Tarqiyah : Kairo. “Setahun telah berlalu dari terbangnya ruhmu yang suci kepada Penciptanya bersama para syuhada.” Kata-kata mengawali sebuah surat yang ditulis Dr. Muhammad Al-Baltaji mengenang setahun syahidnya salah seorang putrinya, Asmaa Al-Baltaji. Seperti dipublikasikan dalam akun pribadi dalam
, Rabu (13/8/2014) hari ini.Al-Baltaji adalah salah seorang pimpinan Ikhwanul Muslimin (IM), yang saat ini sedang menghadapi tuntutan dalam banyak kasus dalam pengadilan kudeta. Surat ini adalah yang kedua, karena sebelumnya beliau juga pernah menulis sebuah surat serupa yang sempat membuah perdana menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, menangis di sebuah stasiun televisi.
Asmaa Al-Baltaji dibunuh saat terjadi pembubaran paksa para demonstran di Bundaran Rabiah Adawiyah, 14 Agustus 2013. Hingga saat ini tidak ada penindakan atas kasus tersebut.
Dalam surat yang baru Al-Baltaji berkata kepada putrinya, “Putriku yang tersayang, aku sangat merindukan wajahmu yang cantik, mulutmu yang tersenyum, kehadiranmu yang periang, pendapatmu yang dewasa. Hanya Allah Ta’ala yang mengetahui rinduku itu. Hanya Allah Ta’ala yang kuasa menyabarkanku. Namun sebenarnya selama ini engkau masih hidup bersama kami di sini. Engkau sama sekali belum meninggalkan kami.”
Al-Baltaji melanjutkan, “Pada suatu hari aku dikejutkan dengan kehadiran ibumu ke tahanan. Dia bersumpah bahwa Asmaa masih hidup bersamanya. Ibumu bercerita sering bertemu dengan kawan-kawanmu yang tak jarang mendapatkan permasalahan dan kesulitan. Tapi setiap itu pula mereka bermimpi berjumpa denganmu. Dalam mimpi itu, engkau menenangkan, menyabarkan, dan menasihati mereka untuk banyak berbuat kebaikan. Mereka pun akhirnya bisa mengatasi masalah-masalah itu.”
Al-Baltaji mengenang kembali bagaimana Asmaa dibunuh, “Saat dibunuh, engkau adalah seorang gadis yang tak bersenjata. Engkau tidak membawa senjata, batu atau apapun. Ini membuktikan bahwa mereka memang menarget siapa saja yang berani menolak kudeta militer.”
Al-Baltaji yakin bahwa putri dibunuh karena memegang prinsip yang benar, “Putriku sekaligus guruku, Allah Ta’ala telah berkehendak engkau dibunuh oleh penembak jitu dari militer kudeta. Itu akan menjadi bukti bahwa masalah yang kita perjuangkan adalah benar dan wajar. Sehingga engkau pun membela dan bahkan merelakan nyawamu dalam memperjuangkannya. Engkau menolak dengan tegas kembalinya militer berkuasa setelah dijatuhkan pada Revolusi 11 Januari 2011.”
Al-Baltaji menambahkan, “Putriku sekaligus guruku, setahun setelah syahidmu dunia menjadi tidak ada apa-apanya bagi kami. Penjara dan para penyiksa sudah tidak bisa membuat kami takut sama sekali. Dibunuh atau dihukum mati pun tidak membuat kami khawatir. Itu karena engkau dan rekan-rekanmu telah mengajari kami bagaimana mengorbankan darah dan nyawa di jalan Allah Ta’ala demi membela kebenaran, keadilan dan kemerdekaan.” (msa/dakwatuna/today’sopinion)
Wallahu A‘lam.
facebook
Asmaa Al-Baltaji dibunuh saat terjadi pembubaran paksa para demonstran di Bundaran Rabiah Adawiyah, 14 Agustus 2013. Hingga saat ini tidak ada penindakan atas kasus tersebut.
Dalam surat yang baru Al-Baltaji berkata kepada putrinya, “Putriku yang tersayang, aku sangat merindukan wajahmu yang cantik, mulutmu yang tersenyum, kehadiranmu yang periang, pendapatmu yang dewasa. Hanya Allah Ta’ala yang mengetahui rinduku itu. Hanya Allah Ta’ala yang kuasa menyabarkanku. Namun sebenarnya selama ini engkau masih hidup bersama kami di sini. Engkau sama sekali belum meninggalkan kami.”
Al-Baltaji melanjutkan, “Pada suatu hari aku dikejutkan dengan kehadiran ibumu ke tahanan. Dia bersumpah bahwa Asmaa masih hidup bersamanya. Ibumu bercerita sering bertemu dengan kawan-kawanmu yang tak jarang mendapatkan permasalahan dan kesulitan. Tapi setiap itu pula mereka bermimpi berjumpa denganmu. Dalam mimpi itu, engkau menenangkan, menyabarkan, dan menasihati mereka untuk banyak berbuat kebaikan. Mereka pun akhirnya bisa mengatasi masalah-masalah itu.”
Al-Baltaji mengenang kembali bagaimana Asmaa dibunuh, “Saat dibunuh, engkau adalah seorang gadis yang tak bersenjata. Engkau tidak membawa senjata, batu atau apapun. Ini membuktikan bahwa mereka memang menarget siapa saja yang berani menolak kudeta militer.”
Al-Baltaji yakin bahwa putri dibunuh karena memegang prinsip yang benar, “Putriku sekaligus guruku, Allah Ta’ala telah berkehendak engkau dibunuh oleh penembak jitu dari militer kudeta. Itu akan menjadi bukti bahwa masalah yang kita perjuangkan adalah benar dan wajar. Sehingga engkau pun membela dan bahkan merelakan nyawamu dalam memperjuangkannya. Engkau menolak dengan tegas kembalinya militer berkuasa setelah dijatuhkan pada Revolusi 11 Januari 2011.”
Al-Baltaji menambahkan, “Putriku sekaligus guruku, setahun setelah syahidmu dunia menjadi tidak ada apa-apanya bagi kami. Penjara dan para penyiksa sudah tidak bisa membuat kami takut sama sekali. Dibunuh atau dihukum mati pun tidak membuat kami khawatir. Itu karena engkau dan rekan-rekanmu telah mengajari kami bagaimana mengorbankan darah dan nyawa di jalan Allah Ta’ala demi membela kebenaran, keadilan dan kemerdekaan.” (msa/dakwatuna/today’sopinion)
Wallahu A‘lam.
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com