Tarqiyah : Aktivis Ikhwanul Muslimin dan kelompok lainnya yang tergabung dalam Aliansi Nasional untuk Mendukung Legitimasi (NASL) menyerukan pada Kamis (29/5) revolusi gelombang ketiga menyusul keunggulan mantan panglima Abdul Fattah Al-Sisi dalam penghitungan awal pemilu presiden Mesir 2014.
Dalam pernyataan persnya, mereka meminta Abdul Fatah Al-Sisi yang didukung militer untuk “mundur” dan memungkinkan rakyat Mesir mengatur negara, harian Ahram Mesir yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
Hasil awal pemilihan presiden tiga hari menunjukkan 27 kegubernuran di Mesir mendukung Al-Sisi, yang mendapat 96 persen suara, mengalahkan saingan satu-satunya dari partai sayap kiri, Hamden Sabbahi dengan angka hanya 3,5 persen.
“Kami meminta semua warga Mesir untuk melanjutkan revolusi mereka yang awalnya ditujukan untuk kebebasan,” demikian pernyataan tersebut.
Aliansi ini juga mengatakan “jumlah pemilih yang rendah” dalam pemilu kali ini merupakan bukti kehendak rakyat Mesir untuk menolak apa yang digambarkan sebagai “kudeta militer” yang menggulingkan Muhamad Mursi pada Juli 2013.
Menurut Pusat Studi Opini Publik dan Media yang dikenal sebagai Takamol Masr melaporkan pada Selasa Jumlah keseluruhan pemilih Mesir dalam pemungutan suara dua hari (Senin-Selasa) hanya mencapai 7,5 persen dari jumlah total warga yang tercantum dalam daftar pemilih.
Pernyataan itu juga menyerukan warga Mesir untuk melakukan protes terhadap pemilu dan kudeta di semua gubernuran di seluruh Mesir.
Pekan lalu, aliansi pro-Mursi ini juga menyatakan “jumlah pemilih rendah” dalam pemungutan warga Mesir di luar negeri (expat) yang berlangsung dari 15-18 Mei, tidak sah secara hukum.
Namun, menurut Ahram, pernyataan itu bertentangan dengan laporan yang menyatakan jumlah ekspatriat yang memilih pada 2014 jauh lebih banyak daripada pada 2012 yang dimenangkan Mursi.
Al-Sisi Mantan Menhan yang didukung militer, adalah orang yang mengumumkan penggulingan Mursi Juli tahun lalu, oleh karenanya, Aliansi pro Mursi menuduh panglima yang memiliki hubungan baik dengan Israel ini akan melanjutkan reziim militer di negeri piramid.(mina)
Wallahu A‘lam.
Dalam pernyataan persnya, mereka meminta Abdul Fatah Al-Sisi yang didukung militer untuk “mundur” dan memungkinkan rakyat Mesir mengatur negara, harian Ahram Mesir yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
Hasil awal pemilihan presiden tiga hari menunjukkan 27 kegubernuran di Mesir mendukung Al-Sisi, yang mendapat 96 persen suara, mengalahkan saingan satu-satunya dari partai sayap kiri, Hamden Sabbahi dengan angka hanya 3,5 persen.
“Kami meminta semua warga Mesir untuk melanjutkan revolusi mereka yang awalnya ditujukan untuk kebebasan,” demikian pernyataan tersebut.
Aliansi ini juga mengatakan “jumlah pemilih yang rendah” dalam pemilu kali ini merupakan bukti kehendak rakyat Mesir untuk menolak apa yang digambarkan sebagai “kudeta militer” yang menggulingkan Muhamad Mursi pada Juli 2013.
Menurut Pusat Studi Opini Publik dan Media yang dikenal sebagai Takamol Masr melaporkan pada Selasa Jumlah keseluruhan pemilih Mesir dalam pemungutan suara dua hari (Senin-Selasa) hanya mencapai 7,5 persen dari jumlah total warga yang tercantum dalam daftar pemilih.
Pernyataan itu juga menyerukan warga Mesir untuk melakukan protes terhadap pemilu dan kudeta di semua gubernuran di seluruh Mesir.
Pekan lalu, aliansi pro-Mursi ini juga menyatakan “jumlah pemilih rendah” dalam pemungutan warga Mesir di luar negeri (expat) yang berlangsung dari 15-18 Mei, tidak sah secara hukum.
Namun, menurut Ahram, pernyataan itu bertentangan dengan laporan yang menyatakan jumlah ekspatriat yang memilih pada 2014 jauh lebih banyak daripada pada 2012 yang dimenangkan Mursi.
Al-Sisi Mantan Menhan yang didukung militer, adalah orang yang mengumumkan penggulingan Mursi Juli tahun lalu, oleh karenanya, Aliansi pro Mursi menuduh panglima yang memiliki hubungan baik dengan Israel ini akan melanjutkan reziim militer di negeri piramid.(mina)
Wallahu A‘lam.
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com