Tarqiyah : Deputi PM Turki, Bekir Bozdag menuturkan dalam Konferensi Pers di Ankara:
"Ada banyak negara MONARKI di sekitar Mesir. Rakyat yang hidup dibawah kekuasaan monarki akan berkata, "Lihat, apa yang terjadi, mereka sukses menggulingkan DIKTATOR. Mengapa tidak terjadi disini?" Maka, jelas penguasa monarki akan terganggu dengan PERUBAHAN Mesir menuju demokrasi, HAM dan kehendak rakyak. Hanya orang buta yang tidak bisa melihat sebab musabab ini. Ini hal yang jelas dan terang benderang.
"Dalam sistem demokrasi, KEKUASAAN diserahkan kepada rakyat, namun saat anda melihatnya, maka mereka (para raja Arab) yang memberi kuasa kepada Sisi akan minta imbalannya. Oleh karena itu, jika para RAJA mengontrol Sisi, maka setiap PERLAWANAN kepadanya (sang Jenderal biadab) akan dicap "PERUSUH, TERORIS yang layak dibunuh. Apa saja para raja itu inginkan PASTI dilaksanakan tanpa HARUS KOTOR TANGANNYA (karena darah rakyat Mesir)."
Sesaat Muhammad Mursi dilantik, kepala kepolisian Dubai, Dahi KhalfanTamim melakukan serangan verbal terburuknya atas Ikhwanul Muslimin. Melalui twitter, Khalfan menyebut Ikhwan sebagai ancaman nasional negara-negara Teluk. Berikutnya, Khalfan melakukan perburuan atas para aktivis Ikhwan di Uni Emirat Arab dan mengancam menangkap Syaikh Yusuf Qaradhawi. Tuduhannya tidak main-main, merencanakan plot kudeta.
Demi memitigasi konflik, Presiden Mursi menolak berkomentar atas penangkapan para aktivis Ikhwan. Sebaliknya, Mursi mengirim delegasi perdamaian ke UEA dan Arab Saudi. Ikhwan sejak lama mengambil sikap pengekangan diri demi menghindari konflik dengan sesama negara Muslim. Namun, monarki Teluk membalasnya dengan menuduh Ikhwanul Muslimin tengah menjalankan politik TAQIYYAH. Mereka tetap kobarkan 'perang satu pihak' (one-side war) atas Ikhwanul Muslimin.
Paranoid atas popularitas Ikhwan dan ancaman bangkitnya poros Kairo-Ankara-Qatar menjadi sebab-musabab kebencian ini. Walhasil, monarki Teluk mengerahkan semua sumber daya menggagalkan pemerintahan Islamis di Kairo dengan dukungan kelompok Tamarood dan militer Mesir.
Para raja Teluk ini sangat khawatir dan cenderung paranoia jika popularitas Ikhwan di Timur Tengah dan faktor Arab Spring menjadi kelindan domino effect yang pada akhirnya menggoyang kekuasaan monarki mereka. Ikhwan kokoh di hampir seluruh negara Arab. Mulai dari Sudan, Yaman, Suriah hingga Yordania. Di dalam negeri, Arab Saudi, UEA, Kuwait menyaksikan kuatnya elemen-lemen (pemikiran) Ikhwan. Salman al Audah dan Aid al Qarni, para ulama progresif muda Saudi, yang memilliki follower twitter jutaan ini misalnya berulang kali menyerukan transparansi dan keterwakilan atas kerajaan Saudi. Mereka ini dalam pandangan kekuasaan monarki berpotensi menjadi kekuatan disiden di dalam negeri. Setali tiga uang, di Kuwait, Dr. Tareq Suwaidan yang baru saja dipecat Talal al Waleed karena afiliasinya atas Ikhwan, menjadi tokoh populer di Timur Tengah karena pesan-pesan motivasionalnya. Jutaan penduduk Arab selalu menanti nasehat-nasehat emasnya dalam kehidupan. Di Dubai, aparat keamanan menangkap puluhan aktivis dan membekukan aktivitas yayasan "Qur'anul Karim".
Dalam prediksi mereka, sekali lagi karena didorong sikap paranoia, monarki Teluk sangat khawatir jika solidaritas Turki, Mesir dan Qatar berubah menjadi aliansi kepentingan yang sempurna. Gigantisme militer Turki, sumber dana besar Qatar dan SDM berkualitas Mesir DIPERSESPSIKAN sebagai ancaman eksistensial kekuasaan mereka mereka. Alih-alih, mendukung kebangkitan Islam dan pergeseran GEOPOLITIK dunia ke kawasan Islam. Negara-negara monarki Teluk ini lebih memilh SISI SEJARAH YANG SALAH, dengan mendukung STATUS QUO, sekalipun merendahkan martabat Arab dan dunia Islam.
Monarki Teluk lebih memilih berada dibalik aliansi liberal, kiri dan nasionalis yang tidak populer di dunia Islam demi menjatuhkan Mursi, memusnahkan Ikhwan dan menahan laju kebangkitan Islam lewat tangan militer. Untuk itu, mereka bersedia tutup mata jika kemudian harus berada di satu barisan dengan ZIONIS ISRAEL dan negara-negara yang terancam dengan kebangkitan Islam.
Wallahu a'lam bis shawwab
Ahmad Dzakirin
Wallahu A‘lam.
"Ada banyak negara MONARKI di sekitar Mesir. Rakyat yang hidup dibawah kekuasaan monarki akan berkata, "Lihat, apa yang terjadi, mereka sukses menggulingkan DIKTATOR. Mengapa tidak terjadi disini?" Maka, jelas penguasa monarki akan terganggu dengan PERUBAHAN Mesir menuju demokrasi, HAM dan kehendak rakyak. Hanya orang buta yang tidak bisa melihat sebab musabab ini. Ini hal yang jelas dan terang benderang.
"Dalam sistem demokrasi, KEKUASAAN diserahkan kepada rakyat, namun saat anda melihatnya, maka mereka (para raja Arab) yang memberi kuasa kepada Sisi akan minta imbalannya. Oleh karena itu, jika para RAJA mengontrol Sisi, maka setiap PERLAWANAN kepadanya (sang Jenderal biadab) akan dicap "PERUSUH, TERORIS yang layak dibunuh. Apa saja para raja itu inginkan PASTI dilaksanakan tanpa HARUS KOTOR TANGANNYA (karena darah rakyat Mesir)."
Sesaat Muhammad Mursi dilantik, kepala kepolisian Dubai, Dahi KhalfanTamim melakukan serangan verbal terburuknya atas Ikhwanul Muslimin. Melalui twitter, Khalfan menyebut Ikhwan sebagai ancaman nasional negara-negara Teluk. Berikutnya, Khalfan melakukan perburuan atas para aktivis Ikhwan di Uni Emirat Arab dan mengancam menangkap Syaikh Yusuf Qaradhawi. Tuduhannya tidak main-main, merencanakan plot kudeta.
Demi memitigasi konflik, Presiden Mursi menolak berkomentar atas penangkapan para aktivis Ikhwan. Sebaliknya, Mursi mengirim delegasi perdamaian ke UEA dan Arab Saudi. Ikhwan sejak lama mengambil sikap pengekangan diri demi menghindari konflik dengan sesama negara Muslim. Namun, monarki Teluk membalasnya dengan menuduh Ikhwanul Muslimin tengah menjalankan politik TAQIYYAH. Mereka tetap kobarkan 'perang satu pihak' (one-side war) atas Ikhwanul Muslimin.
Paranoid atas popularitas Ikhwan dan ancaman bangkitnya poros Kairo-Ankara-Qatar menjadi sebab-musabab kebencian ini. Walhasil, monarki Teluk mengerahkan semua sumber daya menggagalkan pemerintahan Islamis di Kairo dengan dukungan kelompok Tamarood dan militer Mesir.
Para raja Teluk ini sangat khawatir dan cenderung paranoia jika popularitas Ikhwan di Timur Tengah dan faktor Arab Spring menjadi kelindan domino effect yang pada akhirnya menggoyang kekuasaan monarki mereka. Ikhwan kokoh di hampir seluruh negara Arab. Mulai dari Sudan, Yaman, Suriah hingga Yordania. Di dalam negeri, Arab Saudi, UEA, Kuwait menyaksikan kuatnya elemen-lemen (pemikiran) Ikhwan. Salman al Audah dan Aid al Qarni, para ulama progresif muda Saudi, yang memilliki follower twitter jutaan ini misalnya berulang kali menyerukan transparansi dan keterwakilan atas kerajaan Saudi. Mereka ini dalam pandangan kekuasaan monarki berpotensi menjadi kekuatan disiden di dalam negeri. Setali tiga uang, di Kuwait, Dr. Tareq Suwaidan yang baru saja dipecat Talal al Waleed karena afiliasinya atas Ikhwan, menjadi tokoh populer di Timur Tengah karena pesan-pesan motivasionalnya. Jutaan penduduk Arab selalu menanti nasehat-nasehat emasnya dalam kehidupan. Di Dubai, aparat keamanan menangkap puluhan aktivis dan membekukan aktivitas yayasan "Qur'anul Karim".
Dalam prediksi mereka, sekali lagi karena didorong sikap paranoia, monarki Teluk sangat khawatir jika solidaritas Turki, Mesir dan Qatar berubah menjadi aliansi kepentingan yang sempurna. Gigantisme militer Turki, sumber dana besar Qatar dan SDM berkualitas Mesir DIPERSESPSIKAN sebagai ancaman eksistensial kekuasaan mereka mereka. Alih-alih, mendukung kebangkitan Islam dan pergeseran GEOPOLITIK dunia ke kawasan Islam. Negara-negara monarki Teluk ini lebih memilh SISI SEJARAH YANG SALAH, dengan mendukung STATUS QUO, sekalipun merendahkan martabat Arab dan dunia Islam.
Monarki Teluk lebih memilih berada dibalik aliansi liberal, kiri dan nasionalis yang tidak populer di dunia Islam demi menjatuhkan Mursi, memusnahkan Ikhwan dan menahan laju kebangkitan Islam lewat tangan militer. Untuk itu, mereka bersedia tutup mata jika kemudian harus berada di satu barisan dengan ZIONIS ISRAEL dan negara-negara yang terancam dengan kebangkitan Islam.
Wallahu a'lam bis shawwab
Ahmad Dzakirin
Wallahu A‘lam.
Orang banyak mengfitnah IM..
BalasHapusPosting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com