I’tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan suci
Ramadhan adalah sunah yang dicontohkan Rasulullah SAW. Untuk mengisi
hari-hari terakhir Ramadhan, Rasulullah SAW memilih untuk beri’tikaf di
masjid. Agar i’tikaf yang kita lakukan berbuah terampuninya dosa-dosa
yang telah dilakukan, maka hendaknya menjaga dan memperhatikan adab-adab
dan sunahnya.
Lalu apa saja tata cara atau yang penting diperhatikan oleh seorang Muslim saat beritikaf? Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitabnya Mausuuatul Aadaab al-lslamiyah, mengungkapkan beberapa adab yang perlu dijaga dan diperhatikan dalam beritikaf. Beberapa adab i’tikaf yang perlu diperhatikan saat akan, sedang, dan mengakhiri i’tikaf itu antara lain:
Pertama, niat yang benar.
Menurut Syekh Sayyid Nada, hendaklah seseorang meniatkan i’tikaf yang dilakukannya pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, semata-mata hanya untuk mengharapkan keridhaan Allah SWT dan menghidupkan sunah Rasulullah SAW.
Kedua, beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.
I’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah sunah yang dicontohkan Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari Aisyah RA: ‘’Bahwasanya Rasulullah SAW selalu beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga Allah SWT mewafatkan beliau. Kemudian, para istri Nabi beritikaf sepeninggal beliau.’’ (HR Bukhari-Muslim). Boleh juga umat Islam beri’tikaf di selain waktu itu, namun yang paling afdal adalah i’tikaf pada bulan Ramadhan.
Ketiga, i’tikaf di Masjid Jami.
Menurut Syekh Sayyid Nada, tidak sah seseorang beri’tikaf di rumahnya. "Bahkan, ia wajib beri’tikaf di masjid sebagaimana dicontohkan Nabi SAW," ujar ulama terkemuka itu. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 187, "... Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid..."
Berdasarkan ayat itu, kata Syekh Sayyid Nada, i’tikaf hanya boleh dilakukan di masjid. Bahkan, hendaknya di masjid jami, sehingga ia tak terpaksa keluar untuk melaksanakan shalat Jumat. Dari Aisyah RA, "Sunah bagi orang yang beritikaf adalah tak menjenguk orang sakit, tak menyaksikan jenazah, tak mendatangi wanita, tak menyetubuhinya, tidak keluar untuk suatu kepentingan kecuali yang memang harus dia lakukan, tak beri’tikaf kecuali puasa, dan tak beri’tikaf kecuali di masjid jami." (HR Abu Dawud).
Lalu apa saja tata cara atau yang penting diperhatikan oleh seorang Muslim saat beritikaf? Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitabnya Mausuuatul Aadaab al-lslamiyah, mengungkapkan beberapa adab yang perlu dijaga dan diperhatikan dalam beritikaf. Beberapa adab i’tikaf yang perlu diperhatikan saat akan, sedang, dan mengakhiri i’tikaf itu antara lain:
Pertama, niat yang benar.
Menurut Syekh Sayyid Nada, hendaklah seseorang meniatkan i’tikaf yang dilakukannya pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, semata-mata hanya untuk mengharapkan keridhaan Allah SWT dan menghidupkan sunah Rasulullah SAW.
Kedua, beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.
I’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah sunah yang dicontohkan Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari Aisyah RA: ‘’Bahwasanya Rasulullah SAW selalu beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga Allah SWT mewafatkan beliau. Kemudian, para istri Nabi beritikaf sepeninggal beliau.’’ (HR Bukhari-Muslim). Boleh juga umat Islam beri’tikaf di selain waktu itu, namun yang paling afdal adalah i’tikaf pada bulan Ramadhan.
Ketiga, i’tikaf di Masjid Jami.
Menurut Syekh Sayyid Nada, tidak sah seseorang beri’tikaf di rumahnya. "Bahkan, ia wajib beri’tikaf di masjid sebagaimana dicontohkan Nabi SAW," ujar ulama terkemuka itu. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 187, "... Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid..."
Berdasarkan ayat itu, kata Syekh Sayyid Nada, i’tikaf hanya boleh dilakukan di masjid. Bahkan, hendaknya di masjid jami, sehingga ia tak terpaksa keluar untuk melaksanakan shalat Jumat. Dari Aisyah RA, "Sunah bagi orang yang beritikaf adalah tak menjenguk orang sakit, tak menyaksikan jenazah, tak mendatangi wanita, tak menyetubuhinya, tidak keluar untuk suatu kepentingan kecuali yang memang harus dia lakukan, tak beri’tikaf kecuali puasa, dan tak beri’tikaf kecuali di masjid jami." (HR Abu Dawud).
REPUBLIKA.CO.ID,
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com