Namanya Gatot Pujo Nugroho. Pria asal Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini mendadak populer belakangan ini, tepatnya 3 pekan terakhir menjelang Pemilihan Gubernur Sumatera Utara. Ya, Gatot Pujo Nugroho yang sebelumnya menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara ini mendadak populer karena pencalonannya kembali bersama Tengku Erry Nuradi (Bupati Serdang bedagai) bertarung dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara untuk periode 2013 – 2018.
Mengusung jargon ganteng (Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry), pasangan yang diusung oleh PKS, Hanura, dan Partai Patriot ini pada akhirnya berhasil memperoleh suara terbanyak versi Quick Count, dengan perolehan suara 33%. Perolehan tersebut jauh diatas pasangan Effendi Simbolon-Djumiran Abdi yang hanya mendapatkan suara sekitar 26%.
Walaupun belum ada keputusan resmi dari Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Sumatera Utara, namun demikian bisa dipastikan bahwa Gatot dan pasangannya, Tengku Erry berhasil terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara untuk periode 5 tahun mendatang. Prediksi banyak kalangan yang menempatkan pasangan ganteng ini menjadi kampiun di gelaran Pesta Demokrasi Sumut pada akhirnya menjadi kenyataan. Dan saya ucapkan selamat kepada Pak Gatot dan Tengku Erry, segenap kader dan simpatisan PKS dan partai Koalisi, serta segenap masyarakat Sumatera Utara yang telah menyelesaikan Pilgub dengan aman, tertib, dan lancar.
Terus terang saya tertarik membincangkan sosok Gatot Pujo Nugroho. Dibalik kemenangannya bersama Tengku Erry, Bagi saya Gatot menyimpan potensi besar sebagai pemimpin masa depan Indonesia. tentu analisa yang pertama adalah terkait usianya yang masih muda, yakni berusia 50 tahun, sehingga hal ini memiliki hubungan dengan usia politik yang masih lama. Karena kalau kita cermati, para pemimpin nasional kita saat ini berusia diatas 58 tahun, sehingga secara karir politik, hal itu tidak bisa dikatakan lama lagi. Sementara masyarakat Indonesia memerlukan sosok energik untuk membawa Indonesia berlari mengejar keterpurukan di dunia internasional.
Dari analisa tersebut, wajar kalau saya kategorikan bahwa Gatot adalah asset pemimpin nasional masa depan, yang kelak bisa diandalkan untuk membawa Indonesia kembali ke puncak kejayaannya. Usia yang masih muda ini akan memperpanjang usia politik seorang Gatot, karena itu selama masa lima sampai sepuluh tahun, Gatot bisa melakukan latihan mengelola negara di wilayah yang lingkup lebih kecil. Yaitu Sumatera Utara. Hal ini bisa juga dikatakan sebagai ladang aplikasi dari konsep kepemimpinan yang dibawa oleh seorang Gatot, baik saat dirinya belajar metode kepemimpinan di Partai Keadilan Sejahtera (PKS), maupun dalam kapasitas personalnya sebagai seorang intelektual muda, dalam hal ini kapasitasnya sebagai insinyur.
Pemimpin bermental negarawan
Profil seorang Gatot Pujo Nugroho saya kira cocok ketika diidentikkan dengan pemimpin ideal masa depan indonesia. hal itu bukan tanpa alasan, mengingat beberapa karakteristik dalam diri mantan calon Anggota Militer ini diidentifikasi sebagai sosok yang berjiwa sederhana, santun, dan yang paling penting adalah jiwa patriotisme dan negarawan yang ada dalam dirinya.
Beberapa karakteristik itu terlihat dalam dua pekan terakhir saat gelara Pilkada Sumatera Utara digelar. Dari semenjak kejadian batalnya pelantikan Gatot Pujo Nugroho menjadi Gubernur Definitif Sumatera Utara, sampai dengan terpilihnya Gatot menjadi pemenang dalam gelaran Pilgub yang baru usai kamis (7/3) kemarin, semuanya menunjukkan sikap dan mentalitas negarawan, yang dewasa ini mulai sulit didapatkan dari para pemimpin kita.
Beberapa waktu lalu kita masih ingat bahwa Gatot yang sampai sekarang masih menjabat sebagai Plt. Gubernur Sumatera Utara, rencananya akan dilantik di Jakarta. Dan seperti kita ketahui, pelantikan itu gagal tanpa alasan yang jelas, dan diindikasi faktor politis berada dibalik gagalnya pelantikan Gatot di Jakarta. Padahal waktu itu, Gatot sudah memilih berkorban untuk ke Jakarta dan tidak menghadiri kampanye di Medan, namun apa daya setelah tidak jadi dilantik, Gatot pun kembali ke Medan. Hal ini ternyata justru menuai simpati berbagai pihak, sehingga dari kejadian ini, Gatot menjadi pihak yang terdzalimi. Dan belakangan, analis politik menyampaikan bahwa ini justru menjadi faktor penguat kemenangan Gatot di Pilgub Sumut.
Fakta selanjutnya adalah terjadi saat Debat Kandidat yang disiarkan secara langsung oleh Stasiun Metro TV, Ahad (3/3) kemarin. Disini Gatot benar – benar menunjukkan sikap kedewasaannya dalam berdemokrasi, yang mencirikan sikap dan mentalitas negarawan. Hal itu terlihat saat para rivalnya sibuk mencari celah dengan menyerang Gatot, baik dengan isu sapi yang terus digulirkan oleh para rival, maupun tuduhan kebohongan oleh salah satu calon, yakni Fadly Nurzal kepada Gatot terkait data. Dengan penuh emosi Fadly menyampaikan bahwa data jalan yang rusak di Sumatera Utara tidak benar dan penuh kebohongan. Begitu pula saat Effendi Simbolon menyerang Gatot dengan isu daging sapi yang mahal.
Yang dilakukan Gatot sungguh diluar dugaan, bukannya balik menyerang, justru Gatot menghampiri Fadly lantas memeluknya. Dan dengan penuh kewibawaan, dia jawa semua pertanyaan yang bernada offensiv tersebut dengan program yang nyata, tanpa balik menyerang. Dan dengan senyum khas pemimpin. Dari sini lagi – lagi Gatot berhasil mengalahkan lawan – lawan politiknya. Mengalahkan tanpa harus membunuh atau meminjam istilah Jawa adalah menang tanpo ngasorake.
Yang terbaru, dan masih mudah diingat, saya kira aksi heroik Gatot Pujo Nugroho, sang Gubernur terpilih Sumatera Utara ini ketika semua lembaga survei memperlihatkan bahwa dirinya berhasil memenangkan Pilkada Sumatera Utara periode 2013 – 2018. Dalam konpersnya, Gatot dengan bahasa yang berwibawa, khas negarawan, ia lontarkan bahwa ini adalah kemenangan bersama, kemenangan rakyat Sumatera Utara, termasuk juga kemenangan bagi calon – calon yang lainnya. Yang akan dilakukannya setelah ini adalah terus berkarya, dengan melakukan konsolidasi – konsolidasi, baik kepada masyarakat, maupun kepada para calon yang bertarung di Pilkada. Lagi – lagi gatot berhasil memikat hati masyarakat Indonesia. Dan sekali lagi, inilah profil sang pemimpin masa depan Indonesia.
Rahasia kemenangan Gatot
Selain faktor team sukses yang solid dan mesin politik yang terus bekerja tanpa kenal lelah, dan juga kapasitas internal Gatot Pujo Nugroho yang memang memiliki aura pemimpin, kemenangan Gatot juga ditentukan oleh faktor X. Dan Faktor x tersebut sudah diketahui oleh Gatot dan segenap kader PKS, ya, faktor langit turut menjadi penentu kemenangan Gatot di Pilgubsu. Seperti diketahui, sebelum pencoblosan, Gatot melakukan puasa senin –kamis, dan juga tidak lupa untuk melakukan sholat Dhuha, agar diberikan keberkahan dalam setiap aktivitasnya. Saya kira ini adalah faktor penentu dari kemenangan Gatot. Selain itu pula doa dari para kader PKS di seluruh penjuru tanah air menjadi faktor X lainnya yang turut menjad penentu kemenangan Gatot. Faktor yang mungkin saja tidak dimiliki oleh calon lainnya.
Dari semua uraian diatas, sudah kita ketahui bersama kesimpulannya bahwa Gatot Pujo Nugroho, sang Gubernur Sumatera Utara ini adalah asset bangsa yang memiliki semua karakter dan sikap serta sifat kepemimpinan. Karakter kepemimpinan yang bisa saya pahami, adalah memiliki kapasitas intelektual, jelas ini sudah dimiliki Gatot sejak dia belajar di bangku kuliah. Spesialisasinya adalah insinyur, dan bahkan dia sempat menjadi Dosen di salah satu perguruan tinggi di Sumatera Utara. Yang kedua adalah kapasitas ketaqwaan, dalam hal ini, kita sangat yakin, Gatot memiliki kapasitas ini. Selain lingkungannya sudah membiasakan dirinya selalu memiliki hubungan yang erat dengan langit, juga profil dirinya yang memang seorang ustadz, jadi saya kira hal ini tidak diragukan lagi.
Yang ketiga adalah kapasitas jaringan. Sosok Gatot yang seorang petahana, dan sosok organisatoris sejak muda membuatnya memiliki begitu banyak jaringan, dan tentu hal ini sangat berguna bagi kesuksesan pembangunan di Sumatera Utara.
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com