Perdana Menteri Palestina yang berada di Jalur Gaza, Ismail Haniya, mengatakan Indonesia cukup terkenal bagi rakyat Palestina.
"Indonesia secara geografis memang jauh, tapi dekat di hati bangsa Palestina," kata PM Haniya saat menerima rombongan DPR-RI disertai sejumlah wartawan dan pegiat bantuan kemanusiaan Indonesia untuk Gaza, Kamis petang.
Rombongan Indonesia yang dipimpin Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq itu beranggotakan 49 orang terdiri atas tujuh anggota Komisi I DPR, 10 wartawan, selebihnya pegiat kemanusiaan, di samping beberapa staf KBRI Kairo dan KBRI Amman, Yordania.
Dalam kesempatan itu, Haniya menjelaskan tentang agresi militer baru-baru ini yang digambarkannya sebagai "paling menyakitkan".
Kendati agresi itu sangat menyakitkan, namun kami merasa tidak sendiri karena Palestina didukung oleh dunia internasional termasuk Indonesia, tuturnya.
"Kami menonton televisi, dan kami menyaksikan banyak orang Indonesia turun ke jalan berunjuk rasa mendukung Palestina dan mengutuk musuh kami," kata Haniya.
"Palestina menghargai pendukung yang turun ke jalan, dan kami juga berterima kasih kepada mereka yang tetap di rumah tapi mendoakan keberhasilan perjuangan kami menuntut kemerdekaan," paparnya.
Usai pertemuan dengan PM Haniya, sebuah puisi dari korban tsunami Aceh dibacakan untuk rasa solidaritas bagi warga Gaza, dan disambut tepuk tangan oleh PM Haniya dan hadirin.
Sementara itu, Mahfudz menjelaskan, pihaknya sengaja membawa rombongan cukup besar itu untuk menunjukkan bahwa Indonesia bersimpati kepada rakyat Palestina.
"Misi utama kami hadir di Gaza ini, selain untuk menyampaikan dukungan politik, juga menyerahkan bantuan kemanusiaan berupa obat-obatan dan uang tunai berkisar satu juta dolar AS," kata Mahfudz.
Masalah Palestina, katanya, bukan Palestina sendiri, tapi itu juga merupakan masalah Arab dan dunia Islam dengan keberadaan Masjidil Aqsa. "Kami memelihara warisan Islam, yakni Masjid Aqsa warisan itu milik dunia Islam," katanya.
Sebelumnya, rombongan diterima Wakil Ketua Parlemen Palestina Ahmad Bahar dan jajarannya di gedung parlemen dan jamuan makan siang.
Bahar menegaskan rakyat Palestina senantiasa tetap tegar kendati sering digempur Israel.
"Kami selalu tegar dan kemenangan tetap berada di tangan Palestina," katanya.
Bahar mengisahkan bahwa gedung parlemen itu awalnya empat lantai, namum kini hanya tinggal satu lantai akibat dihantam bom Israel.
Jamuan makan siang untuk rombongan Indonesia diadakan di tenda emperan depan gedung parlemen.
Di sisi lain, Ketua Umum Komite Nasional Untuk Rakyat Palestina, Suripto, dalam pertemuan di parlemen tersebut menjelaskan, pihaknya berhasil mengumpulkan dana dari masyarakat sebesar satu juta dolar AS atau sekitar Rp 9,5 miliar.
Suripto menjelaskan, para penyumbang itu kebanyakan warga pas-pasan. "Ada seorang ibu menjual perhiasan pribadinya untuk menyumbangkan kepada Gaza," tutur Suripto.
Masyarakat Gaza menyambut hangat rombongan Indonesia dengan melambaikan tangan dan mengacungkan dua jari bentuk victoria kepada bus rombongan yang melewati mereka di sepanjang jalan.[ant/rep/mn]
"Indonesia secara geografis memang jauh, tapi dekat di hati bangsa Palestina," kata PM Haniya saat menerima rombongan DPR-RI disertai sejumlah wartawan dan pegiat bantuan kemanusiaan Indonesia untuk Gaza, Kamis petang.
Rombongan Indonesia yang dipimpin Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq itu beranggotakan 49 orang terdiri atas tujuh anggota Komisi I DPR, 10 wartawan, selebihnya pegiat kemanusiaan, di samping beberapa staf KBRI Kairo dan KBRI Amman, Yordania.
Dalam kesempatan itu, Haniya menjelaskan tentang agresi militer baru-baru ini yang digambarkannya sebagai "paling menyakitkan".
Kendati agresi itu sangat menyakitkan, namun kami merasa tidak sendiri karena Palestina didukung oleh dunia internasional termasuk Indonesia, tuturnya.
"Kami menonton televisi, dan kami menyaksikan banyak orang Indonesia turun ke jalan berunjuk rasa mendukung Palestina dan mengutuk musuh kami," kata Haniya.
"Palestina menghargai pendukung yang turun ke jalan, dan kami juga berterima kasih kepada mereka yang tetap di rumah tapi mendoakan keberhasilan perjuangan kami menuntut kemerdekaan," paparnya.
Usai pertemuan dengan PM Haniya, sebuah puisi dari korban tsunami Aceh dibacakan untuk rasa solidaritas bagi warga Gaza, dan disambut tepuk tangan oleh PM Haniya dan hadirin.
Sementara itu, Mahfudz menjelaskan, pihaknya sengaja membawa rombongan cukup besar itu untuk menunjukkan bahwa Indonesia bersimpati kepada rakyat Palestina.
"Misi utama kami hadir di Gaza ini, selain untuk menyampaikan dukungan politik, juga menyerahkan bantuan kemanusiaan berupa obat-obatan dan uang tunai berkisar satu juta dolar AS," kata Mahfudz.
Masalah Palestina, katanya, bukan Palestina sendiri, tapi itu juga merupakan masalah Arab dan dunia Islam dengan keberadaan Masjidil Aqsa. "Kami memelihara warisan Islam, yakni Masjid Aqsa warisan itu milik dunia Islam," katanya.
Sebelumnya, rombongan diterima Wakil Ketua Parlemen Palestina Ahmad Bahar dan jajarannya di gedung parlemen dan jamuan makan siang.
Bahar menegaskan rakyat Palestina senantiasa tetap tegar kendati sering digempur Israel.
"Kami selalu tegar dan kemenangan tetap berada di tangan Palestina," katanya.
Bahar mengisahkan bahwa gedung parlemen itu awalnya empat lantai, namum kini hanya tinggal satu lantai akibat dihantam bom Israel.
Jamuan makan siang untuk rombongan Indonesia diadakan di tenda emperan depan gedung parlemen.
Di sisi lain, Ketua Umum Komite Nasional Untuk Rakyat Palestina, Suripto, dalam pertemuan di parlemen tersebut menjelaskan, pihaknya berhasil mengumpulkan dana dari masyarakat sebesar satu juta dolar AS atau sekitar Rp 9,5 miliar.
Suripto menjelaskan, para penyumbang itu kebanyakan warga pas-pasan. "Ada seorang ibu menjual perhiasan pribadinya untuk menyumbangkan kepada Gaza," tutur Suripto.
Masyarakat Gaza menyambut hangat rombongan Indonesia dengan melambaikan tangan dan mengacungkan dua jari bentuk victoria kepada bus rombongan yang melewati mereka di sepanjang jalan.[ant/rep/mn]
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com