تبنى العقيدة الصحيحة على أساس آيات الكتاب الجكيم، وأحاديث
الرسول – صلى الله عليه وسلم – وسير الصالحين، ومسالك الموقنين، من غير
التفات إلى نظريات فلسفية، أو أقيسة منطقية، وإنما من خلال لفت الأنظار إلى
عظمة الباري في كونه، وإلى جلال صفاته بالنظر إلى مخلوقاته، والتذكير
بالآخرة في أسلوب وعظي، بطريقة لا تعدو جلال القرآن الكريم في هذه المعاني
كلها (1).
Aqidah (sambungan bab Siasat Tarbiyah)
Aqidah yang benar dibangun di atas pondasi ayat-ayat Al-Qur’an,
hadits-hadits Nabi saw., sirah orang-orang shalih, perjalanan
orang-orang yang yakin –al-muuqiniin-, tanpa terperosok dalam
teori-teori filsafat, atau logika-logika mantiq, akan tetapi dengan cara
merenung pada keagungan Dzat Pencipta di alam maya pada ini, lewat
keagungan sifat-sifat-Nya dengan cara melihat makhluk-makhluk-Nya dan
selalu mengingat kehidupan akhirat dengan pendekatan menyentuh qalbu
-uslub mauizhah-, dengan metode yang tidak menyalahi keagungan Al-Qur’an
dalam hal tersebut di atas, (Al-Muadzakirat;64).
وتجدر الإشارة إلى أنه لا ينبغي هدم عقيدة فاسدة إلا بعد بناء عقيدة صحيحة (2).
Penting di sebutkan di sini, bahwa tidak sepatutnya menghancurkan
aqidah yang telah rusak yang telah ada, kecuali setelah membangun aqidah
yang benar secara kuat, (Al-Muadzakkirat;64).
كذلك ينبغي تدريس العقيدة للإخوان على أساس مذهب
السلف في السكوت عن المتشابهات، وتفويض معناها إلى الله تعالى (3). إلا أن
بعض القضايا التي أثارها السلفيون وأدخلوها في العقيدة هي في نظرنا من
الفروع وليست من أصول الدين (4).
Begitu juga hendaknya Al-Akh mengkaji aqidah sesuai dengan madzhab Salaf yaitu, tidak memaksakan diri dalam hal-hal mutasyabihat,
arti dan kandungan sebenarnya diserahkan pada Allah swt., (Risalah
Aqaid: Ar-Rasail;1/330), kecuali sebagian permasalahan-permasalahan yang
sering dibahas oleh kalangan salafiyyun di mana mereka memasukkannya
dalam bab aqidah, berbeda dengan pandangan kami, kami melihat ini masuk
bab furu’ atau cabang, bukan masuk katagori ushuluddin atau prinsip-prinsip agama, (Risalah Ta’alim: Ar-Rasail;1/270).
إلى جانب هذا، فإن للإخوان عقيدة خاصة تسمى عقيدة الإخوان المسلمين، تلخص فهمهم للإسلام، لا بد من دراستها والعمل بمقتضاها (5) (6).
Dari semua ini, Ikhwan memiliki aqidah khusus yang disebut dengan
aqidah Ikhwanul Muslimin, yang inti-sari pemahaman mereka sesuai dengan
Islam, yang wajib dikaji dan dilaksanakan konsekwensinya, (Abdul
Halim;40-41 / Al-Mudzakkirat;169-170).
Al-Qur’an Al-Karim
القرآن الكريم محور التربية الإخوانية (1). ولهذا
يحرص الإخوان على الإكثار من تلاوته، والتعبد بقراءته، والتقرب إلى الله
تبارك وتعالى به (2).
Al-Qur’an adalah pusaran tarbiyah ikhwaniyah, (Hal Nahnu Qaumun
‘Amaliyyun: Ar-Rasail; 2/87-88). Oleh karena itu setiap ikhwan
bersemangat untuk memperbanyak membacanya, beribadah dengan
mentadabburinya, dan bertaqarrub kepada Allah swt dengan berinteraksi
dengannya, (Hal Nahnu Qaumun ‘Amaliyyun: Ar-Rasail; 2/84).
Jika kita melihat realitas umat dewasa ini, maka kita akan menemukan
mereka telah terjebak pada jahil atau ketidak-tahuan terhadap
kitabullah, kondisi ini menghalangi mereka untuk istinbath hukum
–merumuskan hukum-, menjadikan mereka puas dengan ringkasan-ringkasan
semata, dan rela dengan komentar-komentar, menjadikan mereka juga tumpul
terhadap cita-cita dan keinginan dalam meraih tujuan-tujuan, (Hal Nahnu
Qaumun ‘Amaliyyun: Ar-Rasail; 2/86).
وإذا أخذنا كتب التفسير بعين الاعتبار، فإننا نجد أن
قسماً كبيراً من التفاسير القديمة كان متأثراً بقضايا الفلسفة، وكثيراً ما
حاول البعض استنباط ما يوافق مذهبه في العقيدة أو الفروع، وكثير من كتب
التفسير ما كانت أكثر من ردود على كتب سابقة. لهذا يجب أن تعتبر أكثر تلك
الكتب خاصة بالعصر الذي وجدت فيه، من حيث تلونها بلونه (4).
Jika kita menilai tafsir-tafsir yang ada, maka kita temukan sebagian
besar tafsir-tafsir klasik terpengaruh dengan permasalahan-permasalahan
filsafat, sebagian juga ada yang berusaha beristimbath sesuai dengan
madzhabnya dalam bidang aqidah atau furu’ –cabang- saja, sebagian tafsir
lain berusaha untuk mengcounter kitab-kitab sebelumnya, oleh sebab itu,
kitab-kitab tersebut dianggap lebih khusus pada zamannya –tidak up to
date dengan perkembangan zaman-, dalam konteks corak yang mewarnainya,
(At-Tafsir:10-12)
لهذا كله يرى الإخوان أنه ينبغي أن يفهم القرآن الكريم طبقاً لقواعد اللغة العربية من غير تكلف ولا تعسف (1)،
Oleh karena itu, Ikhwan melihat hendaknya Al-Qur’an dipahami sesuai
dengan kaidah bahasa Arab, tanpa harus ada pemaksaan, tidak juga ada
pikiran sempit, (Risalah Ta’alim: Ar-Rasail;1/268),
مع الإلمام بالسيرة النبوية المطهرة، والعناية بنوع خاص بأسباب النزول، وارتباطها بمواضعها من هذه السيرة.
Dalam waktu bersamaan hendaknya menguasi sirah Nabi saw.,
memperhatikan juga latar belakang turunnya ayat, dan mengkaitkan
tema-temanya dengan sirah ini.
Demikian juga kembali pada tafsir-tafsir taqlidiyah setelah itu,
focus juga pada kandungan lafal secara rinci, atau sesuai pemahaman
tersirat, atau dibutuhkan tsaqafah tertentu yang bisa membantu pemahaman
yang benar terhadap kitabullah, inilah alat-alat bantu untuk memahami
Al-Qur’an, (At-Tafsir;26-27) bersambung….
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com