Tarqiyah : Ghazwul fikri, apakah itu? Ghazwul fikri, yang bermakna perang pemikiran, merupakan strategi perang selain perang fisik, face to face. Kenapa muncul strategi ini? Perang fisik tentu saja menguras SDM yang tidak sedikit, belum taruhannya nyawa. Ongkos perang fisik juga sangat mahal, disamping dampak kerusakannya yang luar biasa besar. Jadi kalau dikalkulasi perang fisik cost-nya sangat besar. Berbeda dengan perang pemikiran, tidak ada korban nyawa secara ‘riil’, biaya juga bisa ditekan bahkan mungkin tanpa biaya (hanya berdasarkan kekuatan ‘pengaruh’), dan tidak terlalu merusak sumber daya alam/lingkungan.
Tapi ghazwul fikri, sasaran targetnya bisa dalam jumlah besar. Bahkan bisa mendunia kalau tujuannya memang globalisasi dilakukan dengan cara yang masif pula. Dampak ghazwul fikri juga bisa terasa oleh berbagai generasi (lebih dari satu generasi), dan mencakup berbagai lapisan masyarakat.
Secara teori, ghazwul fikri lahir setelah perang fisik. Tapi ternyata, kalau mentadabburi al-Qur’an, kita akan melihat justru yang pertama muncul adalah ghazwul fikri sebelum perang fisik. Mari kita buktikan dengan melihat sejarah kakek moyang kita Nabi Adam as (QS. al-Baqarah : 30-38, Al A’raf : 11-25). Sebagai manusia pertama yang Allah berikan kelebihan ilmu padanya, ternyata hal ini mengundang kecemburuan Iblis laknatulah. Iblis yang merasa lebih senior, apalagi secara strata dia terbuat dari api sementara Adam as cuma sekedar dari tanah. Maka terjadilah pembangkangan Iblis atas perintah Allah, ketika Allah memerintahkannya bersujud kepada Adam as. Padahal, selama ini Iblis taat pada semua perintah Allah. Tak pernah sekalipun Iblis mengundang amarah Allah.
Tapi semuanya berubah dalam sekejap hanya gara-gara munculnya kesombongan pada diri Iblis. Dia merasa dirinyalah yang paling hebat. Akhirnya, Allah mengusir Iblis dari jannah. Maka tinggallah Adam dan Hawa di dalam jannah. Allah persilahkan mereka menikmati semua isi jannah, kecuali satu pohon saja.
Dibakar dendam yang membara kepada Adam as, Iblis pun semakin menjadi-jadi melawan Allah. Mungkin karena sudah kepalang basah harus jadi penghuni neraka. Dia mencuri-curi dengar informasi apa saja yang Allah sampaikan kepada Adam as. Maka ketika dia tahu firman Allah tentang larangan mendekati salah satu pohon, Iblis pun mulai merancang strategi bagaimana cara mempengaruhi Adam as dan Hawa agar mau mendekati ‘pohon terlarang’ tersebut.
Iblislah peletak dasar ghozwul fikri (perang pemikiran). Bagaimana uletnya Iblis melakukan pendekatan kepada Adam as dan Hawa dengan berperan seperti musang berbulu domba. Berpura-pura baik, bahkan ingin dikesankan sebagai penasehat setia. Strategi demi strategi terus dilancarkan tanpa pernah mengenal putus asa. Semata karena Iblis sudah terlanjur akan menjadi penghuni neraka yang paling kekal. Maka dia akan memanfaatkan kesempatan hidup di dunia ini dengan mencari teman sebanyak-banyaknya untuk kelak menjadi penghuni neraka.
Dengan ketekunannya, akhirnya Iblis berhasil melakukan brain storming (cuci otak) kepada Adam as dan Hawa. Memutarbalikkan fakta, yang hak menjadi nampak batil sementara yang batil terlihat hak. Bukankah Adam as Rasul? Bukankah Adam as mengetahui firman Allah tentang larangan itu? Ya begitulah, derasnya informasi terbaru yang terus menerus dijejalkan Iblis kepada Adam as bisa menggerogoti keimanan Adam as kepada Allah. Lebih tepatnya, membuat Adam as lupa dengan larangan Allah itu. Iblis memang sangat jago membuai sehingga yang haram nampak halal bahkan dengan tambahan iming-iming lainnya. Bukankah sebelumnya Allah telah berfirman mengingatkan Adam as dan Hawa, “Tetapi janganlah kamu berdua mendekati pohon yang satu ini. (Apabila didekati) kamu berdua termasuk orang-orang yang zhalim.”? Ternyata, Iblis membuat Adam as dan Hawa lupa. Penyakit lupa ini akan terus dilancarkan oleh Iblis dan antek-anteknya kepada kita semua. Tentu saja, yang dimaksud lupa di sini: lupa kepada Allah, lupa mengingat Allah, lupa dari jalan Allah, lupa membaca kitab Allah, lupa dari perintah dan larangan Allah, dan sebagainya. Lupa inilah yang akan meng-hijab kita dari taufik dan hidayah. Maka Adam as dan Hawa pun baru tersadar setelah mereka mencicipi buah pohon terlarang itu sehingga nampaklah auratnya. Lalu Allah pun menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu?”
Inilah tujuan akhir ghazwul fikri. Jangka panjangnya pemurtadan. Jangka pendeknya pelarutan kepribadian (tidak bangga dengan identitas muslim), pemerosotan akhlak (dekadensi moral), pemikiran liberal, pelucutan akidah dalam arti tidak masalah secara identitas agamanya Islam tapi perilaku sehari-harinya jauh dari tuntutan Islam
Beruntunglah Adam as cepat bertaubat dan kembali ke jalan yang lurus. Tapi iblis tak cukup berhenti dengan kasus Adam as saja, tak akan menyerah bahkan sampai Kiamat ingin menyeret sebanyak mungkin teman sebagai penghuni neraka. Maka target berikutnya adalah Qabil, putra pertama Adam as. Ketika Qabil dan adiknya Habil diperintahkan berkurban oleh Allah (QS al-Maaidah: 27-31), Qabil terus digosok-gosok Iblis agar pelit berkurban sehingga menyerahkan yang murah dan jelek (sayuran busuk). Sementara Habil yang hanif mengurbankan kambing yang gemuk.
Secara logika saja, kita bisa mengira mana yang kurbannya akan diterima oleh Allah. Ketika Allah putuskan dengan cara melihat mana kurbannya yang habis dimakan hewan-hewan, Qabil semakin digosok lagi oleh Iblis. Tentu saja yang habis dimakan kurbannya Habil, Tapi Qabil tak bisa menerima. Menurutnya Allah tidak adil. Padahal aturan permainan dari awal sudah disebutkan, tapi Qabil mengingkarinya. Maka darah Qabil pun mendidih, pikirannya sumpek, amarah membuncah, sehingga melahirkan satu keputusan yang belum pernah ada dalam sejarah manusia, pembunuhan. Maka terjadilah pembunuhan pertama manusia dengan aktor utama Qabil. Dan tahukah siapa sutradaranya? Tentu saja Iblis yang selalu tertawa terbahak-bahak ketika menyaksikan keberhasilannya menyesatkan manusia.
Iblis akan selalu memotivasi para pengikutnya agar rajin-rajin melakukan ghazwul fikri, cara ampuh untuk memelesetkan manusia, menggelincirkannya dari jalan Allah yang lurus. Semua strategi akan digunakan Iblis, baik terang-terangan maupun smooth dengan cara yang sangat-sangat halus. Lihatlah di sekeiling kita, dari seluruh penjuru mata angin, Iblis berusaha memperdayakan. Di zaman Rasul saw kita kenal istilah harta, tahta, wanita. Kini ada trio ‘fun, food, fashion’. Di zaman Nabi Luth as terjadi peristiwa sodomi. Sekarang? Semakin meluas bahkan melebar dengan turunan-turunannya: waria, homoseks, lesbian, biseks, transgender dll. Bahkan kini ada globalisasi, tatanan dunia baru (the new world order) yang disetiri kaum illuminati, freemasonry, dan tentu saja di belakang mereka semua ada kaum Zionis.
Jadi, tak usah heran ketika suatu saat nanti turun Dajjal (pemuda berambut ikal matanya buta satu, di antara dua matanya ada tulisan kafir, muncul dari Isfahan atau Khurasan), semua orang melihat tulisan kafir itu. Semua orang bisa membaca tulisan kafir itu, tapi gak ngaruh. Kenapa? Karena berbondong-bondong umat Islam yang jadi pengikut Dajjal. Lho kok bisa begitu?
Mungkin, ini yang dimaksud sebagian orang: sekarang kita sudah berada dalam sistem Dajjal. Sistem yang dikendalikan oleh Iblis sang majikan beserta setan dan Zionis sebagai para pengawal setianya. Mari kita lihat beberapa contoh berikut yang mengisyaratkan ketakberdayaan kaum muslimin atas kampanye-kampanye mereka.
Kaum nabi Luth di Sodom dan Gomorah sudah punah diazab Allah beribu tahun lalu. Tapi kemudian muncul lagi secara massal di kota Pompeii (bisa di googling foto-foto fosil manusia-manusia Pompeii yang dimusnahkan Allah sewaktu mereka sedang berpesta seks dengan meletusnya gunung Vesuvius). Kenapa Allah mengawetkan tubuh-tubuh mereka menjadi fosil? Supaya jadi ibroh (pelajaran) buat generasi berikutnya. Eh ternyata, sekarang makin marak, variatif, berani dan terang-terangan.
Di bidang akhlak, ada gaya hidup modern, kosmopolitan. Intinya pergaulan bebas yang berujung kumpul kebo dan berdampak perkawinannya bergelar
Tengoklah zaman penjajahan Belanda. Siapa yang berhasil menaklukan Aceh? Snouck Hugronje, Yahudi tulen yang pergi ke Timur Tengah belajar Islam tapi untuk menghancurkan Islam di Aceh. Sayangnya, di negeri ini ada juga ustadz yang memuji-muji Snouck ini karena mengira mualaf yang pergi haji dan ulama, katanya.
Inilah ghazwul fikri, pemutarbalikkan fakta. Yang jahat dibilang baik, sementara yang baik dijelek-jelekkan bahkan kalau perlu dijebloskan ke penjara. Intinya, maling teriak maling. Maka yang bisa melihat yang hak itu hak dan yang batil itu batil, itulah yang bisa memahami tulisan kafir di antara kedua mata Dajjal. Itulah manusia-manusia yang tidak termakan dengan umpan yang diberikan iblis. Semoga kita bisa punya kemampuan mem-furqan (membedakan) mana yang hak dan batil tanpa tertipu oleh Iblis dan antek-anteknya. Sehingga kita selamat dari ancaman bahkan terkaman Dajjal yang sesungguhnya.(dakwatuna)
Wallahu A‘lam.
Tapi ghazwul fikri, sasaran targetnya bisa dalam jumlah besar. Bahkan bisa mendunia kalau tujuannya memang globalisasi dilakukan dengan cara yang masif pula. Dampak ghazwul fikri juga bisa terasa oleh berbagai generasi (lebih dari satu generasi), dan mencakup berbagai lapisan masyarakat.
Secara teori, ghazwul fikri lahir setelah perang fisik. Tapi ternyata, kalau mentadabburi al-Qur’an, kita akan melihat justru yang pertama muncul adalah ghazwul fikri sebelum perang fisik. Mari kita buktikan dengan melihat sejarah kakek moyang kita Nabi Adam as (QS. al-Baqarah : 30-38, Al A’raf : 11-25). Sebagai manusia pertama yang Allah berikan kelebihan ilmu padanya, ternyata hal ini mengundang kecemburuan Iblis laknatulah. Iblis yang merasa lebih senior, apalagi secara strata dia terbuat dari api sementara Adam as cuma sekedar dari tanah. Maka terjadilah pembangkangan Iblis atas perintah Allah, ketika Allah memerintahkannya bersujud kepada Adam as. Padahal, selama ini Iblis taat pada semua perintah Allah. Tak pernah sekalipun Iblis mengundang amarah Allah.
Tapi semuanya berubah dalam sekejap hanya gara-gara munculnya kesombongan pada diri Iblis. Dia merasa dirinyalah yang paling hebat. Akhirnya, Allah mengusir Iblis dari jannah. Maka tinggallah Adam dan Hawa di dalam jannah. Allah persilahkan mereka menikmati semua isi jannah, kecuali satu pohon saja.
Dibakar dendam yang membara kepada Adam as, Iblis pun semakin menjadi-jadi melawan Allah. Mungkin karena sudah kepalang basah harus jadi penghuni neraka. Dia mencuri-curi dengar informasi apa saja yang Allah sampaikan kepada Adam as. Maka ketika dia tahu firman Allah tentang larangan mendekati salah satu pohon, Iblis pun mulai merancang strategi bagaimana cara mempengaruhi Adam as dan Hawa agar mau mendekati ‘pohon terlarang’ tersebut.
Iblislah peletak dasar ghozwul fikri (perang pemikiran). Bagaimana uletnya Iblis melakukan pendekatan kepada Adam as dan Hawa dengan berperan seperti musang berbulu domba. Berpura-pura baik, bahkan ingin dikesankan sebagai penasehat setia. Strategi demi strategi terus dilancarkan tanpa pernah mengenal putus asa. Semata karena Iblis sudah terlanjur akan menjadi penghuni neraka yang paling kekal. Maka dia akan memanfaatkan kesempatan hidup di dunia ini dengan mencari teman sebanyak-banyaknya untuk kelak menjadi penghuni neraka.
Dengan ketekunannya, akhirnya Iblis berhasil melakukan brain storming (cuci otak) kepada Adam as dan Hawa. Memutarbalikkan fakta, yang hak menjadi nampak batil sementara yang batil terlihat hak. Bukankah Adam as Rasul? Bukankah Adam as mengetahui firman Allah tentang larangan itu? Ya begitulah, derasnya informasi terbaru yang terus menerus dijejalkan Iblis kepada Adam as bisa menggerogoti keimanan Adam as kepada Allah. Lebih tepatnya, membuat Adam as lupa dengan larangan Allah itu. Iblis memang sangat jago membuai sehingga yang haram nampak halal bahkan dengan tambahan iming-iming lainnya. Bukankah sebelumnya Allah telah berfirman mengingatkan Adam as dan Hawa, “Tetapi janganlah kamu berdua mendekati pohon yang satu ini. (Apabila didekati) kamu berdua termasuk orang-orang yang zhalim.”? Ternyata, Iblis membuat Adam as dan Hawa lupa. Penyakit lupa ini akan terus dilancarkan oleh Iblis dan antek-anteknya kepada kita semua. Tentu saja, yang dimaksud lupa di sini: lupa kepada Allah, lupa mengingat Allah, lupa dari jalan Allah, lupa membaca kitab Allah, lupa dari perintah dan larangan Allah, dan sebagainya. Lupa inilah yang akan meng-hijab kita dari taufik dan hidayah. Maka Adam as dan Hawa pun baru tersadar setelah mereka mencicipi buah pohon terlarang itu sehingga nampaklah auratnya. Lalu Allah pun menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu?”
Inilah tujuan akhir ghazwul fikri. Jangka panjangnya pemurtadan. Jangka pendeknya pelarutan kepribadian (tidak bangga dengan identitas muslim), pemerosotan akhlak (dekadensi moral), pemikiran liberal, pelucutan akidah dalam arti tidak masalah secara identitas agamanya Islam tapi perilaku sehari-harinya jauh dari tuntutan Islam
Beruntunglah Adam as cepat bertaubat dan kembali ke jalan yang lurus. Tapi iblis tak cukup berhenti dengan kasus Adam as saja, tak akan menyerah bahkan sampai Kiamat ingin menyeret sebanyak mungkin teman sebagai penghuni neraka. Maka target berikutnya adalah Qabil, putra pertama Adam as. Ketika Qabil dan adiknya Habil diperintahkan berkurban oleh Allah (QS al-Maaidah: 27-31), Qabil terus digosok-gosok Iblis agar pelit berkurban sehingga menyerahkan yang murah dan jelek (sayuran busuk). Sementara Habil yang hanif mengurbankan kambing yang gemuk.
Secara logika saja, kita bisa mengira mana yang kurbannya akan diterima oleh Allah. Ketika Allah putuskan dengan cara melihat mana kurbannya yang habis dimakan hewan-hewan, Qabil semakin digosok lagi oleh Iblis. Tentu saja yang habis dimakan kurbannya Habil, Tapi Qabil tak bisa menerima. Menurutnya Allah tidak adil. Padahal aturan permainan dari awal sudah disebutkan, tapi Qabil mengingkarinya. Maka darah Qabil pun mendidih, pikirannya sumpek, amarah membuncah, sehingga melahirkan satu keputusan yang belum pernah ada dalam sejarah manusia, pembunuhan. Maka terjadilah pembunuhan pertama manusia dengan aktor utama Qabil. Dan tahukah siapa sutradaranya? Tentu saja Iblis yang selalu tertawa terbahak-bahak ketika menyaksikan keberhasilannya menyesatkan manusia.
Iblis akan selalu memotivasi para pengikutnya agar rajin-rajin melakukan ghazwul fikri, cara ampuh untuk memelesetkan manusia, menggelincirkannya dari jalan Allah yang lurus. Semua strategi akan digunakan Iblis, baik terang-terangan maupun smooth dengan cara yang sangat-sangat halus. Lihatlah di sekeiling kita, dari seluruh penjuru mata angin, Iblis berusaha memperdayakan. Di zaman Rasul saw kita kenal istilah harta, tahta, wanita. Kini ada trio ‘fun, food, fashion’. Di zaman Nabi Luth as terjadi peristiwa sodomi. Sekarang? Semakin meluas bahkan melebar dengan turunan-turunannya: waria, homoseks, lesbian, biseks, transgender dll. Bahkan kini ada globalisasi, tatanan dunia baru (the new world order) yang disetiri kaum illuminati, freemasonry, dan tentu saja di belakang mereka semua ada kaum Zionis.
Jadi, tak usah heran ketika suatu saat nanti turun Dajjal (pemuda berambut ikal matanya buta satu, di antara dua matanya ada tulisan kafir, muncul dari Isfahan atau Khurasan), semua orang melihat tulisan kafir itu. Semua orang bisa membaca tulisan kafir itu, tapi gak ngaruh. Kenapa? Karena berbondong-bondong umat Islam yang jadi pengikut Dajjal. Lho kok bisa begitu?
Mungkin, ini yang dimaksud sebagian orang: sekarang kita sudah berada dalam sistem Dajjal. Sistem yang dikendalikan oleh Iblis sang majikan beserta setan dan Zionis sebagai para pengawal setianya. Mari kita lihat beberapa contoh berikut yang mengisyaratkan ketakberdayaan kaum muslimin atas kampanye-kampanye mereka.
Kaum nabi Luth di Sodom dan Gomorah sudah punah diazab Allah beribu tahun lalu. Tapi kemudian muncul lagi secara massal di kota Pompeii (bisa di googling foto-foto fosil manusia-manusia Pompeii yang dimusnahkan Allah sewaktu mereka sedang berpesta seks dengan meletusnya gunung Vesuvius). Kenapa Allah mengawetkan tubuh-tubuh mereka menjadi fosil? Supaya jadi ibroh (pelajaran) buat generasi berikutnya. Eh ternyata, sekarang makin marak, variatif, berani dan terang-terangan.
Di bidang akhlak, ada gaya hidup modern, kosmopolitan. Intinya pergaulan bebas yang berujung kumpul kebo dan berdampak perkawinannya bergelar
MBA
= Married By Accident. Kalau tidak ke pelaminan, pilihannya aborsi. Lebih ekstrim lagi sekarang sering kita dengar peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh selingkuhannya sendiri gara-gara cemburu atau gara-gara si perempuan minta dilegalkan hubungannya.Di bidang politik, wah ini mah seru sekali! Ada manipulasi alias tipu-tipu, kolusi, nepotisme alias pertemanan, korupsi, bahkan konspirasi. Ingat kasus Pak De dulu? Beliau terpaksa mendekam di penjara lama sekali karena menjadi terdakwa atas meninggalnya Dietje sang Pragawati cantik. Padahal yang membunuh orang lain. Di masa kini? Oo, jelas lebih seru lagi. Apalagi tujuan Dajjal menguasai dunia. Sepaket dengan tujuan Zionis yang ingin menghancurkan Islam.Tengoklah zaman penjajahan Belanda. Siapa yang berhasil menaklukan Aceh? Snouck Hugronje, Yahudi tulen yang pergi ke Timur Tengah belajar Islam tapi untuk menghancurkan Islam di Aceh. Sayangnya, di negeri ini ada juga ustadz yang memuji-muji Snouck ini karena mengira mualaf yang pergi haji dan ulama, katanya.
Inilah ghazwul fikri, pemutarbalikkan fakta. Yang jahat dibilang baik, sementara yang baik dijelek-jelekkan bahkan kalau perlu dijebloskan ke penjara. Intinya, maling teriak maling. Maka yang bisa melihat yang hak itu hak dan yang batil itu batil, itulah yang bisa memahami tulisan kafir di antara kedua mata Dajjal. Itulah manusia-manusia yang tidak termakan dengan umpan yang diberikan iblis. Semoga kita bisa punya kemampuan mem-furqan (membedakan) mana yang hak dan batil tanpa tertipu oleh Iblis dan antek-anteknya. Sehingga kita selamat dari ancaman bahkan terkaman Dajjal yang sesungguhnya.(dakwatuna)
Wallahu A‘lam.
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com