Perempuan yang baik adalah yang bagus agamanya, yang
dimaksud ‘agamanya’ adalah agama dalam hati bukan dalam penampilan.
Pertanyaan, “Berarti lebih bagus perempuan tidak berkerudung tapi baik
kelakuannya (beragama) daripada perempuan berkerudung yang tidak
beragama (tidak baik kelakuannya)? Jawab: “Yang lebih bagus adalah
perempuan yang berkerudung dan beragama sekaligus.”
Kenapa?
Realitas
memperlihatkan kepada kita bahwa perempuan berkerudung lebih banyak
yang beragama ketimbang perempuan yang tidak memakai kerudung.
Jika
ada perempuan tak memakai kerudung tapi beragama (berakhlaq), maka itu
adalah pengecualian dari perempuan-perempuan tak berkerudung yang
rata-rata kurang berakhlaq.
Begitu pula jika ada perempuan
berkerudung tapi tidak/kurang beragama, maka itu adalah pengecualian
dari perempuan-perempuan berkerudung yang rata-rata beragama.
Kerudung
adalah setengah petunjuk kalau wanita yang memakai kerudung tersebut
adalah wanita beragama, setengahnya lagi adalah hati atau perilaku
kesehariannya.
Bila perilaku keseharian seorang wanita muslimah
sudah bagus namun belum berkerudung, segera lengkapi dengan kerudung,
agar setengahnya terlengkapi dan menjadi sempurna. Begitu pula jika
seorang wanita muslimah sudah berkerudung, namun akhlaq atau perilaku
kesehariannya masih tidak baik, segera lengkapi dengan akhlaq yang baik,
agar setengahnya terlengkapi dan menjadi sempurna.
Jadi, jangan
ada lagi orang yang berkata “Buat apa berkerudung kalau kelakuan seperti
wanita tak beragama (tidak baik), lebih baik tidak berkerudung!!”
Pernyataan itu keliru karena beberapa alasan:
Pertama: Alasan Syar’i
Pernyataan
tersebut sama dengan menyeru perempuan untuk melanggar apa yang telah
Allah perintahkan kepada wanita muslimah. Di dalam Al-Quran Allah
berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء
الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى
أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
“Wahai
Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzaab: 59)
Kedua: Alasan Logis
Dikatakan
sebelumnya bahwa wanita muslimah yang baik akhlaqnya namun tak
berkerudung baru setengahnya menunjukkan kalau wanita tersebut beragama,
karena setengahnya lagi adalah kerudung, berarti wanita yang tidak baik
kelakuannya dan tidak berkerudung, tidak setengah pun menunjukkan bahwa
wanita tersebut beragama. Maka, bukankah ini lebih parah nilainya di
mata agama? Oleh karena itulah pernyataan di atas tidak menjadi solusi
yang tepat.
Solusi yang Tepat
Bagi wanita
muslimah yang sudah berkerudung dan merasa kalau akhlaq atau perilakunya
masih jauh dari akhlaq seorang wanita muslimah yang sebenarnya, tidak
perlu terhasut dengan pernyataan “Buat apa pakai kerudung, kalau…. dst”
lantas melepas kerudungnya karena malu.
Solusi yang bijak adalah,
biarkan kerudung itu tetap melekat bersamanya sembari berusaha untuk
terus mengadakan perbaikan akhlaq atau perilakunya.
Pernyataan Lain
“Kerudungi hati dulu, baru kerudungi penampilan”.
Jika pernyataan ini memang pernah terlontar dan pernah ada, alangkah
bijak jika pernyataan ini kita ubah menjadi: “Mengerudungi hati tak
kalah penting dari mengerudungi penampilan”.
Tentang pernyataan
pertama, dikarenakan perbaikan akhlaq adalah proses berkesinambungan
seumur hidup yang jelas bukan instan, dan dikarenakan tak ada yang dapat
menjamin bagaimana dan seperti apa hari esok dalam kehidupan kita?
Masih di atas bumi kah atau di dalam perutnya? Masih memijak kah atau
dipijak? Maka menunda berkerudung dengan alasan memperbaiki akhlaq dulu
adalah sesuatu yang tidak semestinya dilakukan oleh wanita muslimah mana
pun.
Adapun pernyataan kedua, memang demikianlah adanya, bacalah
Al-Quran dan tadabburi maknanya, maka kita temukan bahwa hampir setiap
kali Allah berfirman tentang wanita muslimah yang baik (beragama),
isinya adalah tentang “Bagaimana seharusnya wanita muslimah itu
berperilaku?” selebihnya adalah tentang “Bagaimana seharusnya wanita
muslimah itu berpenampilan?”. Jika berkenan bacalah QS. An-Nur ayat 31,
At-Tahrim ayat 5, 10, 11 dan 12, dan seterusnya.
Pernyataan berikutnya adalah:
“Kerudung
itu bukan inti dari Islam!” Ya, saya pribadi setuju, memang bukan inti
dari Islam, tapi bagian penting dari Islam yang jika bagian itu tidak
ada, maka terlalu sulit untuk dikatakan “Ini Islam” sama sulitnya untuk
dikatakan “Ini bukan Islam”.
Dikatakan wanita muslimah sulit
karena tidak pernah mau pakai kerudung, dikatakan bukan wanita muslimah
juga sulit, karena shalat, zakat dan ibadah-ibadah lainnya tetap
dikerjakan, juga akhlaqnya adalah akhlaq wanita muslimah.
Kalau
saya ibaratkan, hal ini seperti bangunan rumah yang tak nampak seperti
rumah, namun lebih tampak seperti gudang; berjendela tanpa kaca, tanpa
lantai ubin, dan tanpa atap dan seterusnya.
Dikatakan rumah sulit,
karena dari luar hampir tak dapat dibedakan dengan gudang. Dikatakan
bukan rumah juga sulit, karena ternyata penghuninya lengkap, pasangan
suami istri dan satu anak lelaki.
Jendela berkaca, pintu, atap,
dan lantai ubin memang bukan bagian inti dari rumah, tapi tanpa adanya
semua itu, sebuah bangunan akan kehilangan identitasnya sebagai rumah,
konsekuensinya, orang-orang akan menyangka kalau bangunan tersebut
adalah gudang tak berpenghuni.
Kerudung atau jilbab adalah
identitas seorang muslimah (wanita beragama Islam). Kerudung lah yang
memberi isyarat kepada lelaki-lelaki muslim bahkan semua lelaki bahwa
yang mengenakannya adalah wanita terhormat, sehingga sangat tidak pantas
direndahkan dalam pandangan mereka, kata-kata mereka, maupun perbuatan
mereka (para lelaki).
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء
الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى
أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
“Wahai
Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzaab: 59)
Kesimpulan
“Identitas
seorang wanita muslimah itu adalah jilbab dan akhlaqnya, akhlaq tanpa
jilbab kurang, sama kurangnya dengan jilbab tanpa akhlaq”.
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com