Tarqiyah : Kawan, sebentar lagi Pemilu. Pesta demokrasi ini diharapkan bisa membawa perubahan bagi bangsa ini di masa yang akan datang. Sehingga, kita harus berperan aktif. Karena satu suara kita, sangat menentukan dalam proses perbaikan itu sendiri. Tentu, hal itu akan bisa terjadi jika kita tidak salah dalam melabuhkan pilihan hati. Karena kesejahteraan bangsa ini, sangat erat kaitannya dengan kulitas sosok yang memimpinnya. Yakni sosok yang bisa membimbing rakyatnya, senantiasa dekat dan tulus dalam melayani.
Pemimpin berkualitas adalah sosok yang dekat dengan Allah Subaanahu wa Ta’alaa. Artinya agama pemimpin itu baik. Apabila pemimpin itu sudah baik agamanya maka ia pasti akan amanah terhadap segala urusan. Baik urusan pribadi, keluarga hingga mengatur rakyatnya. Pemimpin yang amanah juga lebih senang melayani rakyatnya dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Ia menyadari bahwa menjadi pemimpin bukan menuntut dan senang dilayani, melainkan yang senang melayani dengan tulus kepada rakyatnya.
Sebagaimana firman Allah Subahanahu wa Ta’alaa, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu sekalian untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu dan sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS.An-Nisa’ : 58).
Maka penting tugas kita untuk memilih pemimpin yang baik. Jika kita memilih pemimpin yang salah (korup dan dzalim), maka hal itu tidak hanya membawa mudhorat terhadap rakyatnya, tetapi juga sangat kita takuti karena Allah Subahanahu wa Ta’alaa akan mencabut keberkahan yang diberikan kepada kita. Sungguh sangat sengsara sebuah kaum yang kehilangan keberkahan. Karena hilangnya keberkahan akan berdampak pada sengsaranya fisik dan juga ruhani.
Selain kriteria agama dan amanah, selanjutnya adalah kita harus memilih pemimpin yang jujur dan adil.
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Ma’idah[5]: 8)
Sebagai pemilih yang cerdas, kita tidak akan mungkin memilih pemimpin yang bodoh. Bagi kita yang menghendaki kebaikan, tidak mungkin juga memilih pemimpin yang korup. Tetapi sebaliknya, bila pemilih itu korup maka pasti yang akan dipilih adalah pemimpin yang korup. Kita tidak menghendaki bangsa ini mundur terbelakang. Naudzubillah.
Sebagaimana kisah Fir’aun yang terkenal kejamnya pada masa itu, sebagaimana dijelaskan oleh Sayyid Quthb dalam surat An-Naziat bahwa sebenarnya Fir’aun tidak mempunyai kekuatan sejumlah rakyatnya. Maka jika rakyatnya cerdas, mereka tidak mungkin mengizinkan Fir’aun terus berkuasa. Mereka pasti akan segera memberontak atas kedzalimannya. Namun karena mereka bodoh, maka Fir’aun merasa semakin tinggi. Puncaknya, Fir’aun menjadi lupa daratan sehingga ia mendeklarasikan dirinya sebagai Tuhan. Dia berkata seperti yang Allah Subaanahu wa Ta’alaakalamkan dalam surat An-Nazi’at, ”Ana Rabbukumul a’laa”. Kata Fir’aun, “Saya adalah Tuhan kalian yang tinggi.”
Ingat sekali lagi saudaraku, bahwa setiap suara yang kita berikan itu adalah amanah. Bila kita salah menyerahkan amanah itu, maka kita sendiri yang akan menerima akibatnya. Sebaliknya, bila kita bersungguh-sungguh untuk menyerahan amanah kepada ahlinya, maka kitalah yang akan menikmatinya. Bukan saja kesejahteraan di dunia yang kita dapatkan, melainkan lebih dari itu, kita akan mendapatkan pahala yang melimpah karena kita telah mendukung kebaikan. Masya Allah.
Suara kita sangat menentukan terhadap lahirnya seorang pemimpin. Oleh sebab itu, kita sebagai rakyat hendaknya bersungguh-sungguh untuk menjadi rakyat yang baik. Jika tidak, kita sendiri yang rugi dan sengsara. Rasulullah Shallallaahu ‘alayhi wa Sallam bersabda, ”Bahwa seorang mu’min tidak pantas terjatuh ke lubang yang sama dua kali”. Maka cukuplah masa lalu kita jadikan pelajaran. Sekarang, sudah saatnya kita memilih pemimpin yang benar-benar membawa risalah Allah. Sebab hanya dengan menegakkan ajaran Allah Subahanahu wa Ta’alaa keberkahan akan turun.
Seandainya penduduk sebuah negeri beriman dan bertaqwa, niscaya akan Kami turunkan keberkahan dari langit dan bumi. (Al-A’raf[7]:96)
Sebagai referensi, KH. Abdullah Gymnastiar melalui akun twitter pribadinya mengatakan, “Pilihlah pemimpin bukan yang kita sukai, tapi yang disukai Allah, karena keberkahan hanya datang dari-Nya”
Lanjutnya dai kondang ini, “Tak ada partai yang sempurna, pilihlah yang paling sedikit pelanggarannya, banyak patuhnya dan tak tergantung figur” (Aa Gym).
Memang benar apa kata Aa Gym. Tidak ada figur ataupun partai yang sempurna. Tetapi lihatlah yang sedikit kesalahannya dan memberikan kebaikan yang banyak. Lantas, partai apakah yang dimaksud oleh Aa Gym ini?
Jika saya yang ditanya, akan saya jawab bahwa yang dimaksud adalah PKS. Peserta pemili nomor urut 3 yang mempunyai slogan, “Apapun Yang Terjadi Kami Tetap Melayani”.
Karena bagaimanapun, memang tidak ada partai yang terbebas dari kesalahannya. Tapi partai ini banyak sekali membantu rakyatnya dari berbagai bencana yang melanda negeri kita tercinta. Kader-kadernya tak pernah lesu walau diterjang badai. Mereka terus bersemangat dan berjuang untuk bangsa Indonesia. Maka, Apapun Yang Terjadi Ku Tetap Mendukung PKS.
Wallahu A’lam bish Shawab. Semoga kita tidak salah pilih.(dakwatuna)
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com