picture

Mengapa Ikhwan Mesir Menang?

Mantan Presiden AS Jimmy Carter bertemu Mursyid ‘Aam Ikhwan Mohammad Baie di Cairo.
Ikhwan di Mesir memenangkan mayoritas pemilu. Meskipun belum mencapai mayoritas mutlak di parlemen. Apa yang didapatkan Jamaah Ikhwan di Mesir merupakan hasil perjuangan yang terus-menerus yang dilakukannya sepanjang sejarah pergerakan jamaah itu.
Sejak berdirinya Jamaah Ikhwan tahun 1928, gerakan itu terus berdakwah dan menyebarkan Islam di tengah-tengah masyarakat. Jamaah Ikhwan berdiri di tengah-tengah rakyat Mesir, sekalipun dalam kondisi yang sulit.
Jamaah Ikhwan sepanjang sejarahnya selalu behadapan dengan penguasa Mesir. Sampai pendiri Jamaah itu, Hasan al-Banna tewas dibunuh oleh penguasa Mesir, yang menjadi bagian dari penjajah Inggris.
Jamaah Ikhwan sebuah entitas gerakan yang memahami Islam sebagai ajaran secara syamil. Maka gerakan itu melakukan dakwah dan mendidik masyarakat dalam pengertian yang sempurna.
Jamaah Ikhwan bukan hanya mendidik dan mengajarkan umat, sekadar pandai mengaji, shalat, berpuasa, dan haji saja. Bukan mendidik umat hanya menjadi shalih. Tetapi, Jamaah Ikhwan mendidik umat menjadi umat yang dapat merealisasikan Islam secara syamil (sempurna), sebagaimana Islam itu sendiri.
Karena, Islam itu menyangkut seluruh aspek kehidupan, seperti dalam aspek politik, ekonomi, budaya dan sosial. Islam tidak dipisahkan dengan kehidupan. Islam yang sempurna (syamil) itulah yang ingin direalisasikan Ikhwan. Tidak ada paham sekulerisme dalam Islam, yang memisahkan inti ajaran Islam dengan kehidupan dalam terminologi pandangan Ikhwan tentang Islam.
Islam ajaran yang bersifat sempurna. Islam berarti ibadah dan jihad, ibadah dan politik, ibadah dan ekonomi, ibadah dan budaya, ibadah dan sosial. Semua kehidupan tidak ada yang terlepas dari ajaran Islam. Itulah yang dipahami oleh para pemimpin dan kader Ikhwan. Mereka dengan daya upaya terus berjuang menegakkan Islam dengan dakwah dan mendidik umat secara menyeluruh.
Jamaah Ikhwan berusaha merealisasikan nilai-nilai Islam dengan tulus dan jujur serta sungguh-sungguh. Jika sekarang mereka mendapatkan dukungan dari rakyat Mesir, itu hanyalah bagian dari dakwah yang mereka lakukan.
Jamaah Ikhwan selalu menghadapi mihnah (cobaan) dari para penguasa di Mesir. Para pemimpin dan kadernya berganti-ganti masuk ke dalam penjara. Mereka disiksa dan dibunuh. Banyak para pemimpin mereka yang mati dihukum gantung, dan disiksa dipenjara. Seperti Sayyid Qutb, Ali Audah, Ahmad Firghali, dan sejumlah tokoh lainnya. Ribuan anggota Jamaah Ikhwan hidup dipenjara. Banyak pula diantara mereka yang diusir dan diasingkan dari kampung halaman mereka.
Kondisi yang sangat keras di Mesir, akibat dari tindakan para penguasa itu, tidak membuat mereka menjadi lembek, dan berubah menjadi “Ansharutthogut” (pendukung thogut). Seperti ketika zamannya Gamal Abdul Nasser.
Sayyid Qutb sebelum digantung, ditemui oleh seorang perwira militer Mesir, yang diutus Gamal Abdul Nasser, agar Sayyid Qutb meminta maaf, dan akan dibebaskan serta diberi jabatan, tetapi Sayyid Qutb menolak. Memilih digantung.
Menjelang ekskusi, Sayyid Qutb berjalan dengan tenang wajahnya penuh senyum, tak ada sedikitpun rasa gentar, saat menuju tiang gantungan. Sampai membuat seorang pengawal Sayyid Qutb, bertobat kemudian menjadi anggota Jamaah Ikhwan.
Jamaah Ikhwan yang sangat membedakan dengan harakah lainnya adalah perhatiannya terhadap umat yang luar biasa. Semuanya itu dibuktikannya dengan amal dalam gerakannya.
Pemimpin dan pendiri Jamaah Ikhwan Hasan al-Banna, di tahun l949, saat negeri Zionis-Israel baru berdiri telah memerintahkan seluruh kader Ikhwan berjihad ke Palestina. Membebaskan Palestina dari penjajah Zionis-Israel.
Ribuah kader Ikhwan berangkat ke Palestina berjihad melawan penjajah Israel. Sikap itu tidak pernah berubah sampai hari ini. Perjuangan dan jihad yang diperintahkan Hasan al-Banna itu, sampai hari ini tidak pernah berhenti, dan terus dilanjutkan oleh kader-kader Ikhwan di Palestina. Melalui Gerakan Hamas, mereka berjuang membebaskan tanah Palestina, dan membebaskan negeri itu.
Doktrin Hasan al-Banna yang menjadi dasar tujuan Jamaah Ikhwanul Muslimin adalah salah satu tujuannya membebaskan negeri-negeri Muslim dari penjajahan.
Karena itu, doktrin yang diwariskan oleh Hasan al-Banna itu, terus memberikan inspirasi bagi gerakan Ikhwan. Ketika Afghanistan di jajah Soviet, maka Jamaah Ikhwan memobilisir umat Islam dan kadernya berjihad di Afghanistan, membebaskan negeri Muslim itu. Musyid ‘Aam Mustafa Masyhur berulangkali mengunjungi Pakistan, bertemu dengan para mujahidin Afghanistan.
Abdullah Azzam sosok tokoh Ikhwan yang menjadi penggerak gerakan jihad global di Afghanistan. Abdullah Azzam yang berkeliling di dunia Arab dan Afrika, dan mengajak para pemuda dan kader Ikhwan terjun di medan jihad di Afghanistan.
Termasuk diantara yang belakangan disebut sebagai tokoh al-Qaidah, Usamah bin Laden, tak lain, tokoh yang pernah beriltizam dengan Jamaah Ikhwan, saat berada di Saudi. Ayman al-Zawahiri pun, sebelumnya beriltizam dengan Jamaah Ikhwan, saat di Mesir, sebelum masuk ke dalam Jamaah Islamiyah, karena Ayman menganggap Ikhwan terlalu lembut menghadapi rezim di Mesir kala itu.
Hakaketnya gerakan jihad yang bersifat global, dan melawan penjajah Barat, itulah adalah merupakan realisasi doktrin dari Hasan al-Banna, yang mewajibkan para kadernya membebaskan negeri-negeri Muslim dari penjajahan.
Ketika perang berkecemuk di Bosnia, di mana pasukan Serbia membantai umat Islam di Srebenica, maka Jamaah Ikhwan memobilisir umat dan kadernya berjihad ke Bosnia membebaskan dan melawan penjajah Serbia. Termasuk di Irak dan Syria, saat ini.
Di mana berkecamuk perang terhadap umat Islam di Syria, di masa pemerintahan Hafez al-Assad, di tahun l982, yang melakukan pembantaian di Hamma (Homms), yang mengakibatkan ribuah kader Ikhwan tewas, dan sekarang kota Hamma menjadi pusat gerakan pembebasan di Syria.
Jadi kalau sekarang Jamaah Ikhwan di Mesir, Tunisia, Maroko, Yaman, Aljazair, Yordania, Libya, dan tempat lainnya, memanfaatkan demokrasi dan ikut dalam pemilu, itu hanyalah sekadar menegaskan kesempurnaan hakekat ajaran Islam. Bahwa Islam bersifat syumul (sempurna).
Kalau sekarang Ikhwan bersikap moderat, belum menegaskan tegaknya syariah dan berdirinya daulat, sesungguhnya lebih melihat prioritas dan aulawiyat dalam tahapan perjuangan. Seperti sekarang ini di Mesir, yang diperlukan atau didahulukan masalah ekonomi.
Karena realitas rakyat Mesir miskin, dan 70 persen masih buta hurup. Sebagian bear wilayah Mesir gurun, hanya yang ada di sepanjang Sungai Nil, yang subur, dan dapat digunakan sebagai lahan pertanian.
Maka jika pilihan sekarang Jamaah Ikhwan memprioritaskan memperbaiki ekonomi Mesir, dan memberikan rasa aman kepada rakyat Mesir, sebuah langkah pilihan yang sesuai dengan kondisi Mesir saat ini.
Tentu, yang paling penting, para pemimpin dan tokoh-tokoh Ikhwan, mereka adalah orang-orang yang tulus dalam berjuang. Tidak mencari manfaat dari Jamaah Ikhwan. Jamaah Ikhwan hanyalah menjadi tempat berkukmpul dan berkoordinasi dalam perjuangan.
Tidak ada tokoh-tokoh dan pemimpin Ikhwan di Mesir, yang mendirikan rumah di lereng-lereng bukit, membuat rumah yang dilengkapi dengan kolam renang, dan bermewah-mewah dalam kehidupan.Tidak ada pemimpin Ikhwan di Mesir yang menggunakan mobil Alpard. Mereka tetap bersahaja. Tidak memanfaatkan jabatannya untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Seperti yang diwasiatkan oleh Hasan al-Banna, yang melarang para Ikhwan yang memanfaatkan Jamaah Ikhwan bagi kepentingan pribadinya. Sekecil apapun.
Pernah Dr. Daud Rasyid dari Indonesia mengunjungi Maktabul Irsyad di London, dan bertemu dengan Ketua Maktabul Irsyad, Dr. Ibrahim Munir, dan sempat melakukan tukar pikiran tentang Jamaah Ikhwan di Mesir. Kemudian, Dr. Ibrahim Munir, menceritakan, pernah seorang tokoh Ikhwan lulusan dari Cairo University, dan sesudah keluar, kemudian berbisnis, dan sukses, serta menjadi sangat kaya. Tokoh Ikhwan ini membeli sebuah mobil yang mewah, dan mendapat kritik dari para ikhwan lainnya, maka seketika pula tokoh Ikhwan itu menjual mobil mewahnya, dan mengganti dengan mobil tahun l970 an.
Para tokoh dan pemimpin Ikhwan sebagia besar orang-orang yang tulus (ikhlas), berjuang tidak mencari keuntungan dari Jamaah. Tetapi, mereka mengorbankan diri dalam menegakkan Islam. Mulai dari Hasan al-Banna sampai Mohammad Badie’. Dari Izzuddin al-Qassam sampai Ismail Haniyah. Mereka menjadi tauladan. Saat Gaza di blokade, Ismail menjual perabotan rumahnya untuk membantu rakyat Gaza.
Di Indonesia semua serba paradok. Para pemimpin Islam yang mendirikan partai politik, tidak ada yang dapat menjadi contoh. Mereka mendirikan partai hanyalah untuk mencari keuntungan pribadi dengan cara mermperbudak kadernya dengan doktrin-doktrin agama yang mereka selewengkan.
Sampai-sampai saat berlangsung acara pertemuan diskusi di Keluarga Besar PII (KB PII), di Jalan Daksa, Kebayoran Baru, Rabu lalu, yang dihadiri Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfudz MD, yang membahas pemberantasan korupsi di Indonesia, yang menggambarkan betapa suramnya masa depan di Indonesia. Karena korupsi sudah sangat sistemik. Korupsi sudah berjamaah. Akibat pemerintahan yang didominasi partai politik. Negara mereka kapling-kapling bersama para birokrat (pejabat), dan kemudian mereka korupsi.
Seorang tokoh partai politik yang hadir acara itu, Fuad Bawazir memberikan komentarnya sesudah selesai Mahfudz MD berbicara, ia mengatakan, “Semua partai politik itu maling dan jahanam”, tegasnya. Mungkin pernyataan itu tidak berlebihan. Wallahu’alam.
Sumber : http://www.eramuslim.com/editorial/mengapa-ikhwan-mesir-menang.htm

KATA MEREKA

Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com

Lebih baru Lebih lama