GemaDakwah : Hidayah bisa datang dari arah yang tak disangka-sangka. Seperti yang
dialami oleh Daniel. Pemuda Kenya ini mendapatkan hidayah setelah
berzina di acara ‘malam mematikan lampu’ pada perayaan Natal di gereja
Nairobi.
Kisah keislaman Daniel bermula saat ia dan para jemaat lainnya dijemput dengan bis-bis besar menjelang malam 25 Desember, tujuh tahun yang lalu. Sesampainya di gereja di ibu kota Kenya itu, mereka melaksanakan sejumlah ritual kebaktian.
“Malam itu kami di dalam gereja berdoa khidmat, menangis-nangis, setelah itu makan-makan” tutur Daniel.
“Setelah makan-makan, pengurus gereja mengajak untuk mematikan lampu dan memilih satu atau dua wanita untuk dijadikan pasangan buat berdansa, meminum khamr sampai pada ‘halal’-nya berzina. Kami seperti hewan satu dengan lainnya. Hingga setelah peristiwa mengerikan itu aku mencoba berpikir betapa kami ini kotor dan menjijikan,” lanjut Daniel.
Menyadari dosa besar di acara yang digelar gereja itu, Daniel mulai mencari kebenaran dengan melihat agama lainnya.
“Aku melihat orang yang beribadah di lain tempat, laki-laki sendiri dan perempuan sendiri. Mereka bersuci dan berseragam. Aku melihat mereka beribadah dan beribadah tak pernah menyalahkan satu dengan yang lain,” kata Daniel setelah ia mengamati kaum muslimin melakukan shalat, sebuah aktifitas ritual yang sangat berbeda dari apa yang ia alami di gereja.
Daniel kemudian bertemu dengan jama’ah tabligh yang berdakwah di daerahnya. Beriteraksi dengan mereka, Daniel mulai memahami agama Islam itu seperti apa. Dan dengan izin Allah, Daniel juga bisa belajar Islam lebih banyak setelah pamannya yang masih beragama Kristen menganjurkannya banyak membaca buku Sunnah Nabi dan terjemahan berbentuk bahasa Sohiliah, bahasa yang digunakan di negara Kenya, Tanzania, dan Uganda.
“Aku berangkat ke Nairobi, ibukota Kenya, untuk bekerja. Dan hasilnya aku belikan buku hasil masukan dari pamanku. Setelah banyak baca buku, aku masuk pesantren dan masuk Islam lewat pesantren itu. Empat tahun memeluk Islam, tapi shalat sepekan sekali yaitu Jumat saja. Bahkan aku sempat kembali mujrim (pelaku keburukan, Red) lagi karena pekerjaanku dan kerasnya perjuangan di ibukota. Namun, alhamdulillah Allah menyelamatkan aku dari jahiliyah. Cahaya baru datang, panggilan berhijrah ke Sudan,” tuturnya.
Setelah berhijrah ke Sudan itulah Daniel mempelajari Islam lebih dalam. Ia juga menghafal Qur’an. Pemuda yang kini berusia 28 tahun ini memiliki cita-cita hafal Qur’an sebelum umurnya genap 30 tahun.
“Alhamdulillah sekarang sudah punya hafalan sekitar 5 juz. Mohon doanya,” tutupnya penuh semangat. [IK/bersamadakwah. Disarikan dari Hidayatullah]
Kisah keislaman Daniel bermula saat ia dan para jemaat lainnya dijemput dengan bis-bis besar menjelang malam 25 Desember, tujuh tahun yang lalu. Sesampainya di gereja di ibu kota Kenya itu, mereka melaksanakan sejumlah ritual kebaktian.
“Malam itu kami di dalam gereja berdoa khidmat, menangis-nangis, setelah itu makan-makan” tutur Daniel.
“Setelah makan-makan, pengurus gereja mengajak untuk mematikan lampu dan memilih satu atau dua wanita untuk dijadikan pasangan buat berdansa, meminum khamr sampai pada ‘halal’-nya berzina. Kami seperti hewan satu dengan lainnya. Hingga setelah peristiwa mengerikan itu aku mencoba berpikir betapa kami ini kotor dan menjijikan,” lanjut Daniel.
Menyadari dosa besar di acara yang digelar gereja itu, Daniel mulai mencari kebenaran dengan melihat agama lainnya.
“Aku melihat orang yang beribadah di lain tempat, laki-laki sendiri dan perempuan sendiri. Mereka bersuci dan berseragam. Aku melihat mereka beribadah dan beribadah tak pernah menyalahkan satu dengan yang lain,” kata Daniel setelah ia mengamati kaum muslimin melakukan shalat, sebuah aktifitas ritual yang sangat berbeda dari apa yang ia alami di gereja.
Daniel kemudian bertemu dengan jama’ah tabligh yang berdakwah di daerahnya. Beriteraksi dengan mereka, Daniel mulai memahami agama Islam itu seperti apa. Dan dengan izin Allah, Daniel juga bisa belajar Islam lebih banyak setelah pamannya yang masih beragama Kristen menganjurkannya banyak membaca buku Sunnah Nabi dan terjemahan berbentuk bahasa Sohiliah, bahasa yang digunakan di negara Kenya, Tanzania, dan Uganda.
Daniel (kanan) bersama Imam Muhammad (foto Hidayatullah) foto disamarkan atas permintaan Daniel |
“Aku berangkat ke Nairobi, ibukota Kenya, untuk bekerja. Dan hasilnya aku belikan buku hasil masukan dari pamanku. Setelah banyak baca buku, aku masuk pesantren dan masuk Islam lewat pesantren itu. Empat tahun memeluk Islam, tapi shalat sepekan sekali yaitu Jumat saja. Bahkan aku sempat kembali mujrim (pelaku keburukan, Red) lagi karena pekerjaanku dan kerasnya perjuangan di ibukota. Namun, alhamdulillah Allah menyelamatkan aku dari jahiliyah. Cahaya baru datang, panggilan berhijrah ke Sudan,” tuturnya.
Setelah berhijrah ke Sudan itulah Daniel mempelajari Islam lebih dalam. Ia juga menghafal Qur’an. Pemuda yang kini berusia 28 tahun ini memiliki cita-cita hafal Qur’an sebelum umurnya genap 30 tahun.
“Alhamdulillah sekarang sudah punya hafalan sekitar 5 juz. Mohon doanya,” tutupnya penuh semangat. [IK/bersamadakwah. Disarikan dari Hidayatullah]
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com