Penasehat Presiden AS bidang kontra terorisme, John Brennan mengakui bahwa jihad adalah ajaran Islam yang absah oleh sebab itu istilah "jihadis" untuk mereka yang melakukan jihad seharusnya tidak digunakan sebagai sebutan terhadap musuh-musuh Amerika.
Dalam pidatonya di Center for Strategic and International Studies, Brennan mengungkapkan bahwa para ekstrimis yang melakukan aksi kekerasan cuma korban dari "kekuatan politik, ekonomi dan sosial" dan mereka yang merencanakan serangan ke AS selayaknya tidak dikaitkan dengan "istilah-istilah keagamaan."
"Kita seharusnya tidak menggambarkan musuh-musuh kita dengan istilah 'jihadis' atau 'islamis' karena jihad adalah perjuangan yang suci, ajaran Islam yang absah yang artinya untuk menyucikan diri yang dilakukan seseorang atau sebuah masyarakat, dan tidak ada pengesahan, penyucian atau disebut Islami tindakan yang membunuh laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tak berdosa," ujar Brennan yang menegaskan bahwa jihad bukanlah terorisme. Menurutnya, musuh-musuh AS adalah para anggota jaringan Al-Qaida pimpinan Usamah bin Ladin dan orang-orang yang berafiliasi dengannya.
Lebih lanjut Brennan mengatakan, akan kontraproduktif bagi AS jika menggunakan istilah "jihadis" untuk musuh-musuhnya karena akan menimbulkan persepsi yang salah bahwa "para pembunuh" yang melancarkan perang melawan Barat melakukan tindakannya atas nama ajaran agama yang suci.
"Selain itu, menggambarkan musuh-musuh kita dengan istilah-istilah keagamaan akan membuka peluang bagi Al-Qaida dan kelompok afiliasinya dalam menyebarkan propaganda palsunya dan melakukan pembenaran terhadap tindakan terorisme--dan bahwa AS sedang melancarkan perang terhadap Islam," ujar Brennan.
Pada bulan Februari lalu, dalam pidatonya, Brennan juga pernah menyatakan penghormatannya atas toleransi yang ditunjukkan negara-negara Timur Tengah dan untuk pertamakalinya penasehat Presiden Barack Obama itu menyebut nama kota Yerusalem dalam bahasa Arab, Al-Quds.
"Dalam semua perjalanan saya ke kota-kota di Timur Tengah, saya merasakan kota Al-Quds yang paling saya sukai, dimana tiga agama hidup bersama dalam satu tempat," tukas Brennan dalam acara yang diselenggarakan atas kerjasama Kantor Urusan Publik Gedung Putih, Islamic Center di New York dan Asosiasi Mahasiswa jurusan Hukum Islam di Universitas New York. (ln/FN/isc)
SUMBER
Dalam pidatonya di Center for Strategic and International Studies, Brennan mengungkapkan bahwa para ekstrimis yang melakukan aksi kekerasan cuma korban dari "kekuatan politik, ekonomi dan sosial" dan mereka yang merencanakan serangan ke AS selayaknya tidak dikaitkan dengan "istilah-istilah keagamaan."
"Kita seharusnya tidak menggambarkan musuh-musuh kita dengan istilah 'jihadis' atau 'islamis' karena jihad adalah perjuangan yang suci, ajaran Islam yang absah yang artinya untuk menyucikan diri yang dilakukan seseorang atau sebuah masyarakat, dan tidak ada pengesahan, penyucian atau disebut Islami tindakan yang membunuh laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tak berdosa," ujar Brennan yang menegaskan bahwa jihad bukanlah terorisme. Menurutnya, musuh-musuh AS adalah para anggota jaringan Al-Qaida pimpinan Usamah bin Ladin dan orang-orang yang berafiliasi dengannya.
Lebih lanjut Brennan mengatakan, akan kontraproduktif bagi AS jika menggunakan istilah "jihadis" untuk musuh-musuhnya karena akan menimbulkan persepsi yang salah bahwa "para pembunuh" yang melancarkan perang melawan Barat melakukan tindakannya atas nama ajaran agama yang suci.
"Selain itu, menggambarkan musuh-musuh kita dengan istilah-istilah keagamaan akan membuka peluang bagi Al-Qaida dan kelompok afiliasinya dalam menyebarkan propaganda palsunya dan melakukan pembenaran terhadap tindakan terorisme--dan bahwa AS sedang melancarkan perang terhadap Islam," ujar Brennan.
Pada bulan Februari lalu, dalam pidatonya, Brennan juga pernah menyatakan penghormatannya atas toleransi yang ditunjukkan negara-negara Timur Tengah dan untuk pertamakalinya penasehat Presiden Barack Obama itu menyebut nama kota Yerusalem dalam bahasa Arab, Al-Quds.
"Dalam semua perjalanan saya ke kota-kota di Timur Tengah, saya merasakan kota Al-Quds yang paling saya sukai, dimana tiga agama hidup bersama dalam satu tempat," tukas Brennan dalam acara yang diselenggarakan atas kerjasama Kantor Urusan Publik Gedung Putih, Islamic Center di New York dan Asosiasi Mahasiswa jurusan Hukum Islam di Universitas New York. (ln/FN/isc)
SUMBER
Posting Komentar
Kontak Gema Dakwah : tarqiyahonline@gmail.com