Risalah dari Prof. DR. Muhammad Badi’, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, 15 Rabiul Akhir 1433/09 Maret 2012
Segala puji hanya milik Allah, Shalawat dan salam atas Rasulullah
saw, beserta keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang
berjalan diatas hidayahnya dan mengikuti jalannya hingga hari
pembalasan.. selanjutnya:
Sudah menjadi rahasia umum dan perkara yang sangat jelas di penjuru
dunia; Barat dan Timur, bahwa manusia meskipun memiliki ilmu tidak akan
mampu bertahan hidup tanpa agama yang bersambung kepada Allah,
memberikan frame jalan kehidupannya; sehingga dapat meraih kehidupan
sejahtera di dunia, dan selamat dari kesengsaraan di akhiratnya; karena
ia merupakan kaidah yang paling kokoh untuk memberikan kebaikan di dunia
dan istiqamah pada jalannya, perkara yagn banyak memberikan manfaat
dari sisi keter-aturannya dan kebersihannya, karena agama adalah fitrah
bagi manusia
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ
حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ
لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ
لا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan
Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”. (Ar-Ruum:30)
Bahwa agama adalah rahasia kehidupan, inti kehidupan, hilangnya agama
berarti hilang jiwa -karena tidak ada dunia bagi siapa yang hidup tidak
beragama- jatuh pada kehinaan, terperosok dalam kegelapan diatas
kegelapan, dan barangsiapa yang tidak beroleh cahaya dari Allah maka
baginya tidak akan meraih cahaya tersebut.
Karena itulah, para pelaku kebaikan sepakat; perlunya kembali kepada
agama untuk kehidupan; sehingga manusia mendapatkan bashirah dari segala
urusannya, keluar dari kebingungan, mendapatkan nikmatnya ketentraman
dan kestabilan hidup.
Sehatnya tubuh akan dapat memberikan manfaat, sehingga ia memiliki kebenaran dalam agama dan akhlaknya
Peradaban Senantiasa Ada dan Hidup
Bahwa peradaban adalah tubuh dan ruh seperti layaknya manusia,
tubuhnya terdapat pada prestasi materi dari berbagai pembangunan,
industri dan perkakasnya, seluruh perkara yang memberikan tentang
kesejahteraan hidup dan kenikmatan hidup di dunia dan perhiasannya,
adapun ruhnya adalah kumpulan dari aqidah, konsep, nilai-nilai dan etika
yang menyatu dalam perilaku individu dan kelompok dan hubungan mereka
dengan yang lainnya, serta orientasi mereka terhadap agama dan
kehidupan, dunia dan manusia, individu dan kelompok.
Sejak abad yang lalu telah berdiri berbagai peradaban materi yang
tidak memiliki ruh sehingga menyengsarakan manusia, menderita dengan
berbagai kegelisahan dan kegamangangan dari berbagai sisi, telah berlalu
berbagai kehancuran dan kematian di berbagai tempat, kehancuran tanaman
dan keturunan, kegagalan dan kematian dari sejak awalnya, bahkan banyak
negara-negara yang runtuh dibawah bimbingannya, dan kita pasti yakin
bahwa kehancuran dan keruntuhan peradaban materi yang dibangun tidak
berdasarkan agama (aqidah dan akhlak) bahkan tidak cukup dengan itu
saja, justru memeranginya, aktif melakukan pemangkasan dan pembatasan di
pusat-pusat peribadatan.. bahkan menolak adanya masjid dan
tempat-tempat ibadah
Sebagaimana pada abad kita saat ini telah mengalami kemajuan materi
dan ilmu, tumbuh berbagai aspek materi sehingga mampu mencapai ke bulan,
melintasi bola dunia dalam waktu yang singkat, umat manusia mampu
mendapatkan kemudahan dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan
mereka, mengikuti syahwat dan meletakkan dihadapannya berbagai sarana
kemegahan dan kenikmatan.
Ilmu telah mengalami kemajuan, kesenian, pemikiran, harta berlimpah,
dunia begitu gemerlap, sehingga duniapun penuh dengan hiasan dan
pernik-pernik keindahan, dan manusia begitu terbuai dengan keindahan dan
kenikmatannya; namun apakah mereka merasakan kebahagiaan? apakah mereka
benar-benar mendapatkan ketentraman atau ketenangan pada jiwa-jiwa
mereka?
Kenapa harus menyelesaikan kesengsaraan di dunia ini?
Realita sekarang berbicara bahwa tidak ada kebahagiaan dan ketenangan
yang telah terwujudkan; karena peradaban materi telah memberikan tubuh
manusia bentuk kenyamanan, namun tidak memberikan kenyamanan pada jiwa,
memberikan kesejahteraan pada sisi materi namun tidak memberikan
ketenangan pada sisi ruhani, memberikan berbagai macam sarana dan
prasarana, namun tidak memberikan maksud dan tujuannya; sehingga hidup
penuh kamuflase, namun tidak memiliki arah.
Sebagaimana kemajuan ilmu tentang materi memberikan bekal kepada
manusia memiliki peralatan dan senjata, menjadikannya sebagai kekuatan
dan kekuasaan yang dapat mendorongnya melakukan kezhaliman dan
penindasan, penjajahan dan penguasaan atas kepemilikan orang lain,
menekan kehendak atas orang lain, melarang orang menjadi pengelola atas
bumi miliknya sendiri, atau kemerdekaan dalam memutuskan kehendak, dan
yang terjadi di Amerika merupakan bukti yang sangat jelas.. bukti yang
sangat gamblang yang tidak perlu kita jelaskan dan rincikan lagi.
Dan diantara hambatan terbesar kebangkitan suatu umat adalah karena
mereka menjadi mangsa yang menarik internasional seperti yang dilakukan
oleh negara besar; untuk mencapai tujuan kolonial mereka, dan mungkin
apa yang kita saksikan dunia di masa Perang Dingin antara Timur dan
Barat yang telah menghabiskan miliaran dolar untuk persenjataan dan
mempersenjatai musuh, dan apa yang kita saksikan sekarang merupakan
salah satu dimensi yang menegaskan akan gentingnya kondisi tersebut;
bahwa negara-negara besar berusaha untuk kepentingan mereka saja, dan
tidak mementingkan bangsa-bangsa dan sumber daya mereka; karena mereka
berhadapan dengan prinsip kepentingan kita sejak awal hingga akhir,
bahkan walaupun harus ditempuh dengan sungai darah, atau gunung-gunung
mayat.
Boleh jadi apa yang kita lihat sekarang ini merupakan salah satu dari
kekuatan internasional, dan pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia),
penistaan dan pelanggaran dalam menggunakan hukum internasional untuk
mengeluarkan keputusan dan hukum yang melayani negara-negara besar, dan
penggunaan berlebihan “hak veto” di Dewan Keamanan; untuk melindungi
kepentingan mereka dan kepentingan pengikutnya menegaskan hal tersebut;
karena itu jalan menuju kebangkitan yang hakiki adalah dengan kita harus
melepaskan diri dari pembatasan polarisasi ini, menghilangkan diri
ketergantungan dengan negara apapun, dan tunduk pada rakyat dan
mengandalkan kekuatan dan sumber dayanya, tidak bergantung terlalu
banyak pada kekuatan eksternal untuk bangunan kebangkitan .. karena
tidak mampu membangun sebuah kebangkitan umat kecuali dengan saling
bergandengan, ada pencerahan, usaha dan keringat anak bangsa itu
sendiri.. adapun yang mengandalkan orang lain, maka ia tertipu dalam
fatamorgana dan ilusi besar yang tidak mampu kembali kecuali menderita
kerugian dan penyesalan.
Pilar-pilar peradaban Islam
(1) Rabbaniyah: Bahwa asas yang meliputi ajaran
Islam adalah mengenalkan manusia pada Tuhan mereka, menyandarkan diri
pada limpahan hubungan spiritual yang mulia, melampaui diri dari
kekakuan materi yang buta dan keingkarannya menuju kebersihan insani
pada akhlak yang mulia dan indah
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”. (Al-Baqarah:21)
Dan sebenarnya ini adalah kunci pertama untuk memecahkan masalah
kemanusiaan yang dikungkung oleh kejumudan dan materi di wajah semua
manusia, tetapi mereka tidak bisa menemukan jalan solusinya, dan tanpa
kunci ini tidak akan memberikan solusi dan mewujudkan reformasi.
(2) Ukhuwah Islamiyah: Bahwa Islam adalah risalah
universal yang datang untuk kebaikan bangsa dan umat semuanya, tidak ada
perbedaan antara Arab atau Ajami, Timur atau Barat:
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا
“Maha suci Allah yang telah
menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi
pemberi peringatan kepada seluruh alam”. (Al-Furqan:1)
Oleh karena itu, Islam menyerukan penghapusan perbedaan kebangsaan
dan rasisme, dan memproklamirkan persaudaraan manusia, dan menaikkan
bendera Dunia untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ
الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah
kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari
padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (An-Nisa:1)
Nabi saw bersabda:
إن الله قد أذهب عنكم عبية
الجاهلية، وتعظمها بالآباء والأجداد، الناس لآدم وآدم من تراب، لا فضل
لعربي على عجمي ولا لأسود على أحمر إلا بالتقوى
“Sesungguhnya Allah menghilangkan
kekerdilan jahiliyah, kebanggaan dan mengagungkan nenek moyang, bahwa
manusia seluruhnya dari nabi Adam dan Adam berasal dari tanah, tidak ada
yang utama bagi orang arab atas ajam dan bagi warna kulit hitam atas
warna coklak kecuali taqwa”.
Para pemimpin dunia telah memberi kabar
gembira sisi kemanusiaan secara global, dan meneriakkan di dunia bahwa
satu-satunya kebahagiaan yang mendominasi ketentraman, keadilan,
kebebasan dan keharmonisan, apakah mereka telah mencapai sesuatu dari
itu semua? .. Apakah PBB mampu menyelesaikan hak warga negara dari satu
negara di Afrika Selatan, atau membawa Amerika untuk meninggalkan
diskriminasi rasial yang penuh kebencian? tidak ada satupun dari semua
ini, dan semua ini tidak akan terwujud kecuali kebersihan diri melalui
tetesan wahyu yang murni dan suci, dan mereguk air dari iman yang murni,
dan ketulusan Islam sebagai agama persaudaraan dan persatuan,
kemanusiaan dan perdamaian.
(3) Keadilan yang Menyeluruh: Keadilan adalah dasar
dari aturan yang sangat vital dan utama dari sistem politik dalam Islam,
karena itu mengaplikasikannya adalah niscaya untuk menegakkan kebenaran
dan stabilitas keamanan, menyeru pada kesatuan dan kasih sayang,
membangkitkan ketaatan, dan dengannya memakmurkan, menumbuhkan
pendapatan, dan memperbanyak keturunan, mengamankan posisi kekuasaan.
El-Marzaban pernah berkata kepada Umar pada saat beliau memperhatikannya
tidur dengan alas sederhana:
حكمت فعدلت فأمنت فنمت
“Engkau telah menegakkan hukum secara adil, engkau membuat rasa aman lalu bisa tertidur pulas”.
Dan keadilan dalam peradaban Islam akan selalu ada di tengah anggota
masyarakat, pemerintah dan rakyat, kaya dan miskin, Muslim dan
non-Muslim, bahkan terhadap musuh sekalipun:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ
شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman
hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran)
karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. (Al-Maidah:8)
Sungguh indah ungkapan sastrawan: Sastra itu ada dua bagian: Sastra
hukum dan sastra politik; sastra hukum dalam rangka menunaikan
kewajiban, adapun sastra politik adalah dalam rangka memakmurkan Bumi,
keduanya merujuk pada keadilan menuju stabilitas kekuasaan, dan
kemakmuran negeri-negeri; karena barangsiapa yang meninggalkan
kewajiban maka telah menganiaya dirinya sendiri, dan baransiapa yang
menghancurkan bumi maka telah menganiaya orang lain.
(4) Kesetaraan: Kesetaraan umum adalah syiar Islam
dalam hak dan kewajiban, karena manusia secara keseluruhan adalah
makhluk yang mulia dari semua jenis; ras, warna dan keyakinan mereka:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ
وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ
الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri
mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan”. (Al-Isra:70)
Islam tidak memberikan perbedaan istilah antara pemimpin dan yang
dipimpin, pemilik kedudukan dengan yang tidak memiliki kedudukan.. Abu
Muslim pernah masuk ke rumah mu’awiyah lalu berkata:
“Seluruh makhluk dihadapan Allah adalah
sama, tidak memberikan kelebihan satu ras dengan mengorbankan ras lain,
dan kelas dengan mengorbankan kelas lainnya .. seluruhnya adalah hamba
dan sumber syariatnya adalah satu, tidak berubah seiring dengan waktu
dan perbedaan umat”
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا
وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ
إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا
تَتَفَرَّقُوا فِيهِ
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu
tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang
telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agam dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya”. (As-Syura:13)
(5) Rahmat: Islam adalah agama rahmat dan Nabi Islam dikirim oleh Allah membawa rahmat untuk semesta alam. Allah SWT berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Al-Anbiya:107)
Nabi saw bersabda:
إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ
“Sesungguhnya aku diutus membawa rahmat dan petunjuk”
Sungguh terbuka pintu surga untuk
seorang pria yang memberi anjing yang terengah-engah dan menggigit
tanah karena kehausan, dan membuka pintu-pintu neraka bagi wanita yang
mengurung kucing dan bersikap kasar kepadanya.
Disebut dengan Fustat “Mesir kuno” seperti itu; karena perkemahan Amr
bin Al-Aas saat menaklukkan Mesir membiarkan sarang merpati di atas
mereka untuk tetap hidup, ‘Amr tidak ingin mengusik dan merusaknya,
namun membiarkannya dan mengiringi kemakmuran lingkungan sekitarnya,
maka disebutlah dengan kota Fustat, hal tersebut tidak lain kecuali
karena pengaruh dari rahmat yang ditebarkan oleh Islam di hati-hati
orang beriman.
(6) Syura: Syura merupakan salah satu kaidah
syariat, dan Allah telah memuji dan memberikan apresiasi kepada
orang-orang beriman melalui firman-Nya:
وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ
“Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka”. (As-Syura:38)
Dan memerintahkan kepada Nabi saw;
وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ
“Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu”. (Al-Imran: 159).
Dan Islam saat mendorong dan memotivasi Syura dan memerintahkannya
dengan meletakkan dasar-dasarnya, dan tidak menentang tata cara Syura
dan mekanismenya; karena yang demikian itu bertentangan dengan waktu,
tempat dan kondisi sosial, apa yang cocok menurut Islam bisa jadi tidak
cocok oleh karena meluasnya pertumbuhan, dan juga yang dicapai oleh ilmu
pengetahuan manusia dan peradaban.
Dalam aturan ini umat Islam dapat membentuk dewan perwakilan sebagai
pendamping pemimpin, atau melakukan cara lain untuk memahami pendapat
suatu kelompok, dan dalam kapasitas dan kebebasan ini niscaya akan
memberikan kebaikan, dan kebaikan Islam akan senantiasa cocok dan pas di
setiap waktu dan tempat bagi semua orang.
(7) Stabilitas: Bahwa syariat manusia akan
senantiasa berubah dan berganti… sementara syariat Islam adalah tetap
dan stabil; karena syariat Islam berasal dari Allah dan Dia Maha Tahu
terhadap makhluk-Nya dan yang dapat memberikan kemaslahatan dan
kemudharatan untuk mereka
أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
“Apakah Allah yang menciptakan itu
tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha
Halus lagi Maha Mengetahui?” (Al-Mulk:14)
Sebagaimana bahwa Ilmu Allah luas segala sesuatu, oleh karena itu syariat-Nya adalah sempurna dan paripurna.
Adapun yang dibuat oleh manusia (undang-undang konvensional) adalah
syariat yang senantiasa berubah dan berganti… hal tersebut dikarenakan
berkurangnya ilmu dan dominasi hawa nafsu atasnya; hal tersebut dapat
anda lihat terhadap undang-undang yang dibuat oleh setiap kelompok
(bangsa); memberikan fasilitas kepada anak bangsa, menjadikannya diatas
semua golongan, namun seringkali mengorbankan ribuan bangsa lain demi
mementingkan anak bangsanya, dapat anda lihat apa yang dilakukan oleh
Amerika terhadap warga (bangsa) Afghanistan, yang mereka lakukan
terhadap Iraq, terhadap negara Somalia, terhadap negara Yaman, dan
Palestina yang menjadi permasalahan yang sangat penting dalam membuka
kedok (cela) di tengah permasalahan kemanusiaan, aib dalam sejarah
manusia, meninggalkan kepenatan atas semua pihak yang mendukung atau
memberikan bantuan dalam mendirikan entitas Zionis di negeri Palestina,
mengusir pemukimnya, setelah mereka melakukan pembantaian, penyiksaan,
pemenjaraan dan hingga hari ini mereka terus melakukannya.
(8) keseimbangan antara kepentingan umum dan kepentingan pribadi,
dan dengan menjaga kepentingan umum atas kepentingan individu; Oleh
karena itu, Islam bekerja pada perumusan individu dan kelompok atas
dasar keseimbangan yang detil dan kerjasama yang erat. Allah SWT
berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran”. (Al-Maidah : 2).
(9) Perdamaian: Islam adalah agama damai, Imam
Syahid Hasan Al-Banna -semoga Allah mengasihinya berkata: “Islam adalah
syariat perdamaian, dan agama marhamah (kasih sayang) tanpa ada
keraguan, tidak ada yang menentangnya kecuali orang yang jahil terhadap
hukum-hukumnya, atau benci terhadap sistemnya, atau sombong tidak yakin
dengan bukti yang nyata, tidak mau menerima bukti. Bahwa nama Islam
berasal dari kata As-Salam (damai), dan orang-orang beriman terhadap
agama ini disebut Muslim:
مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ
“(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim “. (Al-Hajj: 78),
dan hakikat agama dan inti Islam adalah penyerahan diri Tuhan semesta alam semata:
وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam”. (Al-An’am:71)
Dan tahiyah (sapaan) orang-orang Islam adalah As-salam (perdamaian),
dan penutupan shalat mereka adalah As-salam (perdamaian) seakan mereka
memulai dihadapan penghuni dunia dari semua aspek dengan as-salam
(perdamaian) setelah mereka berpisah dengan saat-saat penting mereka
tinggalkan dengan bermunajat kepada Allah Raja penjuru alam.”
Wahai umat manusia sekalian
Inilah agama kita, dan inilah iman kita, inilah peradaban kita, dan
inilah beberapa kaidah yang mampu menegakkan keadilan, menebarkan
kesetaraan dan kasih sayang, memberikan jaminan yang berlindung
kepadanya dengan rasa dan tentram diatas aqidahnya, jiwanya, kekayaannya
dan kehormatannya .. dan kami ingin bertanya kepada seluruh manusia:
Bukankah telah tiba saatnya kalian memahami keagungan peradaban Islam
yang membawa kebahagiaan bagi siapa yang hidup dibawah naungannya?
diiringi dengan memelihara aqidah dan syariat bagi para pemilik risalah
samawiyah.
Bukankah telah tiba saatnya bagi siapa yang memiliki akal untuk
menyadari bahwa peradaban kami (Islam) adalah cayaha Allah yang mampu
menyinari hati, sehingga dapat memberikan ketentraman dan kebahagiaan?
Bukankah telah tiba saatnya kalian semua mengetahui dan menyadari
kebenaran yang nyata ini, menerimanya secara total setelah berbagai
usaha untuk menutupinya dan dihalang-halangi oleh berbagai pihak namun
gagal?
Wahai umat Islam ..
Wahai umat manusia seluruhnya…
Peradaban Islam muncul untuk menerangi alam semesta, sehingga
dengannya memberikan manfaat bagi setiap manusia, sebagaimana cahaya
matahari yang selalu bersinar di istana, pondok, pegunungan dan jurang
.. Matahari dan peradaban kita adalah sama yang mana manusia tidak mampu
berdiri hidup tanpa keduanya.
Dan ketahuilah bahwa kematian peradaban materialis, kenyataan yang
pasti akan terjadi tak diragukan lagi, dan munculnya peradaban Islam
tampak jelas di cakrawala, dan matahari Islam sejak menyinari dunia,
tidak akan hilang cahayanya, yang boleh tertutupi oleh sebagian awan,
namun akan segera berlalu dan bersih, sinarnya menembus di jagad dunia,
menghembuskan kehidupan yang real:
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا
فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ
مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا كَذَلِكَ زُيِّنَ
لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُون
“Dan Apakah orang yang sudah mati
kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang
terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah
masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam
gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?
Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang
telah mereka kerjakan”. (Al-An’am:122)
Ya, demikianlah iman yang memancarkan kehidupan yang bahagia dan
ketentraman, menenangkan hati yang gundah, penuh dengan ketenangan dan
mewujudkan keamanan dan keselamatan, .. tampak kabar gembira di
cakrawala, harapan yang lebih banyak, dan mereka berkata: Kapan itu
terjadi? Katakanlah Mungkin segera terwujud, dan yang demikian itu, bagi
Allah Maha Perkasa.
Shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad saw.
Allah Akbar dan segala puji hanya milik Allah.
Cairo, 15 Rabiul Akhir 1433 H/ 8 Maret 2012
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com