Gencar sekali pemberitaan tentang
FPI di media akhir-akhir ini. Hal ini di sebabkan adanya penolakan
masyarakat dayak (Kalteng) terhadap kedatangan pimpinan FPI di daerah
tersebut beberapa hari yang lalu (sabtu,11/2/2012).
Sehingga muncul wacana untuk membubarkan organisasi tersebut oleh sebagian orang-orang yang tidak setuju dengan aksi-aksi yang dilakukan FPI. Sehingga pro kontra opini publik terbentuk.
Sorotan publik tentang isu-isu korupsi sedikit teralihkan. Seperti perhatian publik terhadap partai berkuasa yang lagi di terpa badai yang sekarang lagi sibuk-sibuknya memperbaiki citranya di media.
Sehingga muncul wacana untuk membubarkan organisasi tersebut oleh sebagian orang-orang yang tidak setuju dengan aksi-aksi yang dilakukan FPI. Sehingga pro kontra opini publik terbentuk.
Sorotan publik tentang isu-isu korupsi sedikit teralihkan. Seperti perhatian publik terhadap partai berkuasa yang lagi di terpa badai yang sekarang lagi sibuk-sibuknya memperbaiki citranya di media.
Tentang FPI
Salah
satu ormas yang berideologi Islam. Ormas ini mempunyai visi dan misi
untuk menegakan amar ma´ruf nahi munkar untuk penerapan Syari´at Islam
secara káffah. Seperti yang dikatatan Ust. Habib Rizieq “Posisi FPI
menjadi semacam Pressure Group di Indonesia, untuk mendorong
berbagai unsur pengelola negara agar berperan aktif dalam memperbaiki
dan mencegah kerusakan moral dan akidah umat Islam, serta berinisiatif
membangun suatu tatanan sosial, politik & hukum yang sejalan
dengan nilai-nilai syariat Islam”.
Sebagai
ormas, saya memahami FPI sebagai ormas yang memiliki peran dan fungsi
sebagai pengartikulasi kepentingan masyarakat. Artinya FPI mewakili
kelompok masyarakat yang mempunyai kepentingan dalam negara. Pola aksi
yang dilakukan FPI selama ini yang cenderung menekan merupakan sesuai
dengan posisi FPI sebagai kelompok penekan (pressure group).
Sebagai kelompok penekan ormas ini selalu bekerja dalam rangka untuk
mempengaruhi, mengontrol, dan mengingatkan pemerintah beserta
perangkat-perangkatnya. Agar membangun tatanan sosial, politik dan
hukum sejalan dengan nilai-nilai agama serta mencegah kerusakan moral
bangsa yang sangat parah sekarang ini.
Keras belum tentu merusak
Secara
prinsip saya tidak setuju dengan aksi-aksi kekerasan yang sering
dilakukan FPI sebagaimana terlihat di beberapa media. Tapi dalam
melihat persoalan ini perlu dilihat latar belakang penyebab aksi yang
mereka lakukan.
Kita
perlu lihat objek apa yang sering dijadikan aksi kekerasan oleh FPI,
Seberapa besar dampak kerusakan yang disebabkan oleh mereka. Saat
berpikir seperti ini saya tetap berpendapat aksi-aksi mereka tidak
seharusnya seperti itu. Maksud saya hendaknya pemerintah harus adil
melihat persoalan ini.
Mari kita bandingkan dengan pemberian izin/pe-legal-an
serta perlindungan praktek-praktek perzinaan, perjudian, penistaan
agama, korupsi dan kemaksiatan lainnya yang tentunya mudah kita buktikan
di sekitar kita saat ini.
Saya
berpikir, justru ini bentuk kekerasan yang paling keras. Kenapa
demikian?? karena upaya melegalkan hal-hal yang demikian akan mempunyai
dampak buruk yang sangat signifikan dipandang dari sudut manapun juga,
baik sisi sosial, politik, hukum, budaya dan agama. Kalo tidak percaya
tanya saja sama ahlinya.
Saya
sangat setuju dengan tulisan kader FPI yang menyatakan bahwa penyakit
masyarakat yang bersifat struktural, misalnya industri pornografi atau
perjudian, harus dihadapi secara tegas baik dengan pendekatan hukum
maupun tekanan-tekanan politis. Pembiaran terhadap kejahatan sosial
semacam ini berpotensi membuahkan berbagai bentuk penyakit masyarakat
yang pada akhirnya akan merusak berbagai sendi nilai-nilai moral dan
bahkan akidah umat Islam.
Fakta-fakta yang membelalakkan mata saya
Saya
sangat miris saat saya baca dalam sebuah media yang pro terhadap FPI.
Mereka mengungkap fakta yang cukup adil tentang golongan-golongan yang
ikut aksi menuntut pembubaran FPI di depan Plaza Indonesia. Dalam
berita yang ditulis media itu jelas sekali foto-foto orang yang ikut
dan saat melihat foto-foto itu mata saya terbelalak seketika. Ternyata
ini ini golongan mereka. Mana bisa orang-orang seperti ini diandalkan
untuk memperbaiki bangsa.
Foto-foto aksi Kelompok Penolak FPI di Bundaran HI
Cewek bertato
Preman
Cewek bertato
Disamping
foto-foto diatas, berkaitan dengan masyarakat suku dayak. Ternyata
tidak semua suku dayak yang menolak kedatangan FPI. Hal ini dinyatakan
oleh tokoh masyarakat dayak yang ada di kalteng.
“Saya
dari masyarakat Dayak Seruyan. Betul kata Habib (Rizieq) tidak semua
masyarakat menolak FPI, kami akan tetap mendirikan FPI di Seruyan,
Kobar, Kotim, Sampit, dan Kuala Kapuas, secepat-cepatnya. Masyarakat
mendukung dan kami bahkan meminta,” kata Budiyardi yang tercatat
sebagai anggota DPRD Seruyan, Senin (13/2). (sumber situs beritasatu).
Teruslah berjuang FPI
Setelah melihat fakta-fakta diatas, tidak ada kalimat satupun yang keluar di bibir ini kecuali Teruslah berjuang FPI…!!!
Upaya pembelaan umat Islam secara terorganisasi merupakan hal mendesak
yang dilakukan karena globalisasi yang ada saat ini sudah menjelma
menjadi penjajahan gaya baru, melalui upaya-upaya pemaksaan sistim
politik, budaya dan sosial ke bangsa Indonesia yang mayoritas beragama
Islam.
Upaya-upaya pengrusakan dari dalam umat Islam sendiri perlu dihadapi
dengan tegas, misalnya upaya pembiasan makna pluralisme atau upaya
liberalisasi ajaran Islam. Islam sangat menghargai adanya pluralitas
dalam hubungan sosial antar berbagai bangsa termasuk hubungan sosial
antar umat beragama, namun menolak tegas pluralisme agama yaitu
upaya-upaya mencari kesamaan prinsip diantara berbagai agama yang ada.
Toleransi
antar umat beragama hendaknya difokuskan pada upaya-upaya mencari
pola untuk saling menghormati atas perbedaan yang ada tanpa rasa
permusuhan, dan ini jelas terkandung dalam kitab suci umat Islam,
Al-Qur´an, dalam surat Al-Kafirun, “untukmu agamamu, dan untukku agamaku“. Wallahu A’lam.
oleh : dediksaidina [Blogger]
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com