GemaDakwah - Bukan Soekarno atau Moh Hatta, ia
bukan berasal dari golongan Adam. Ya golongan hawa, tapi bukan berarti
dia Kartini atau Cut Nyak Dien. Pahlawanku ini masih ada hingga kini,
bahkan masih bisa kulihat perjuangannya, bukan lewat buku pengetahuan
sejarah atau cerita orang tentang masa penjajahan 66 tahun yang lalu.
Izinkan
aku untuk bercerita tentang pahlawan kebanggaanku, ya? Seorang pahlawan
yang Allah turunkan dengan penuh cinta dan kasih sayang… Ia yang
mengajariku untuk mencintai-Nya, mengenalkanku akan banyak hal.
Dekapannya adalah hal pertama yang kurindukan saat menghirup udara
dunia, sebagai bentuk rasa terima kasih karena dengan rasa bahagia
justru pahlawanku rela berjuang. Berjuang menahan sakit demi keinginanku
untuk terbebas dari tubuhnya. Tahukah kau siapa Pahlawan itu?
Pahlawanku,
ah betapa pengorbanannya tak dapat kubayar apalagi kulunasi, betapa
ketulusannya tak mungkin terganti oleh siapapun. Ia melindungiku dengan
ikhlas dan penuh loyalitas, terlihat dalam gerak, tindak, dan ucapannya.
Betapa hebat Sang Maha Pencipta Yang menyemaikan rasa cinta kasih dalam
dirinya. Kau juga pasti mengagumi pahlawan itu. Manusia yang biasa kau
panggil ibu, mama, mami, ummi, bunda, dan apapun sebutannya.
Pahlawanku
hidup dengan perjuangan tanpa henti. Berjuang mengurus rumah tangga,
sigap mengatur segala keperluan, pandai mengatur keuangan, detil
memperhatikan keluarga, bahkan ia rela mencari nafkah untuk keluarga
kecilnya, memenuhi segala kebutuhan kami anak-anaknya. Tanpa kata lelah
maupun keluhan, ia pikirkan masalah keluarga, ditambah bonus masalah
pekerjaan di tempat ia bekerja.
Bukankah kau juga sangat mencintai
pahlawan itu? Berpikirlah sejenak. Ketika kita lapar, ia memasak tanpa
kata ‘ah’. Saat kita meminta, ia membantu tanpa kata ‘duh’. Ya Allah…
bahkan ia memenuhi kebutuhan kita tanpa meminta imbalan setelahnya,
menolong permintaan kita tanpa raut wajah malas-malasan, menutupi
masalahnya, dan menyembunyikan air matanya.
Pahlawanku, betapa
sesungguhnya ku ingin kau membagi segala keluh kesahmu denganku,
menitipkan segala bebanmu pada pundakku. Pahlawanku… aku tahu betapa tak
pernah lalai kau sisipkan namaku dalam doamu, meminta kehidupan terbaik
untukku. Matamu yang basah ketika berdoa, pengharapan tulusmu ketika
meminta, doa-doa terbaik terus kau panjatkan… ah sungguh… Allah pasti
sangat mencintaimu!! Karena doamu yang selalu menduduki list pertama
dalam sesi pengabulan doa.
Pahlawanku, dirimu lebih dari istimewa.
Allah sangat memuliakanmu, surgaku saja berada di bawah naungan
ridhamu. Pun jika kau gugur di medan perjuangan saat melahirkanku dulu,
pasti kau dapatkan hadiah syahid dari-Nya. Berkatmu ibu, aku juga ingin
menjadi pahlawan bagi generasi penerusku nanti.
Pahlawanku, kau memegang andil besar dalam masa depanku:
- Kau bisa membuatku menjadi ‘tukang utang’. Karena setiap jasamu tak pernah kau tagih billnya.
- Kau dapat membuatku menjadi seorang ‘pecandu’. Karena hangatnya dirimu membuatku ingin lagi dan lagi berada dalam dekapmu.
Perjuanganmu
adalah pesona yang tak pernah padam, karena hanya kaulah yang berani
berjuang antara hidup dan mati demi anak-anakmu. Untukmu
pahlawanku. Ibu, ibu, ibu…
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com