Usamah Abdur Rahman
Selama
bertahun-tahun Arab mengajukan prakarsa perdamaian dan dijadikannay
sebagai elternatif strategis satu-satunya. Dalam setiap forum mereka
berusaha mengefektifkannya. Namun prakarsa itu pernah direspon oleh
Israel padahal Arab sudah memberikan normalisasi penuh sebagi konpensasi
menarik diri dari sebagian wilayah yang dijajahnya.
Normalisasi
penuh ini yang diinginkan oleh Israel juga melakukan tekanan dari
Amerika. Namun Israel sebenarnya ingin normalisasi tanpa konpensasi,
dengan mengabaikan undang-undang internasional yang mengharuskan mereka
menarik diri dari wilayah jajahan. Prakarsa itu selama bertahun-tahun
hanya jargon dan bukan tindakan. Tindakan yang adalah kekerasan dan
tindakan permusuhan Israel yang menghancurkan wilayah Palestina dan Arab
serta melanggar hak-hak Palestina dan Arab. Tindakan ini sama saja
dengan perang terhadap perdamaian oleh Israel.
Itulah
hakikat Israel sebagai musuh perdamaian. Hakikat itu tidak bisa
dibantah meski sekali-sekali atau dalam beberapa kesempatan Israel
menunjukkan dirinya mengajak berdamai dan masuk dalam perundingan dengan
Palestina. Meski sudah digelar, buktinya hal itu hanya sekadar
perundingan sia-sia semata. Secara nyata Israel terus membangun
permukiman yahudi dan mencaplok wilayah Palestina.
Israel
sejak berdiri di Palestina, melakukan tindakan permusuhan terus menerus
sebagai sebuah proyek kolonialisme rasisme. Mereka melakukan penyiataan
paksa tanah dan hak. Entitas seperti ini tidak mungkin akan berusaha
mewujudkan perdamaian.
Secara tabiat,
Israel senanti memusui. Ia hanya kenal bahasa kekerasan dan permusuhan.
Tak heran Israel selalu menjadi musuh abadi perdamaian, merampas wilayah
bangsa lain, melanggara hak, karena itu dianggap boleh baginya. Tak
pernah sungkan melanggar hokum internasional.
Selama
bertahun-tahun, Palestina menghabiskan waktu di meja perundingan dengan
Israel, mengorbankan atau melakukan konsesi hak sesuai dengan keinginan
Israel untuk mencari perdamaian yang diinginkannya. Namun semua itu
hanya sia-sia dan membuang waktu. Sementara Israel memetik hasil dengan
mencaplok wilayah sehingga wilayah jajahannya semakin luas di Palestina.
Meski pihak Arab mengancam menarik
prakarsa damai dalam banyak kesempatan, Israel tetap tak bergeming
seujung kuku pun. Israel tak pernah peduli dengan ancaman itu. Sebab
sejak awal memang Israel tak peduli dengan perdamaian. Pada saat Arab
dan Palestina masih memegang kukuh prakarsa perdamaian, Israel masih
terus memerangi perdamaian.
Di tengah
revolusi Arab, prakarsa perdamaian Arab dengan Israel tiba-tiba diam.
Sebagaimana sebelumnya memang sudah terhenti karena Israel terus menerus
melakukan perluasan pemukiman Israel.
Agaknya
revolusi Arab tidak sejalan dengan perdamaian di mata zionis Amerika,
tidak pula sejalan dengan ketergantungan Arab terhadap prakarsa damai.
Agaknya revolusi Arab menyingkap dari prakarsa setelah rezim-rezim resmi
Arab ragu-ragu menyingkap prakarsa damai itu. (Elhaleej Emirat/atb)
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com