Tarqiyah :Gegap gempita perayaan kudeta oleh kelompok pemberontak 'Tamarrud' riuh di Medan Tahrir pada Rabu malam (3/7) setelah pengumuman Dewan Militer tentang penurunan presiden Mursi dari jabatannya sehingga ia tidak bisa mengambil kebijakan politik apapun.
Pengumuman tersebut disampaikan oleh pimpinan tinggi militer Abdel Fattah Al Sisi yang direlay beberapa chanel televisi Mesir. Sebelumnya Al Sisi telah memberikan batas waktu kepada semua kekuatan politik untuk berdialog dalam jangka waktu 48 jam. Kalau tidak ada kesepakatan maka militer akan 'mengambil tindakan', seperti yang diumumkannya 2 hari yang lalu (1/7).
Sebelumnya Mursi beserta lembaga kepresidenan juga telah mengajak pihak oposisi untuk dialog terkait konflik yang sedang melanda Mesir. Namun pihak oposisi menolak tawaran tersebut dan tetap 'ngotot' meminta Mursi lengser dari jabatannya sebagai presiden. Hanya satu pilihan, 'Mursi lengser.' Bahkan Mursi telah menawarkan amandemen undang-undang dasar dan memberikan tawaran koalisi untuk mereka. Namun tawaran itu seakan bertepuk sebelah tangan.
Mursi lengser, oposisi pesta-pora. Suara petasan dan yel-yel kemenangan di Medan Tahrir saling bersahutan. Oposisi mengespresikan kebahagiaannya walau belum ada jaminan kebahagiaan itu akan berlanjut. Mereka akan berurusan dengan militer dan masa depan Mesir yang tidak pasti.. Dengan pelengseran Mursi dari jabatannya berarti Mesir mundur kembali, mengulang sejarahnya yang belum tentu mulus seperti yang mereka bayangkan.
Kudeta Militer terhadap Mursi tidak sesuai dengan undang-undang negara demokrasi. Bahkan satu hal yang masih terasa janggal, Mursi tidak diundang pada waktu rapat yang diadakan Dewan Militer untuk membahas jalan keluar konflik yang sedang terjadi sebelum kudeta diumumkan. Ia hanya dikonfirmasi militer bahwa ia telah dimakzulkan.
Tokoh-tokoh yang hadir dalam rapat tersebut adalah Ketua Dewan Militer Mesir (Abdel Fattah Al-Sisi), Grand Syaikh Al-Azhar (Prof. DR. Ahmad Thayyib), pimpinan Kristen Koptik (Paus Thawrous), Perwakilan oposisi (Muhamad El Baradei), perwakilan Partai An-Nur dan beberapa pejabat negara. Bahkan tidak satupun beserta yang berasal dari partai Hurriyyah wal'Adalah (FJP), padahal ia adalah partai pemenang pemilu.
Beberapa saat setelah pengumuman kudeta, Mursi menyampaikan pesan-pesannya kepada rakyat Mesir yang diunggah lewat youtube. Hal tersebut disebabkan karena chanel-chanel yang berpihak kepada Mursi ditutup pasca pengumuman kudeta. (jasriw)
Wallahu A‘lam.
Pengumuman tersebut disampaikan oleh pimpinan tinggi militer Abdel Fattah Al Sisi yang direlay beberapa chanel televisi Mesir. Sebelumnya Al Sisi telah memberikan batas waktu kepada semua kekuatan politik untuk berdialog dalam jangka waktu 48 jam. Kalau tidak ada kesepakatan maka militer akan 'mengambil tindakan', seperti yang diumumkannya 2 hari yang lalu (1/7).
Sebelumnya Mursi beserta lembaga kepresidenan juga telah mengajak pihak oposisi untuk dialog terkait konflik yang sedang melanda Mesir. Namun pihak oposisi menolak tawaran tersebut dan tetap 'ngotot' meminta Mursi lengser dari jabatannya sebagai presiden. Hanya satu pilihan, 'Mursi lengser.' Bahkan Mursi telah menawarkan amandemen undang-undang dasar dan memberikan tawaran koalisi untuk mereka. Namun tawaran itu seakan bertepuk sebelah tangan.
Mursi lengser, oposisi pesta-pora. Suara petasan dan yel-yel kemenangan di Medan Tahrir saling bersahutan. Oposisi mengespresikan kebahagiaannya walau belum ada jaminan kebahagiaan itu akan berlanjut. Mereka akan berurusan dengan militer dan masa depan Mesir yang tidak pasti.. Dengan pelengseran Mursi dari jabatannya berarti Mesir mundur kembali, mengulang sejarahnya yang belum tentu mulus seperti yang mereka bayangkan.
Kudeta Militer terhadap Mursi tidak sesuai dengan undang-undang negara demokrasi. Bahkan satu hal yang masih terasa janggal, Mursi tidak diundang pada waktu rapat yang diadakan Dewan Militer untuk membahas jalan keluar konflik yang sedang terjadi sebelum kudeta diumumkan. Ia hanya dikonfirmasi militer bahwa ia telah dimakzulkan.
Tokoh-tokoh yang hadir dalam rapat tersebut adalah Ketua Dewan Militer Mesir (Abdel Fattah Al-Sisi), Grand Syaikh Al-Azhar (Prof. DR. Ahmad Thayyib), pimpinan Kristen Koptik (Paus Thawrous), Perwakilan oposisi (Muhamad El Baradei), perwakilan Partai An-Nur dan beberapa pejabat negara. Bahkan tidak satupun beserta yang berasal dari partai Hurriyyah wal'Adalah (FJP), padahal ia adalah partai pemenang pemilu.
Beberapa saat setelah pengumuman kudeta, Mursi menyampaikan pesan-pesannya kepada rakyat Mesir yang diunggah lewat youtube. Hal tersebut disebabkan karena chanel-chanel yang berpihak kepada Mursi ditutup pasca pengumuman kudeta. (jasriw)
Wallahu A‘lam.
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com