JAKARTA : Mantan Kepala Peneliti (National Aeronautics and Space Administration (NASA), Brian O’Brien, membeberkan penelitian ekspedisi Apollo ke bulan kepada mahasiswa Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS), Selasa ini (5/10).
Ilmuwan Luar Angkasa asal Australia itu membawa Percobaan Lingkungan Bulan Zarah Muatan Apollo atau 'detektor debu Bulan' (moon dust detectors) yang digagasnya pada awal tahun 1960.
Detektor-detektor tersebut ditempatkan di permukaan bulan. Informasinya dipancarkan kembali ke bumi dan direkam dalam pita. Pita data ini kemungkinan besar merupakan satu-satunya alat pengukur debu misi Apollo di dunia.
Hasil dari detektor debu Profesor O’Brien kini mungkin menjadi satu-satunya kunci untuk mengatasi masalah yang terkait dengan debu bulan pada misi-misi bulan di masa depan.
Profesor O’Brien menemukan bahwa debu bulan tersebut lengket dan kelengketannya berubah selama beberapa hari. Memahami unsur fisika debu bulan mempunyai dampak penting pada peralatan ilmiah yang ditinggal di bulan.
Debu bulan, kata O’Brien, dianggap sebagai masalah lingkungan nomor satu di bulan. “Dan dapat menyebabkan bahaya yang tak terduga pada robot dan manusia yang beroperasi di permukaan bulan yang tertutup debu,'' ujar Profesor O’Brien pada siaran pers yang diterima Republika, Selasa.
O'Brien juga membuat para mahasiswa tercengang ketika memperlihatkan model dengan ukuran yang sebenarnya dari detektor debu hasil karyanya. Detektor-detektor tersebut hanya seberat 270 gram dan ukurannya sebesar korek api. Detektor tersebut terdiri dari tiga sel surya kecil yang melakukan pembacaan voltase yang berbeda-beda tergantung pada seberapa banyak debu yang ada.Sumber
Ilmuwan Luar Angkasa asal Australia itu membawa Percobaan Lingkungan Bulan Zarah Muatan Apollo atau 'detektor debu Bulan' (moon dust detectors) yang digagasnya pada awal tahun 1960.
Detektor-detektor tersebut ditempatkan di permukaan bulan. Informasinya dipancarkan kembali ke bumi dan direkam dalam pita. Pita data ini kemungkinan besar merupakan satu-satunya alat pengukur debu misi Apollo di dunia.
Hasil dari detektor debu Profesor O’Brien kini mungkin menjadi satu-satunya kunci untuk mengatasi masalah yang terkait dengan debu bulan pada misi-misi bulan di masa depan.
Profesor O’Brien menemukan bahwa debu bulan tersebut lengket dan kelengketannya berubah selama beberapa hari. Memahami unsur fisika debu bulan mempunyai dampak penting pada peralatan ilmiah yang ditinggal di bulan.
Debu bulan, kata O’Brien, dianggap sebagai masalah lingkungan nomor satu di bulan. “Dan dapat menyebabkan bahaya yang tak terduga pada robot dan manusia yang beroperasi di permukaan bulan yang tertutup debu,'' ujar Profesor O’Brien pada siaran pers yang diterima Republika, Selasa.
O'Brien juga membuat para mahasiswa tercengang ketika memperlihatkan model dengan ukuran yang sebenarnya dari detektor debu hasil karyanya. Detektor-detektor tersebut hanya seberat 270 gram dan ukurannya sebesar korek api. Detektor tersebut terdiri dari tiga sel surya kecil yang melakukan pembacaan voltase yang berbeda-beda tergantung pada seberapa banyak debu yang ada.Sumber
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com