Tarqiyah : ZAMAN semakin semerawut. Dengan hadirnya berbagai permasalahan yang belum kunjung terselesaikan, kini negara kita mulai dihadapkan pada suatu komunitas yang menyimpang baik dari segi agama, adat maupun kebiasaan.
Anda pasti pernah mendengar LGBT (Lesbi, Gay, Bisek, Transgender). Kelompok ini pernah mencuat sebelumnya dan ingin disahkan keberadaannya. Keberadaan disini mencakup pelegalan pernikahan dan hubungan mereka. Namun untungnya negara kita belum melegalkan pernikahan antar sesama jenis ini.
Meskipun negara kita belum melegalkan pernikahan sesama jenis, namun mereka (LGBT) jumlahnya cukup banyak. Menurut sebuah riset penelitian di Universitas Wangsa Manggala mengenai keberadaan kaum gay pada berbagai kota, komunitas gay paling banyak dapat dijumpai di Jakarta dan peringkat kedua komunitas gay banyak dijumpai di Yogyakarta. Di dalam setiap kota, terdapat komunitas yang khusus didirikan oleh dan untuk para gay.
Walaupun berbeda nama komunitas, tiap-tiap komunitas dalam setiap kota tetap saling berhubungan dan bertukar informasi mengenai perkembangan fenomena gay pada daerahnya masing-masing (Fahry, dalam Bulletin GAYa Nusantara, 1999). Yogyakarta merupakan kota yang menduduki peringkat kedua dalam hal banyaknya komunitas gay yang terdapat di sana.
Sampai tahun 1999, kehidupan para gay di Yogyakarta masih sangat tertutup dan tabu oleh masyarakat, akan tetapi saat ini fenomena adanya kaum gay di Yogyakarta makin menjamur. Atmosfer kota Yogyakarta sangat mendukung meluasnya keberadaan para gay. Hal ini disebabkan karena masyarakat Yogyakarta saat ini banyak didominasi oleh warga pendatang atau mahasiswa yang berasal dari bermacam-macam daerah di Indonesia bahkan dari Negara lain, sehingga dapat dikatakan bahwa Yogyakarta merupakan suatu bentuk Indonesia mini karena di dalamnya terdapat berbagai macam model dan jenis orang di mana mereka berasal dari latar belakang dan adat istiadat serta kebisaan yamg berbeda.
Banyaknya orang dari berbagai daerah tersebut, maka di Yogyakarta banyak terdapat tempat kos dan klub malam. Kedua tempat tersebut dapat menjadi awal dari perkembangan dan meluasnya fenomena gay di Yogyakarta. Karena suatu komunitas gay dapat melakukan acara berkumpul bersama bahkan mengadakan arisan di tempat seperti itu (Hidayat, 2008, dikutip secara on-line dari Cerita Gay dari Yogyakarta).
Sebenarnya komunitas para gay di Yogyakarta sudah ada sejak tahun 1985 di mana kaum gay di Yogyakarta mendirikan Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY) dan mendeklarasikan bahwa di bulan maret adalah merupakan bulan solidaritas lesbian dan gay Indonesia, dan pendeklarasian itu dilakukan oleh Indonesian Gay Society (IGS) dan Lembaga Indonesian Perancis (Bunch, 2007, dikutip secara online dari Pesta Gay).
Menurut perkiraan para ahli dan Badan PBB, dengan memperhitungkan jumlah penduduk lelaki dewasa, jumlah gay di Indonesia pada 2011 diperkirakan lebih dari tiga juta orang, padahal pada 2009 angkanya 800 ribu orang. Jadi, hanya dalam waktu dua tahun, jumlahnya meningkat lebih dari 300 persen. Bahkan, diperkirakan pada 2014 ini jumlahnya lebih besar lagi.
Data diatas hanya menunjukan mereka yang gay. Tentu masih banyak orang-orang yang memiliki perilaku menyimpang seperti lesbi, bisek dan transgender. Fenomena ini begitu memilukan. [fha/islampos/annyaasss/rol]
Wallahu A‘lam.
Anda pasti pernah mendengar LGBT (Lesbi, Gay, Bisek, Transgender). Kelompok ini pernah mencuat sebelumnya dan ingin disahkan keberadaannya. Keberadaan disini mencakup pelegalan pernikahan dan hubungan mereka. Namun untungnya negara kita belum melegalkan pernikahan antar sesama jenis ini.
Meskipun negara kita belum melegalkan pernikahan sesama jenis, namun mereka (LGBT) jumlahnya cukup banyak. Menurut sebuah riset penelitian di Universitas Wangsa Manggala mengenai keberadaan kaum gay pada berbagai kota, komunitas gay paling banyak dapat dijumpai di Jakarta dan peringkat kedua komunitas gay banyak dijumpai di Yogyakarta. Di dalam setiap kota, terdapat komunitas yang khusus didirikan oleh dan untuk para gay.
Walaupun berbeda nama komunitas, tiap-tiap komunitas dalam setiap kota tetap saling berhubungan dan bertukar informasi mengenai perkembangan fenomena gay pada daerahnya masing-masing (Fahry, dalam Bulletin GAYa Nusantara, 1999). Yogyakarta merupakan kota yang menduduki peringkat kedua dalam hal banyaknya komunitas gay yang terdapat di sana.
Sampai tahun 1999, kehidupan para gay di Yogyakarta masih sangat tertutup dan tabu oleh masyarakat, akan tetapi saat ini fenomena adanya kaum gay di Yogyakarta makin menjamur. Atmosfer kota Yogyakarta sangat mendukung meluasnya keberadaan para gay. Hal ini disebabkan karena masyarakat Yogyakarta saat ini banyak didominasi oleh warga pendatang atau mahasiswa yang berasal dari bermacam-macam daerah di Indonesia bahkan dari Negara lain, sehingga dapat dikatakan bahwa Yogyakarta merupakan suatu bentuk Indonesia mini karena di dalamnya terdapat berbagai macam model dan jenis orang di mana mereka berasal dari latar belakang dan adat istiadat serta kebisaan yamg berbeda.
Banyaknya orang dari berbagai daerah tersebut, maka di Yogyakarta banyak terdapat tempat kos dan klub malam. Kedua tempat tersebut dapat menjadi awal dari perkembangan dan meluasnya fenomena gay di Yogyakarta. Karena suatu komunitas gay dapat melakukan acara berkumpul bersama bahkan mengadakan arisan di tempat seperti itu (Hidayat, 2008, dikutip secara on-line dari Cerita Gay dari Yogyakarta).
Sebenarnya komunitas para gay di Yogyakarta sudah ada sejak tahun 1985 di mana kaum gay di Yogyakarta mendirikan Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY) dan mendeklarasikan bahwa di bulan maret adalah merupakan bulan solidaritas lesbian dan gay Indonesia, dan pendeklarasian itu dilakukan oleh Indonesian Gay Society (IGS) dan Lembaga Indonesian Perancis (Bunch, 2007, dikutip secara online dari Pesta Gay).
Menurut perkiraan para ahli dan Badan PBB, dengan memperhitungkan jumlah penduduk lelaki dewasa, jumlah gay di Indonesia pada 2011 diperkirakan lebih dari tiga juta orang, padahal pada 2009 angkanya 800 ribu orang. Jadi, hanya dalam waktu dua tahun, jumlahnya meningkat lebih dari 300 persen. Bahkan, diperkirakan pada 2014 ini jumlahnya lebih besar lagi.
Data diatas hanya menunjukan mereka yang gay. Tentu masih banyak orang-orang yang memiliki perilaku menyimpang seperti lesbi, bisek dan transgender. Fenomena ini begitu memilukan. [fha/islampos/annyaasss/rol]
Wallahu A‘lam.
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com