picture

Mahyeldi Dalam Perang Khandaq Pilkada Padang Putaran ll

Tarqiyah : Sepuluh ribu pasukan dari kabilah-kabilah berhimpun dalam sebuah koalisi, saling dukung mendukung. Kabilah-kabilah itu awalnya sering tidak rukun, bertengkar sesamanya bahkan ada yang saling bunuh, tapi hari itu mereka berkumpul mengelilingi Kota Madinah untuk sebuah tujuan yang sama. Mengakhiri kisah Muhammad dan pengikutnya.
Madinah tentu belum membayangkan kondisi ini sebelumnya, lalu Salman Al-Farisi mengusulkan menggali parit besar di sekeliling Kota Madinah untuk menghadapi pasukan musuh. Rasulullah menyetujui ide itu bahkan Beliau pulalah yang membuat peta penggalian. Semua turun bekerja menggali parit. Tapi ketakutan sebagian sahabat tetap ada sebagaimana tergambar dalam Al-Quran.
“(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah” (Al Ahzab: 10)
Saya seakan melihat hal yang sama dengan Pilkada Kota Padang putaran kedua yang menyisakan pasangan Mahyeldi-Emzalmi (PKS-PPP) dan Desri Ayunda-James Hellyward (Independen). Seakan ini adalah Perang Khandaq bagi Mahyeldi-Emzalmi, meski tidak sepenuhnya sama karena dalam perang Khandaq pertarungan terjadi antara muslim dan kafir sementara di sini seluruh peserta Pilkada sejak putaran pertama adalah muslim.
Namun berkoalisinya banyak partai untuk mendukung Desri-James pada putaran kedua seolah seperti suasana “pengepungan” di Madinah dahulu. Hari ini pasangan Desri-James telah mendapatkan dukungan tambahan dari PDI-P, Hanura, PAN, PKPI dan Golkar. Partai-partai yang pada putaran awal saling bertarung dengan memajukan jagoan masing-masing, kini mendukung Desri-James. Saya tentu tidak tahu pasti apakah dukungan ini karena pertimbangan logika atau logistik, yang jelas mereka sudah bersatu mendukung Desri-James, pasangan yang maju melalui jalur independen.
Dengan demikian Mahyeldi yang diusung PKS, kini harus berhadapan dengan sebuah koalisi besar dari partai-partai besar. Sebuah “pengepungan” yang bisa membuat takut dan meruntuhkan semangat. Namun itu semua harus dihadapi dengan gagah, para kader PKS, tim sukses dan para pendukung perlu mengambil kembali pelajaran dari perang Khandaq.
Menggali Parit
Pembangunan parit tidak pernah dikenal dalam ”kamus perang” orang Arab. Mereka hanya mengenal teknik maju, mundur, gempur, atau lari. Maka ketika pasukan koalisi melihat parit yang menganga lebar di antara mereka dan Madinah, semua menjadi kaget dan bingung hendak berbuat apa. Akhirnya mereka hanya duduk di tenda-tenda dan berfikir. Tidak ada hasil.
Begitu dalam menghadapi Pilkada putaran kedua yang hanya beberapa hari lagi, harus ada sebuah strategi yang belum pernah terpikirkan oleh lawan. Strategi yang akan menjadi penentu kemenangan sebagaimana di perang Khandaq. Karena sesungguhnya perang Khandaq bukanlah sepenuhnya pertempuran kolosal di medan laga yang didominasi oleh hunusan pedang dan tombak, tetapi Khandaq adalah perang strategi dan urat syaraf.
Kerja Keras
Setelah ide menggali parit disetujui Rasulullah maka para sahabat langsung melaksanakannya. Dalam riwayat disebutkan bahwa setiap sepuluh orang diwajibkan menggali parit sepanjang 40 meter (lebar 4,62 meter dan dalam 3,234 meter). Dengan kerja keras dan kesungguhan mereka pun berhasil menggali parit mencapai 5.544 meter.
Maka untuk meraih kemenangan setiap kader dan pendukung harus bekerja keras sepenuh tenaga sampai batas akhir, sebagaimana dicontohkan para prajurit Khandaq. Tidak boleh ada yang patah semangat dan menyerah sebelum memasuki medan perang. Semua harus memberikan kontribusi terbaiknya dalam hal apa saja untuk memperoleh kemenangan.
Optimis
Dalam perang Khandaq kita belajar tentang harapan yang tidak boleh padam, apapun kondisinya. Dengarlah apa yang diucapkan oleh Rasulullah saat memecahkan batu besar ketika menggali parit. Ucapan penuh optimisme, padahal saat itu kondisinya benar-benar genting dan mencekam.
“Allahu Akbar, kunci-kunci Syam telah diberikan kepadaku, demi Allah aku tengah melihat istana-istananya yang kemerahan”
“Allahu Akbar, kunci-kunci Persia telah diberikan kepadaku, demi Allah aku tengah melihat istana kota berwarna putih”
“Allahu Akbar, kunci-kunci Yaman telah diberikan pula kepadaku, demi Allah kini aku tengah melihat pintu-pintu Kota Shan’a dari tempatku ini”
Maka penting bagi seluruh kader dan pendukung untuk terus bekerja dalam optimisme yang penuh akan sebuah kemenangan.
Berdoa
Dan doa tidak boleh terhenti. Teruslah memohon pertolongan kepada Allah, sungguh pertolongan Allah itu sangat dekat. Sebagaimana pertolongan itu telah turun di Perang Khandaq.
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan” (Al-Ahzab: 9)
Lalu sejarah mencatat, pasukan koalisi kembali pulang dalam keadaan yang payah, kedinginan, kekurangan makanan dan tidak bersemangat. Dan kemenangan menjadi nyata di pihak muslim Madinah.
Tapi bukan kekalahan itu saja yang patut dikhawatirkan oleh para musuh. Mereka perlu tahu, ketika perang Khandaq usai Rasulullah menyampaikan bahwa, “Setelah hari ini mereka tidak akan mendatangi kita lagi, tapi kitalah yang mendatangi mereka”. Inilah kemenangan yang agung dan titik tolak bahwa perang yang dijalani kaum muslim tak lagi perang bertahan, tapi tampil ke depan untuk memusnahkan kebatilan menggantinya dengan Islam yang lurus.
Dan jika kemenangan di Pilkada Kota Padang menjadi milik Mahyeldi, maka semoga ini juga menjadi tanda bahwa Gelombang Ketiga itu telah dimulai.(dakwatuna/to)
 Wallahu A‘lam.

KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

Lebih baru Lebih lama