JERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Ahad (24/6),
mengatakan pihaknya menghormati hasil pemilihan umum Mesir. Dia
berharap, kesepakatan perdamaian antara kedua negara akan dihormati.
Setelah mengetahui calon Ikhwanul Muslimin, Mohamed Mursi meraih
kemenangan dalam pemilihan umum demokratis pertama di Mesir, Netanyahu
mengeluarkan satu pernyataan dengan harapan kerja sama yang berlanjut
antarkedua negara.
"Israel sangat mengharapkan kerja sama yang berlanjut dengan pemerintah Mesir dengan dasar kesepakatan perdamaian antara-kedua negara, yang menjadi kepentingan bersama rakyat kedua negara dan memberi sumbangan bagi kestabilan regional," demikian isi pernyataan yang dikeluarkan oleh Kantor Perdana Menteri tak lama setelah hasil pemilu Mesir diumumkan.
"Israel menghargai proses demokratis di Mesir dan menghormati hasil pemilihan presiden," katanya. Namun, anggota lain pemerintah lebih berhati-hati mengenai hasil pemilihan umum tersebut, sebagaimana dilaporkan Xinhua, Senin (25/6).
"Tampaknya kami benar ketika kami mengatakan Arab Spring akan menjadi 'Islamic Winter', sekalipun negara Barat menertawakan kami pada saat itu," kata seorang pejabat Yahudi yang dikutip harian Ha'aretz.
Pemimpin oposisi, Shelly Yachimovich, dari Partai Buruh menyambut baik hasil tersebut. "Kendati ada kerumitan yang mengikutinya, kami harus melakukan dialog dengan siapa pun yang terpilih untuk memimpin Mesir," katanya.
Sejak awal aksi perlawanan di Mesir pada Januari 2011, yang mengakibatkan tergulingnya presiden Husni Mubarak, Israel khawatir setiap komentarnya dapat membahayakan kesepakatan perdamaian yang ditandatangani kedua negara pada 1979. Namun, kendati kesepakatan tersebut masih ada, hubungan antara Israel dan Mesir telah dingin sejak Mubarak terguling. Para pejabat Israel bahkan meramalkan hubungan itu akan lebih dingin kalau Ikhwanul Muslimin terpilih.
"Israel sangat mengharapkan kerja sama yang berlanjut dengan pemerintah Mesir dengan dasar kesepakatan perdamaian antara-kedua negara, yang menjadi kepentingan bersama rakyat kedua negara dan memberi sumbangan bagi kestabilan regional," demikian isi pernyataan yang dikeluarkan oleh Kantor Perdana Menteri tak lama setelah hasil pemilu Mesir diumumkan.
"Israel menghargai proses demokratis di Mesir dan menghormati hasil pemilihan presiden," katanya. Namun, anggota lain pemerintah lebih berhati-hati mengenai hasil pemilihan umum tersebut, sebagaimana dilaporkan Xinhua, Senin (25/6).
"Tampaknya kami benar ketika kami mengatakan Arab Spring akan menjadi 'Islamic Winter', sekalipun negara Barat menertawakan kami pada saat itu," kata seorang pejabat Yahudi yang dikutip harian Ha'aretz.
Pemimpin oposisi, Shelly Yachimovich, dari Partai Buruh menyambut baik hasil tersebut. "Kendati ada kerumitan yang mengikutinya, kami harus melakukan dialog dengan siapa pun yang terpilih untuk memimpin Mesir," katanya.
Sejak awal aksi perlawanan di Mesir pada Januari 2011, yang mengakibatkan tergulingnya presiden Husni Mubarak, Israel khawatir setiap komentarnya dapat membahayakan kesepakatan perdamaian yang ditandatangani kedua negara pada 1979. Namun, kendati kesepakatan tersebut masih ada, hubungan antara Israel dan Mesir telah dingin sejak Mubarak terguling. Para pejabat Israel bahkan meramalkan hubungan itu akan lebih dingin kalau Ikhwanul Muslimin terpilih.
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com