Tarqiyah :
Komite Nasional untuk Kemanusiaan dan Demokrasi Mesir (KNKDM) mengutuk keras pembantaian junta militer Mesir terhadap para peserta aksi damai seantero Mesir, serta dibunuhnya proses demokrasi yang baru saja berjalan di negara itu.
“Mengutuk keras parade tragedi kemanusiaan berdarah sejak kudeta rezim militer 3 Juli lalu, seperti pembantaian massal Garda Republik (tragedi subuh), pembantaian Manshuroh (tragedi perempuan merdeka), pembantaian massal menumen Sadat, pembantaian massal Nahdhoh dan Rab’ah Al Adawiyah (14 Agustus 2013 M), pembantaian Ramses (16 Agustus 2013 M), serta serial pembantaian berdarah yang terus berlangsung hingga kini di seluruh Mesir,” tulis pernyataan sikap KNKDM yang ditandatangani Suripto, Senin (19/8) dan dibacakan dalam aksi di Bundaran HI.
KNKDM juga mengutuk keras kebiadaban aparat membubarkan aksi damai di Nahdho Square dan Rab’ah Adawiyah Square. Dalam catatan KNKDM, jumlah korban tewas yang berjatuhan di Rab’ah Adawiyah Square mencapai 4500 jiwa dan 15 korban lainnya luka-luka. Adapun di Nahdhoh Square, jumlah korban tewas belum terdeteksi seluruhnya karena korban yang dibunuh dibakar oleh aparat dan jenazah lainnya diculik.
“Diperkirakan jumlah korban tewas di seluruh Mesir, selama rezim militer berkuasa mencapai 6000 jiwa. Ini merupakan pembantaian massal paling biadab dalam sejarah kemanusiaan modern,” jelas KMKD.
KPKD menilai tindakan aparat sangat biadab hal itu sebagaimana perlakuan militer terhadap para demonstran yang telah wafat atau dalam perawatan di RS Darurat Rab’ah Adawiyah. Banyak jenazah yang hilang terbakar. Banyak korban luka parah yang akhirnya menemui ajalnya karena aparat melarang ambulance masuk lokasi.
“Aparat juga menghentikan aktivis tim medis yang tengah melakukan operasi darurat sehingga korban luka semakin parah,” sambung Suripto.
Untuk menghilangkan jejak yang ada aparat memutus aliran listrik, internet, channel-channel TV yang menyiarkan kebiadaban ini secara langsung. Para wartawan ditembaki oleh sniper dari atas gedung. Para jenazah serta korban luka-luka termasuk anak-anak dan ibu-ibu yang masih hidup di RS Darurat di Rabi’a Adawiyah dibakar hidup-hidup. Mereka tidak dapat keluar karena pintu-pintunya dikunci.
“Sebagian masih bisa diselamatkan dari pembakaran, namun kebingungan mencari tempat berlindung karena setiap ruas jalan sudah dijaga ketat oleh aparat,” tandasnya.
[Pz/Islampos]
Wallahu A‘lam.
Komite Nasional untuk Kemanusiaan dan Demokrasi Mesir (KNKDM) mengutuk keras pembantaian junta militer Mesir terhadap para peserta aksi damai seantero Mesir, serta dibunuhnya proses demokrasi yang baru saja berjalan di negara itu.
“Mengutuk keras parade tragedi kemanusiaan berdarah sejak kudeta rezim militer 3 Juli lalu, seperti pembantaian massal Garda Republik (tragedi subuh), pembantaian Manshuroh (tragedi perempuan merdeka), pembantaian massal menumen Sadat, pembantaian massal Nahdhoh dan Rab’ah Al Adawiyah (14 Agustus 2013 M), pembantaian Ramses (16 Agustus 2013 M), serta serial pembantaian berdarah yang terus berlangsung hingga kini di seluruh Mesir,” tulis pernyataan sikap KNKDM yang ditandatangani Suripto, Senin (19/8) dan dibacakan dalam aksi di Bundaran HI.
KNKDM juga mengutuk keras kebiadaban aparat membubarkan aksi damai di Nahdho Square dan Rab’ah Adawiyah Square. Dalam catatan KNKDM, jumlah korban tewas yang berjatuhan di Rab’ah Adawiyah Square mencapai 4500 jiwa dan 15 korban lainnya luka-luka. Adapun di Nahdhoh Square, jumlah korban tewas belum terdeteksi seluruhnya karena korban yang dibunuh dibakar oleh aparat dan jenazah lainnya diculik.
“Diperkirakan jumlah korban tewas di seluruh Mesir, selama rezim militer berkuasa mencapai 6000 jiwa. Ini merupakan pembantaian massal paling biadab dalam sejarah kemanusiaan modern,” jelas KMKD.
KPKD menilai tindakan aparat sangat biadab hal itu sebagaimana perlakuan militer terhadap para demonstran yang telah wafat atau dalam perawatan di RS Darurat Rab’ah Adawiyah. Banyak jenazah yang hilang terbakar. Banyak korban luka parah yang akhirnya menemui ajalnya karena aparat melarang ambulance masuk lokasi.
“Aparat juga menghentikan aktivis tim medis yang tengah melakukan operasi darurat sehingga korban luka semakin parah,” sambung Suripto.
Untuk menghilangkan jejak yang ada aparat memutus aliran listrik, internet, channel-channel TV yang menyiarkan kebiadaban ini secara langsung. Para wartawan ditembaki oleh sniper dari atas gedung. Para jenazah serta korban luka-luka termasuk anak-anak dan ibu-ibu yang masih hidup di RS Darurat di Rabi’a Adawiyah dibakar hidup-hidup. Mereka tidak dapat keluar karena pintu-pintunya dikunci.
“Sebagian masih bisa diselamatkan dari pembakaran, namun kebingungan mencari tempat berlindung karena setiap ruas jalan sudah dijaga ketat oleh aparat,” tandasnya.
[Pz/Islampos]
Wallahu A‘lam.
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com