimbau agar umat muslim di Tanah Air tidak terprovokasi dengan pemuatan kartun Nabi Muhammad yang dilakukan Charlie Hebdo. Menurutnya, yang dilakukan Charlie Hebdo justru menunjukkan paradoks demokrasi dan kebebasan di Perancis.
Tak kapok awak medianya ditembak mati Mujahidin Al Qoida, Charlie Hebdo diberitakan kembali memuat kartun satire Nabi Muhammad untuk edisi pekan ini. Seperti dikutip dari AFP, Charlie Hebdo menampilkan kartun Nabi Muhammad dengan wajah sedih yang sedang meneteskan air mata serta memegang tulisan “Je Suis Charlie” yang berarti ‘Kami adalah Charlie’. Slogan itu merujuk pada aksi massa yang dilakukan masyarakat Prancis dan tokoh dunia beberapa waktu lalu untuk menentang penyerangan terhadap kantor Charlie Hebdo.
Selain itu, di atas sosok kartun yang bersorban putih tersebut juga terdapat tulisan “Tout Est Pardonne”, yang berarti “Semua telah dimaafkan”.
Peluncuran cover majalah satire edisi terbaru ini dilakukan lebih cepat dari jadwal semula pada Rabu (14/1/2015) mendatang. Ironisnya, pihak penerbit bahkan menyiapkan hingga 3 juta kopi dari biasanya yang hanya mencetak 60.000 kopi. Majalah-majalah itu rencananya akan didistribusikan ke 25 negara dan diterjemahkan ke 16 bahasa.
Akibat sikap ‘nyeleneh’nya ini, kantor Charlie Hebdo diserang kelompok ekstrimis pada Rabu (7/1/2015) lalu. Sebanyak 12 orang tewas, termasuk pemimpin redaksi Stephane Charbonnier dan tiga kartunis kawakannya yaitu Jean Cabut, Bernad Velhac, dan Georges Wolinski. (azm/arrahmah.com)
Serangan terhadap kantor Charlie Hebdo menunjukkan protes kalangan Muslim terhadap pemuatan kartun Nabi Muhammad SAW oleh majalah tersebut. Meskipun cara kekerasan yang dilakukan para penyerang juga tidak dapat dibenarkan. Namun jika Charlie Hebdo tetap ‘keras kepala’, gelombang protes internasional bisa kembali pecah.
Anggota Komisi I DPR Ahmad Zainuddin meminta agar pemerintah Perancis sebaiknya mendorong Charlie Hebdo untuk tidak menerbitkan kartun satire tokoh agama. Hal itu untuk mencegah tindakan kekerasan serupa terjadi lagi di Perancis.
“Kalau bisa pemerintah kita minta supaya Perancis ikut mendinginkan suasana dengan meminta Charlie Hebdo tidak membuat kartun satire tokoh agama,” ujar Zainuddin di Jakarta, Selasa (13/1/2015).
Menurut Zainuddin, peristiwa yang terjadi di Perancis pekan lalu bukan tidak mungkin merembet ke negara lain kalau Charlie Hebdo terus-terusan membuat kartun satire Nabi Muhammad. Zainuddin mencontohkan gelombang protes Muslim dunia dalam kasus koran Denmark, Jyllands-Posten pada tahun 2006 lalu. Pernyataan Zainuddin menyikapi pemberitaan yang menyebutkan majalah tersebut kembali menerbitkan kartun Nabi Muhammad pekan ini.
“Kita harus menghargai kebebasan pers, seperti yang berlaku di Perancis. Tapi mereka juga harus menghargai hak dan keyakinan orang lain. Kebebasan itu dibatasi oleh hak orang lain, dan itu adalah hak asasi manusia,” imbuhnya.
Lebih lanjut dia juga mengimbau agar umat muslim di Tanah Air tidak terprovokasi dengan pemuatan kartun Nabi Muhammad yang dilakukan Charlie Hebdo. Menurutnya, yang dilakukan Charlie Hebdo justru menunjukkan paradoks demokrasi dan kebebasan di Perancis.
Tak kapok awak medianya ditembak mati Mujahidin Al Qoida, Charlie Hebdo diberitakan kembali memuat kartun satire Nabi Muhammad untuk edisi pekan ini. Seperti dikutip dari AFP, Charlie Hebdo menampilkan kartun Nabi Muhammad dengan wajah sedih yang sedang meneteskan air mata serta memegang tulisan “Je Suis Charlie” yang berarti ‘Kami adalah Charlie’. Slogan itu merujuk pada aksi massa yang dilakukan masyarakat Prancis dan tokoh dunia beberapa waktu lalu untuk menentang penyerangan terhadap kantor Charlie Hebdo.
Selain itu, di atas sosok kartun yang bersorban putih tersebut juga terdapat tulisan “Tout Est Pardonne”, yang berarti “Semua telah dimaafkan”.
Peluncuran cover majalah satire edisi terbaru ini dilakukan lebih cepat dari jadwal semula pada Rabu (14/1/2015) mendatang. Ironisnya, pihak penerbit bahkan menyiapkan hingga 3 juta kopi dari biasanya yang hanya mencetak 60.000 kopi. Majalah-majalah itu rencananya akan didistribusikan ke 25 negara dan diterjemahkan ke 16 bahasa.
Akibat sikap ‘nyeleneh’nya ini, kantor Charlie Hebdo diserang kelompok ekstrimis pada Rabu (7/1/2015) lalu. Sebanyak 12 orang tewas, termasuk pemimpin redaksi Stephane Charbonnier dan tiga kartunis kawakannya yaitu Jean Cabut, Bernad Velhac, dan Georges Wolinski. (azm/arrahmah.com)
AKARTA (Arrahmah.com) – Majalah
Charlie Hebdo pekan lalu diserang Mujahidin Al Qoida lantaran
menampilkan kartun satire Nabi Muhammad. Majalah satire itu memang kerap
membuat kartun yang menghina Nabi Muhammad dan Islam.
Serangan terhadap kantor Charlie Hebdo menunjukkan protes kalangan Muslim terhadap pemuatan kartun Nabi Muhammad SAW oleh majalah tersebut. Meskipun cara kekerasan yang dilakukan para penyerang juga tidak dapat dibenarkan. Namun jika Charlie Hebdo tetap ‘keras kepala’, gelombang protes internasional bisa kembali pecah.
Anggota Komisi I DPR Ahmad Zainuddin meminta agar pemerintah Perancis sebaiknya mendorong Charlie Hebdo untuk tidak menerbitkan kartun satire tokoh agama. Hal itu untuk mencegah tindakan kekerasan serupa terjadi lagi di Perancis.
“Kalau bisa pemerintah kita minta supaya Perancis ikut mendinginkan suasana dengan meminta Charlie Hebdo tidak membuat kartun satire tokoh agama,” ujar Zainuddin di Jakarta, Selasa (13/1/2015).
Menurut Zainuddin, peristiwa yang terjadi di Perancis pekan lalu bukan tidak mungkin merembet ke negara lain kalau Charlie Hebdo terus-terusan membuat kartun satire Nabi Muhammad. Zainuddin mencontohkan gelombang protes Muslim dunia dalam kasus koran Denmark, Jyllands-Posten pada tahun 2006 lalu. Pernyataan Zainuddin menyikapi pemberitaan yang menyebutkan majalah tersebut kembali menerbitkan kartun Nabi Muhammad pekan ini.
“Kita harus menghargai kebebasan pers, seperti yang berlaku di Perancis. Tapi mereka juga harus menghargai hak dan keyakinan orang lain. Kebebasan itu dibatasi oleh hak orang lain, dan itu adalah hak asasi manusia,” imbuhnya.
Lebih lanjut dia juga mengimbau agar umat muslim di Tanah Air tidak terprovokasi dengan pemuatan kartun Nabi Muhammad yang dilakukan Charlie Hebdo. Menurutnya, yang dilakukan Charlie Hebdo justru menunjukkan paradoks demokrasi dan kebebasan di Perancis.
Tak kapok awak medianya ditembak mati Mujahidin Al Qoida, Charlie Hebdo diberitakan kembali memuat kartun satire Nabi Muhammad untuk edisi pekan ini. Seperti dikutip dari AFP, Charlie Hebdo menampilkan kartun Nabi Muhammad dengan wajah sedih yang sedang meneteskan air mata serta memegang tulisan “Je Suis Charlie” yang berarti ‘Kami adalah Charlie’. Slogan itu merujuk pada aksi massa yang dilakukan masyarakat Prancis dan tokoh dunia beberapa waktu lalu untuk menentang penyerangan terhadap kantor Charlie Hebdo.
Selain itu, di atas sosok kartun yang bersorban putih tersebut juga terdapat tulisan “Tout Est Pardonne”, yang berarti “Semua telah dimaafkan”.
Peluncuran cover majalah satire edisi terbaru ini dilakukan lebih cepat dari jadwal semula pada Rabu (14/1/2015) mendatang. Ironisnya, pihak penerbit bahkan menyiapkan hingga 3 juta kopi dari biasanya yang hanya mencetak 60.000 kopi. Majalah-majalah itu rencananya akan didistribusikan ke 25 negara dan diterjemahkan ke 16 bahasa.
Akibat sikap ‘nyeleneh’nya ini, kantor Charlie Hebdo diserang kelompok ekstrimis pada Rabu (7/1/2015) lalu. Sebanyak 12 orang tewas, termasuk pemimpin redaksi Stephane Charbonnier dan tiga kartunis kawakannya yaitu Jean Cabut, Bernad Velhac, dan Georges Wolinski. (azm/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/01/14/kartun-hina-nabi-legislator-pemerintah-harus-desak-perancis-tekan-charlie-hebdo.html#sthash.NjF8J95X.dpuf
Serangan terhadap kantor Charlie Hebdo menunjukkan protes kalangan Muslim terhadap pemuatan kartun Nabi Muhammad SAW oleh majalah tersebut. Meskipun cara kekerasan yang dilakukan para penyerang juga tidak dapat dibenarkan. Namun jika Charlie Hebdo tetap ‘keras kepala’, gelombang protes internasional bisa kembali pecah.
Anggota Komisi I DPR Ahmad Zainuddin meminta agar pemerintah Perancis sebaiknya mendorong Charlie Hebdo untuk tidak menerbitkan kartun satire tokoh agama. Hal itu untuk mencegah tindakan kekerasan serupa terjadi lagi di Perancis.
“Kalau bisa pemerintah kita minta supaya Perancis ikut mendinginkan suasana dengan meminta Charlie Hebdo tidak membuat kartun satire tokoh agama,” ujar Zainuddin di Jakarta, Selasa (13/1/2015).
Menurut Zainuddin, peristiwa yang terjadi di Perancis pekan lalu bukan tidak mungkin merembet ke negara lain kalau Charlie Hebdo terus-terusan membuat kartun satire Nabi Muhammad. Zainuddin mencontohkan gelombang protes Muslim dunia dalam kasus koran Denmark, Jyllands-Posten pada tahun 2006 lalu. Pernyataan Zainuddin menyikapi pemberitaan yang menyebutkan majalah tersebut kembali menerbitkan kartun Nabi Muhammad pekan ini.
“Kita harus menghargai kebebasan pers, seperti yang berlaku di Perancis. Tapi mereka juga harus menghargai hak dan keyakinan orang lain. Kebebasan itu dibatasi oleh hak orang lain, dan itu adalah hak asasi manusia,” imbuhnya.
Lebih lanjut dia juga mengimbau agar umat muslim di Tanah Air tidak terprovokasi dengan pemuatan kartun Nabi Muhammad yang dilakukan Charlie Hebdo. Menurutnya, yang dilakukan Charlie Hebdo justru menunjukkan paradoks demokrasi dan kebebasan di Perancis.
Tak kapok awak medianya ditembak mati Mujahidin Al Qoida, Charlie Hebdo diberitakan kembali memuat kartun satire Nabi Muhammad untuk edisi pekan ini. Seperti dikutip dari AFP, Charlie Hebdo menampilkan kartun Nabi Muhammad dengan wajah sedih yang sedang meneteskan air mata serta memegang tulisan “Je Suis Charlie” yang berarti ‘Kami adalah Charlie’. Slogan itu merujuk pada aksi massa yang dilakukan masyarakat Prancis dan tokoh dunia beberapa waktu lalu untuk menentang penyerangan terhadap kantor Charlie Hebdo.
Selain itu, di atas sosok kartun yang bersorban putih tersebut juga terdapat tulisan “Tout Est Pardonne”, yang berarti “Semua telah dimaafkan”.
Peluncuran cover majalah satire edisi terbaru ini dilakukan lebih cepat dari jadwal semula pada Rabu (14/1/2015) mendatang. Ironisnya, pihak penerbit bahkan menyiapkan hingga 3 juta kopi dari biasanya yang hanya mencetak 60.000 kopi. Majalah-majalah itu rencananya akan didistribusikan ke 25 negara dan diterjemahkan ke 16 bahasa.
Akibat sikap ‘nyeleneh’nya ini, kantor Charlie Hebdo diserang kelompok ekstrimis pada Rabu (7/1/2015) lalu. Sebanyak 12 orang tewas, termasuk pemimpin redaksi Stephane Charbonnier dan tiga kartunis kawakannya yaitu Jean Cabut, Bernad Velhac, dan Georges Wolinski. (azm/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/01/14/kartun-hina-nabi-legislator-pemerintah-harus-desak-perancis-tekan-charlie-hebdo.html#sthash.NjF8J95X.dpuf
AKARTA (Arrahmah.com) – Majalah
Charlie Hebdo pekan lalu diserang Mujahidin Al Qoida lantaran
menampilkan kartun satire Nabi Muhammad. Majalah satire itu memang kerap
membuat kartun yang menghina Nabi Muhammad dan Islam.
Serangan terhadap kantor Charlie Hebdo menunjukkan protes kalangan Muslim terhadap pemuatan kartun Nabi Muhammad SAW oleh majalah tersebut. Meskipun cara kekerasan yang dilakukan para penyerang juga tidak dapat dibenarkan. Namun jika Charlie Hebdo tetap ‘keras kepala’, gelombang protes internasional bisa kembali pecah.
Anggota Komisi I DPR Ahmad Zainuddin meminta agar pemerintah Perancis sebaiknya mendorong Charlie Hebdo untuk tidak menerbitkan kartun satire tokoh agama. Hal itu untuk mencegah tindakan kekerasan serupa terjadi lagi di Perancis.
“Kalau bisa pemerintah kita minta supaya Perancis ikut mendinginkan suasana dengan meminta Charlie Hebdo tidak membuat kartun satire tokoh agama,” ujar Zainuddin di Jakarta, Selasa (13/1/2015).
Menurut Zainuddin, peristiwa yang terjadi di Perancis pekan lalu bukan tidak mungkin merembet ke negara lain kalau Charlie Hebdo terus-terusan membuat kartun satire Nabi Muhammad. Zainuddin mencontohkan gelombang protes Muslim dunia dalam kasus koran Denmark, Jyllands-Posten pada tahun 2006 lalu. Pernyataan Zainuddin menyikapi pemberitaan yang menyebutkan majalah tersebut kembali menerbitkan kartun Nabi Muhammad pekan ini.
“Kita harus menghargai kebebasan pers, seperti yang berlaku di Perancis. Tapi mereka juga harus menghargai hak dan keyakinan orang lain. Kebebasan itu dibatasi oleh hak orang lain, dan itu adalah hak asasi manusia,” imbuhnya.
Lebih lanjut dia juga mengimbau agar umat muslim di Tanah Air tidak terprovokasi dengan pemuatan kartun Nabi Muhammad yang dilakukan Charlie Hebdo. Menurutnya, yang dilakukan Charlie Hebdo justru menunjukkan paradoks demokrasi dan kebebasan di Perancis.
Tak kapok awak medianya ditembak mati Mujahidin Al Qoida, Charlie Hebdo diberitakan kembali memuat kartun satire Nabi Muhammad untuk edisi pekan ini. Seperti dikutip dari AFP, Charlie Hebdo menampilkan kartun Nabi Muhammad dengan wajah sedih yang sedang meneteskan air mata serta memegang tulisan “Je Suis Charlie” yang berarti ‘Kami adalah Charlie’. Slogan itu merujuk pada aksi massa yang dilakukan masyarakat Prancis dan tokoh dunia beberapa waktu lalu untuk menentang penyerangan terhadap kantor Charlie Hebdo.
Selain itu, di atas sosok kartun yang bersorban putih tersebut juga terdapat tulisan “Tout Est Pardonne”, yang berarti “Semua telah dimaafkan”.
Peluncuran cover majalah satire edisi terbaru ini dilakukan lebih cepat dari jadwal semula pada Rabu (14/1/2015) mendatang. Ironisnya, pihak penerbit bahkan menyiapkan hingga 3 juta kopi dari biasanya yang hanya mencetak 60.000 kopi. Majalah-majalah itu rencananya akan didistribusikan ke 25 negara dan diterjemahkan ke 16 bahasa.
Akibat sikap ‘nyeleneh’nya ini, kantor Charlie Hebdo diserang kelompok ekstrimis pada Rabu (7/1/2015) lalu. Sebanyak 12 orang tewas, termasuk pemimpin redaksi Stephane Charbonnier dan tiga kartunis kawakannya yaitu Jean Cabut, Bernad Velhac, dan Georges Wolinski. (azm/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/01/14/kartun-hina-nabi-legislator-pemerintah-harus-desak-perancis-tekan-charlie-hebdo.html#sthash.NjF8J95X.dpuf
Serangan terhadap kantor Charlie Hebdo menunjukkan protes kalangan Muslim terhadap pemuatan kartun Nabi Muhammad SAW oleh majalah tersebut. Meskipun cara kekerasan yang dilakukan para penyerang juga tidak dapat dibenarkan. Namun jika Charlie Hebdo tetap ‘keras kepala’, gelombang protes internasional bisa kembali pecah.
Anggota Komisi I DPR Ahmad Zainuddin meminta agar pemerintah Perancis sebaiknya mendorong Charlie Hebdo untuk tidak menerbitkan kartun satire tokoh agama. Hal itu untuk mencegah tindakan kekerasan serupa terjadi lagi di Perancis.
“Kalau bisa pemerintah kita minta supaya Perancis ikut mendinginkan suasana dengan meminta Charlie Hebdo tidak membuat kartun satire tokoh agama,” ujar Zainuddin di Jakarta, Selasa (13/1/2015).
Menurut Zainuddin, peristiwa yang terjadi di Perancis pekan lalu bukan tidak mungkin merembet ke negara lain kalau Charlie Hebdo terus-terusan membuat kartun satire Nabi Muhammad. Zainuddin mencontohkan gelombang protes Muslim dunia dalam kasus koran Denmark, Jyllands-Posten pada tahun 2006 lalu. Pernyataan Zainuddin menyikapi pemberitaan yang menyebutkan majalah tersebut kembali menerbitkan kartun Nabi Muhammad pekan ini.
“Kita harus menghargai kebebasan pers, seperti yang berlaku di Perancis. Tapi mereka juga harus menghargai hak dan keyakinan orang lain. Kebebasan itu dibatasi oleh hak orang lain, dan itu adalah hak asasi manusia,” imbuhnya.
Lebih lanjut dia juga mengimbau agar umat muslim di Tanah Air tidak terprovokasi dengan pemuatan kartun Nabi Muhammad yang dilakukan Charlie Hebdo. Menurutnya, yang dilakukan Charlie Hebdo justru menunjukkan paradoks demokrasi dan kebebasan di Perancis.
Tak kapok awak medianya ditembak mati Mujahidin Al Qoida, Charlie Hebdo diberitakan kembali memuat kartun satire Nabi Muhammad untuk edisi pekan ini. Seperti dikutip dari AFP, Charlie Hebdo menampilkan kartun Nabi Muhammad dengan wajah sedih yang sedang meneteskan air mata serta memegang tulisan “Je Suis Charlie” yang berarti ‘Kami adalah Charlie’. Slogan itu merujuk pada aksi massa yang dilakukan masyarakat Prancis dan tokoh dunia beberapa waktu lalu untuk menentang penyerangan terhadap kantor Charlie Hebdo.
Selain itu, di atas sosok kartun yang bersorban putih tersebut juga terdapat tulisan “Tout Est Pardonne”, yang berarti “Semua telah dimaafkan”.
Peluncuran cover majalah satire edisi terbaru ini dilakukan lebih cepat dari jadwal semula pada Rabu (14/1/2015) mendatang. Ironisnya, pihak penerbit bahkan menyiapkan hingga 3 juta kopi dari biasanya yang hanya mencetak 60.000 kopi. Majalah-majalah itu rencananya akan didistribusikan ke 25 negara dan diterjemahkan ke 16 bahasa.
Akibat sikap ‘nyeleneh’nya ini, kantor Charlie Hebdo diserang kelompok ekstrimis pada Rabu (7/1/2015) lalu. Sebanyak 12 orang tewas, termasuk pemimpin redaksi Stephane Charbonnier dan tiga kartunis kawakannya yaitu Jean Cabut, Bernad Velhac, dan Georges Wolinski. (azm/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/01/14/kartun-hina-nabi-legislator-pemerintah-harus-desak-perancis-tekan-charlie-hebdo.html#sthash.NjF8J95X.dpuf
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com